28 i.
Kondisi perekonomian nasional. Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkah
upahkompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati full employment. Sebaliknya jika kondisi perekonomian kurang maju maka
tingkat upah rendah, karena terdapat banyak penganggur disqueshed unemployment
j. Jenis dan sifat pekerjaan.
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko yang besar maka tingkat upahbalas jasanya semakin besar karena
membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan risiko kecil, tingkat
upahbalas jasanya relatif rendah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak
faktor yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawannya. Hal ini perlu mendapat
perhatian supaya prinsip pengupahan adil dan layak, sehingga karyawan dapat mencapai kepuasan kerjanya.
C. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
29 dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Handoko, 2014:292. Kepemimpinan menurut George R. Terry dalam Sedermayanti
2007:249 leadership is activity of influencing people to strive willing for mutual objective, kepemimpinan adalah keseluruhan kegiatanaktivitas
untuk mempengaruhi kemauan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Siagian dalam Sedermayanti 2007:249 mengungkapkan bahwa
kepemimpinan merupakan inti manajemen karena kepemimpinan adalah motor penggerak bagi sumber daya manusia dan sumber daya alam lainnya.
Sedangkan menurut Ralp M. Stogdill dalam Sedermayanti 2007:249 menyatakan bahwa Leadership is the process of influencing
group activities toward goal setting and goal achievement, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam upaya
perumusan dan pencapaian tujuan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa kepemimpinan
adalah kegiatan atau seni dalam mempengaruhi perilaku orang lain baik individu
maupun kelompok
dalam upaya
pencapaian tujuan
organisasiperusahaan. Di sini kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan tidak harus diikat
dalam suatu organisasi tertentu. Melainkan kepemimpinan bisa terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi
perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu Thoha, 2010:9
30
2. Perbedaan Leadership Kepemimpinan dan Headship Kekepalaan
Banyak ahli manajemen mendefinisikan leadership dalam arti luas, dalam arti meliputi banyak cara yang dilakukan oleh leaders dan heads serta
berbagai sumber yang digunakan untuk mengungkapkan kekuasaannya. Sedangkan dalam arti sempit menurut C.A Gibb 1969, yang membedakan
antara leadership dengan headship sebagai berikut : 1.
Headship diselenggarakan melalui suatu sistem yang diorganisasikan dan tidak berdasarkan pengakuan spontan para anggotanya.
2. Tujuan kelompok dipilih oleh kepala head person sesuai dengan minat
dan tidak ditentukan oleh kelompok itu sendiri secara internal. 3.
Dalam headship hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan bersama dalam mencapai tujuan.
4. Dalam headship ada jurang sosial yang lebar antara anggota-anggota
kelompok dan kepala yang mengusahakan agar ada jarak sosial, sebagai suatu alat bantu untuk memaksa kelompok.
5. Kewibawaan seorang pemimpin leader secara spontan diakui oleh para
anggota kelompok yang bersangkutan dan terutama oleh para pengikutnya. Sedangkan kewibawaan seorang kepala the head timbul
karena adanya kekuasaan dari luar kelompok.
3. Sifat-sifat Kepemimpinan
Menurut Edwin Ghiselli dalam Handoko 2014:295 menyatakan
bahwa sifat-sifat penting dalam kepemimpinan adalah sebagai berikut :
31 a.
Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas supervisory ability atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar mnajemen, terutama
pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain. b.
Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses.
c. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.
d. Ketegasan decisiveness, atau kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat. e.
Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemempuan untuk menghadapi masalah.
f. Kreatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan empat sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi
yaitu : 1 Kecerdasan, 2 Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, 3 Motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan 4 sikap-sikap hubungan
manusiawi.
4. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin agar kelompok berjalan
dengan efektif, menurut Handoko 2014:297 adalah sebagai berikut :
32 a.
Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas task related atau pemecahan masalah, menyangkut pemberian saran penyelesaian,
informasi dan pendapat. b.
Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok group maintenance atau sosial, menyangkut segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan
lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan
pendapat, dan sebagainya. 5.
Gaya-gaya Kepemimpinan
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan,
menurut Handoko 2014:297 yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan dengan Orientasi Tugas task-oriented
Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya. b.
Gaya Kepemimpinan dengan Orientasi Karyawan employee-oriented Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi
bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan
kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling
mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
33
6. Teori-teori Kepemimpinan
a.
Teori X dan Y McGragor
Douglas McGragor dalam Handoko 2014:298 menyatakan bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi anggapan-anggapan seorang
pemimpin tentang sifat dasar manusia. McGragor menyimpulkan dua kumpulan anggapan yang saling berlawanan yang dibuat oleh para
manajer dalam industri. Anggapan-anggapan Teori X :
1 Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai
pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin. 2
Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka
menjalan kan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. 3
Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan
menginginkan keamananjaminan hidup di atas segalanya. Anggapan-anggapan Teori Y :
1 Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat
manusia, seperti bermain dan istirahat. 2
Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah sasu- satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan
organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.
34 3
Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka.
4 Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak
hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab. 5
Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang
secara luas tersebar pada seluruh karyawan. 6
Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern.
Seorang pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan cenderung menyukai gaya kepemimpinan otokratik. Sebaliknya,
pemimpin yang mengikuti teori Y akan lebih menyukai gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratik.
b. Teori Contingency dari Fiedler
Teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan
situasi. Situasi dirumuskan dengan dua karakteristik : 1 derajat situasi di mana pemimpin menguasai, mengendalikan, dan mempengaruhi situasi,
dan 2 derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan ketidakpastian. Fiedler mengidentifikasi ketiga unsur dalam situasi kerja
untuk membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif yaitu hubungan pimpinan anggota, struktur tugas, dan posisi
kekuasaan pemimpin yang didapatkan dari wewenang formal.
