30 Be
1983, Men kawasan i
Tahun 19 Provinsi
Tanggal 2 ha. Peta ka
G
3.2.2. Top
Ha ini dipero
bertopogra 45.
3.2.3. Hid
La air yang d
erdasarkan T nteri Pertan
ni sebagai 96 tentang
RTWP da 23 Juli 1996
awasan TW
Gambar 4 Pe
pografi
asil klasifika oleh data le
afi datar sa
drologi
anskap Cam dijadikan s
Tata Guna H nian melalui
hutan wisat Penetapan
an Tata Gu 6 menetapk
WA Camplon
eta Kawasan
asi peta pen etak lanska
ampai sanga
mplong mem ebagai sum
Hutan Kese Keputusan
ta. Berdasar Hasil Padu
una Hutan kan luas kaw
ng tersaji pa
n Taman W
nutupan laha ap Camplon
at curam de
miliki beber mber air mi
pakatan TG n Nomor: 89
rkan Keputu userasi Ren
Kesepakata wasan TWA
ada Gambar
Wisata Alam
an lanskap ng pada ke
engan kemi
rapa jaringa inum maup
GHK tangg 9KPTSUM
usan Guber ncana Tata
an TGHK A Camplon
r 4.
Camplong
Camplong etinggian 9
iringan lere
an sungai d pun untuk k
gal 12 Dese M83 meneta
rnur NTT N Ruang Wi
Provinsi N ng adalah 69
dan sekitar
dalam pene 2 - 465 m
eng antara 0
dan sumber kebutuhan h
ember apkan
No. 64 ilayah
NTT, 96,60
rnya.
elitian m dpl,
0 –
mata hidup
31 lainnya oleh penduduk sekitar Camplong sampai dengan Naibonat ibukota baru
Kabupaten Kupang. Beberapa sungai kali yang berada di lanskap Camplong yaitu; kali Naunu, Kiuana, Tuana, Nefolina, Oetune, Oebola, Puamnasi, Oelpuah,
Fatumetan, Oetobe, Oelhaubaat. Khusus di dalam kawasan TWA Camplong, pada tahun 1955 muncul mata air sebanyak sembilan lokasi, padahal sebelumnya hanya
terdapat satu sumber mata air. Beberapa sumber mata air dapat mengalir sepanjang tahun tidak pernah kering yaitu mata air Oenaek sumber mata air
terbesar yang digunakan untuk kolam renang dan air minum, Oetakmanu dan Oehaubaat. Beberapa sumber mata air keluar dari celah-celah batu-batuan dan
akar-akar pohon seperti sumber mata air Oenaek, Oebola, Oepua, Oetakmanu dan Oenaunu.
3.2.4. Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Skala 1:2.000.000 Direktorat Geologi Bandung 1965, secara umum kawasan TWA Camplong dan sekitarnya
mempunyai formasi geologi dari jenis batuan; deret sonebait dan ofu, neogen, alluvial undah dan terumbu koral dan paleogen BKSDA VII Kupang 1996.
Berdasarkan peta tanah Indonesia skala 1: 1.250.000 Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1968 diacu dalam BKSDA VII Kupang 1996, jenis tanah yang
terdapat di lanskap Camplong adalah jenis aluvial dengan bentuk dataran mediteran dan tanah-tanah komplek dengan bentuk pegunungan komplek. Tanah
Timor termasuk ke dalam “margalitis soil” yang dicirikan dengan kelabilan, mudah tererosi, kelabilan mudah tererosi, drainase kurang baik serta mudah
merekah pada musim panas BKSDA VII Kupang 1996.
3.2.5. Iklim
Berdasarkan peta tipe iklim skala 1: 2.000.000 verhadelingen No. 42. Jawatan Meteorologi dan Geofisika tahun 1952, wilayah Timor pada umumnya
termasuk lanskap Camplong, berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, tergolong dalam tipe iklim D dan E. Berdasarkan data dari Stasiun
Mateorologi dan Geofisika Lasiana menunjukkan bahwa jumlah curah hujan sekitar 1330 mmtahun rata-rata 110,8 mm dengan jumlah hari hujan kurang
lebih 101 hari rata-rata 8,33 hari. Distribusi bulan basah antara November
32 sampai April dan bulan kering terjadi pada Mei–Oktober. Suhu udara berkisar
antara 20
o
-32
o
C BKSDA VII Kupang 1996.