35 Dari model ini dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
pemimpin yang paling efektif, mereka perlu menyesuaikan gaya-gaya kepemimpinannya terhadap situasi. Bila pemimpin mempunyai
keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk mengubah kepribadian dasar dan gaya kepemimpinannya, situasi harus diubah, atau pemimpin
harus dipilih yang gayanya cocok dengan situasi yang ada. Tetapi seharusnya pemimpin dapat mengubah gaya kepemimpinan mereka
untuk memenuhi persyaratankebutuhan situasi tertentu dan seharusnya mereka dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang efektif.
c. Teori Siklus Kehidupan dari Hersey dan Blanchard
Satu lagi teori kepemimpinan penting yang mempergunkan pendekatan penting
“contingency” adalah teori siklus kehidupan life – cycle theory dari Faul Hersey dan Kenneth Blanchard. Konsep dari teori
siklus kehidupan adalah bahwa strategi dan prilaku pemimpin harus situasional
dan terutama
didasarkan pada
kedewasaaan atau
ketidakdewasaan para pengikut. Kedewasaan maturity, adalah kapasitaskemampuan individu
atau kelompok untuk menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai, dan keinginan dan kemampuan mereka untuk mengambil tanggung jawab.
Variabel-variabel kedewasaan ini yang merupakan hasil dari pendidikan danatau pengalaman, harus dipertimbangkan hanya dalam hubungannya
dengan tugas tertentu yang dilaksanakan.
36 Perilaku tugas, tingkat di mana pemimpin cenderung untuk
mengorganisasikan dan menentukan peranan-peranan para pengikut, menjelaskan kegiatan yang dilaksanakan, kapan di mana, dan bagaimana
tugas-tugas diselesaikan. Perilaku hubungan, berkenaan dengan hubungan pribadi
pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya. Ini mencakup besarnya dukungan yng disediakan oleh pemimpin dan tingkat
di mana pemimpin menggunakan komunikasi antar pribadi dan perilaku pelayanan.
d. Teori Jalur-Tujuan
Berikut adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House dalam Robbins 2002:16. Menurut teori jalur-Tujuan,
perilaku seorang pemimpin dapat diterima baik oleh para bawahan sejauh mereka pandang sebagai suatu sumber kepuasan yang segera atau sebagai
suatu sarana bagi kepuasan masa depan. Robert House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan,
yaitu sebagai berikut : 1
Kepemimpinan direktif, membiarkan bawahan tahu apa yang diharapkan mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan
memberikan bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.
2 Kepemimpinan pendukung, bersifat ramah dan menunjukkan rasa
kepedulian akan kebutuhan bawahan.
37 3
Kepemimpinan partisipatif, berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4 Kepemimpinan berorientasi prestasi, menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahan untuk brprestasi pada tingkat tertinggi mereka.
7. Peran Kepemimpinan dalam Organisasi.
Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya
sebagai pemimpin. Sedangkan covey 1997 dalam Rivai dan Mulyadi 2011:156 membagi peran kepemimpinan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Pathfinding pencarian alur, yaitu peran untuk menentukan visi dan misi
yang pasti. 2.
Aligning penyelaras, yaitu peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada
pencapaian visi dan misi. 3.
Empowering pemberdaya, yaitu peran untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan
kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengantarkan keberhasilan suatu organisasi dalam menghadapi tantangan
dan peluang, seorang pemimpin mempunyai peran dalam sebuah organisasi
38 yaitu peran dalam menentukan visi dan misi, peran penyelaras organisasi,
dan peran untuk membangkitkan orang-orang yang ada di dalamnya.
8. Indikator Kepemimpinan yang Efektif
Menurut siagian 2002:121 indikator-indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a. Iklim saling mempercayai
Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap- harapkan
adalah suatu
hubungan yang
dapat menumbuhkan
iklimsuasana saling mempercayai. Keadaan ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak pemimpin memperlakukan bawahannya
sebagai manusia yang bertanggung jawab dan di pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan atasannya.
b. Penghargaan terhadap ide bawahan
Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam sebuah lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para
bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide-ide yang positif demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia
bekerja. c.
Memperhitungkan perasaan para bawahan Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan misi
manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang pemimpin.
39 d.
Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan harapan-
harapan bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan menghasilkan peranan-peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian
orang harus memerankan sebagai pemimpin, sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai bawahan. Dalam hubungan tugas keseharian
seorang pemimpin harus memperhatikan pada kenyamanan kerja bagi para bawahannya.
e. Perhatian pada kesejahteraan bawahan
Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya akan selalu berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan
dan hubungan yang berkaitan dengan tugas. Perhatian adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak dengan menggunakan cara
yang sopan
dan mendukung,
memperlihatkan perhatian
segi kesejahteraan mereka.
f. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan padanya. Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa
memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya,
dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.
40 g.
Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional Pemimpin dalam hubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh
bawahan adalah sikap dari pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan secara tepat dan professional. Dapat dipahami bahwa
pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional yang melekat pada seorang pemimpin menyangkut sejauh mana para bawahan
dapat menerima dan mengakui kekuasaannya dalam menjalankan kepemimpinan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kepemimpinan yaitu adanya adanya iklim
saling mempercayai antar pimpinan dengan bawahan, penghargaan atas ide yang diberikan bawahan, memperhitungkan perasaan bawahan, perhatian
pada kenyamanan kerja bawahan, perhatian pada kesejahteraan bawahan, memperhitungkan faktor kepuasan kerja bawahan, dan mengakui status para
bawahannya.
D. Lingkungan Kerja