3.2.6.Aksesibilitas
Aksesibilitas ke lanskap Camplong seperti jaringan jalan negara, dan sarana transportasi tersedia cukup memadai sehingga dapat ditempuh selama satu
jam perjalanan dengan kendaraan roda empat dan roda dua melewati ruas jalan Kupang – Soe – Atambua – Dili.
Taman Wisata Alam Camplong memiliki beberapa obyek wisata alam yang telah dikembangkan diantaranya adalah; kolam sumber mata air dan gua
alam. Beberapa potensi obyek wisata belum dikelola dengan baik seperti tipe-tipe ekosistem hutan hutan alam, hutan gugur daun, savana dan hutan tanaman,
obyek wisata kera ekor panjang, bird watching terutama burung-burung endemik Timor dan Nusa Tenggara. Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang terdapat di
dalam kawasan TWA Camplong meliputi; a kolam renang, b jalur penjelajahan hutanlintas alam, dan fasilitas ini sudah umum dilakukan oleh pengunjung untuk
kegiatan pendidikan dan penelitian, lintas alam kalangan peneliti, mahasiswa, pramuka, pencinta alam, TNI, wisatawan domestik dan mancanegara, c bumi
perkemahan dilengkapi dengan fasilitas berupa papan intepretasi wisata, pondok berkemah, dan toilet, d koleksi satwa yang menampung beberapa satwa di
antaranya buaya air tawar dan ular phiton. Masyarakat yang bermukim di enclave adalah kelompok masyarakat asli
Timor yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk yang bermukim di sekitar kawasan TWA Camplong merupakan gabungan kelompok
masyarakat asli Timor dan pendatang dari berbagai daerah di NTT, Jawa, dan Bugis.
3.3. Biologi 3.3.1. Flora
Flora yang tumbuh di lanskap Camplong sangat dipengaruhi oleh ekosistem lingkungan tempat tumbuhnya. Secara garis besar, ekosistem lanskap
Camplong hanya meliputi ekosistem daratan. Namun secara fisiografis, ekosistem
33 daratan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe ekosistem sebagai
berikut; 1 Tipe ekosistem hutan musim
Vegetasi hutan musim dicirikan oleh pohon-pohon yang tidak tinggi berkisar 15-20 m, banyak percabangannya dan pada musim kering menggugurkan
daunnya. 2 Ekosistem hutan savana
Savana terdapat di sekitar Oelkuku yang didominasi oleh lontar Borasus sp, dan gewang Corypha gebanga, serta kayu putih Eucalyptus alba, asam
jawa Tamarindus indica, akasia Cassia fistula, dan kesambi Schleichera oleosa, kabesak putihpilang Acasia leucocephala mendominasi sekitar
Desa Silu. 3 Ekosistem hutan tanaman
Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada tipe ekosistem ini meliputi jati Tectona grandis, johar Cassia siamea, dan flamboyan Delonix regia
BKSDA VII Kupang 1996. Paga et al. 2007 menyatakan bahwa di kawasan TWA Camplong
terdapat keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi. Di kawasan ini ditemukan 85 jenis tumbuhan berkhasiat obat yang terdiri dari tingkat vegetasi semai,
pancang, tiang dan pohon. Tumbuhan obat tingkat pohon ditemukan 37 jenis dengan spesies dominan yaitu taduk Alstonia scholaris, kenanga Cananga
odorata, dan kesambi Schleichera oleosa. Tumbuhan obat tingkat tiang sebanyak 32 jenis yang didominasi oleh spesies jambu bijioben Psidium
guajava, kenanga Cananga odorota, dan kanunak Cordia subcrodata. Tumbuhan obat tingkat pancang sebanyak 38 jenis yang didominasi oleh spesies
bambu Bambusa multipleks, bijaema Elaeocarpus petiolatus, dan kanunak. Tumbuhan obat tingkat semai sebanyak 27 jenis yang didominasi oleh spesies
kirinyusufmuti Chromolaena odorata, bijaema Elaeocarpus petiolatus, dan tiseljohar hutan Cassia sp.
3.3.2. Fauna
Timor merupakan pulau terbesar di Nusa Tenggara dengan luas 28.759 km
2
. Pulau Timor memiliki kekayaan spesies burung endemik dan sebaran