Metode Pengumpulan Data 1. Studi literatur

39 4. Mencatat titik koordinat perjumpaan langsung dengan Cikukua timor ke dalam GPS. 5. Mengumpulkan peta kawasan TWA Camplong peta digital, peta kawasan hard copy, pustaka yang terkait dengan penelitian jenis cikukua lainnya.

4.3.3. Persiapan desain peta kerja penelitian

Berpedoman pada peta TWA Camplong yang telah dilakukan registrasi image dan digitasi, selanjutnya melakukan desain peta kerja penelitian sebagai berikut; 1. Desain peta kerja Membuat desain kombinasi garis transek dan grid dalam lokasi penelitian seluas 2470,11 ha untuk membantu pengamat dalam mengidentifikasi lokasi titik kehadiran burung. Garis transek adalah metode tanpa plot, pengamat berjalan sepanjang garis lurus dengan panjang diketahui, baik yang ditempatkan secara acak maupun sistematis di kawasan survei Khul et al. 2011, sedangkan grid merupakan plot yang berbentuk kotak yang berfungsi sebagai unit areal pengamatan terkecil dari suatu obyek. Penempatan kombinasi garis transek dan grid dilakukan secara sistematis dengan jarak antar garis transek 500 m. Pengumpulan data populasi dilakukan dengan metode distance sampling menggunakan garis transek. Desain penempatan garis transek dilakukan dengan menempatkan titik awal garis transek pengamatan secara acak sesuai dengan informasi distribusi burung yang telah diperoleh pada tahap pra-penelitian, sehingga akan menghasilkan perkiraan kepadatan yang tidak bias. Menurut Khul et al. 2011 salah satu asumsi penting yang mendasari teori pengambilan contoh distance sampling adalah garis transek terletak secara acak sehubungan dengan distribusi satwa atau obyek terkait. Letak garis transek terdistribusi pada seluruh tipe habitat di lanskap penelitian Camplong hutan alam, hutan sekunder, savana, hutan tanaman, hutan adatmamar, semak, belukar, kawasan pertanian, areal permukiman enclave. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat kepadatan burung pada masing-masing tipe habitatnya. Desain penempatan garis transek di lapangan seperti ditunjukkan pada Gambar 6. 40 Gamb Hawth overl for Ar secara transe komb titik p penga kawas – Sou 2. Pada terlua perjum penga tingka berjar koord menen ar 6 Desain Desain ko h’s Analys lay dalam rcGis dapat a sistematis ek dan 176 binasi garis pada tiap gr amat dalam san peneliti uth yaitu 41 tiap ujung ar wilayah mpaan buru amatan veg at pohon 2 rak 250 m dinat. Titik ntukan ara n penempata ombinasi ga sis Tools_ peta kawas t membantu s pada garis grid peng transek dan rid akan m m menandai an East - W 100 m 4,1 k garis trans pengamata ung pada sep getasi denga 20 m x 50 diletakan k koordina ah tegak lu an garis tran aris transek _3 for Arc an Camplon u menentuk s transek. H gamatan be n grid ditra menjadi titik dan meng West 5100 km. sek terluar an. Hal ini panjang gar an ukuran j m. Pada secara sis at ini ber urus garis nsek dan gri k dan grid cGis, kem ng. Program an titik-titik Hasil desain erukuran 50 anfer ke dal k-titik koord gidentifikasi m 5,1 km diambil ja i menginga ris transek t jari-jari 17 garis trans stematis ya rfungsi un transek, te id di lanskap dilakukan mudian ditu m Hawth’s A k koordinat n program 00 x 250 m lam GPS. dinat yang d i tipe-tipe sedangkan arak 50 me at apabila terluar maka 7,8 m ukur ek terdapat ang dijadik tuk memb erutama pa p Camplong dengan pro umpangtind Analysis To yang dileta ini diperole m 2 . Hasil d Pertemuan dapat memb habitat. Pan n lebarnya N eter sebagai ditemukan a akan dilak ran represe t titik-titik kan sebagai bantu peng ada pengam g. ogram ihkan ools-3 akkan eh 11 desain titik- bantu njang North i titik titik kukan entatif yang i titik gamat matan 41 populasi berdasarkan distance sampling, menandai dan mengindentifikasi tipe-tipe habitat di lapangan. Letak grid membantu pengamat dalam menentukan letak titik koordinat perjumpaan burung dengan suatu garis transek terdekat.

4.3.4. Observasi lapangan

Observasi lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan informasi secara langsung tentang karakteristik spasial habitat Cikukua timor. Kegiatan observasi lapangan dilakukan dalam tiga tahap yaitu; 1 pengumpulan data spasial titik presence Cikukua timor, 2 pengumpulan data populasi Cikukua timor, dan 3 pengumpulan dan pengukuran data karakteristik habitat biotik Cikukua timor.

4.3.4.1. Pengumpulan data spasial

Data spasial yang dikumpulkan berupa titik perjumpaan langsung lokasi data presence di wilayah studi. Waktu pengamatan dilakukan dari pukul 5.30 – 18.00 WITA. Data titik presence ditentukan berdasarkan pola-pola aktivitas perilaku sebagai berikut; 1. Perilaku makan dan minum ingestive, yaitu cakupan aktivitas mencari makanan dan minum, mengambil dan memasukan ke dalam mulut dan mengolahnya. 2. Perilaku kawin, yaitu aktivitas untuk menemukan pasangan agar mampu bereproduksi Sukarsono 2009. 3. Bersarang, yaitu suatu kegiatan dalam proses reproduksi, sebagai jaminan akan berhasilnya proses pengeraman dan pemeliharaan anak. Sarang berfungsi sebagai tempat menampung telur untuk mempertahankan panas telur dan anak setelah menetas, menyembunyikan isi sarang dari serangan atau gangguan predator, perlindungan terhadap hujan atau terik matahari. 4. Perilaku beristirahattidur, yaitu mencakup aktivitas mencari tempat berlindung termasuk mencari perlindungan dari tubuh individu lain. 5. Perilaku sosial, yaitu interaksi diantara individu, secara normal di dalam spesies yang sama dan saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku sosial 42 berkembang diantaranya karena adanya kebutuhan untuk reproduksi dan bertahan dari predator Sukarsono 2009. Penentuan lokasi presence dilakukan melalui pengamatan langsung di sepanjang garis transek dan di dalam grid . Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi; 1. Pengamat menjelajahi seluruh areal tipe ekosistem secara acak untuk mendapatkan titik presence yang sesuai dengan pola perilaku yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Informasi titik keberadaan burung dari hasil wawancara dengan petugas dan masyarakat lokal agar memudahkan memperoleh titik perjumpaan Cikukua timor pada lokasi-lokasi konsentrasi aktivitas burung. 2. Mengambil data spasial baik pada saat pengambilan data populasi garis transek maupun pada waktu penjelajahan di setiap habitat grid 3. Mencatat setiap titik presence ke dalam GPS dan mengisi semua informasi spasial ke dalam tally sheet. 4. Mencatat kondisi umum lokasi penelitian seperti potensi gangguan perambahan kawasan, pembalakan liar, perburuan, kebakaran, dan keberadaan predator alami serta kondisi sarang Cikukua timor.

4.3.4.2. Pengumpulan data populasi

Pengumpulan data populasi Cikukua timor dengan metode pengambilan sampel jarak jauh distance sampling menggunakan garis transek. Pengamat yang menerapkan teknik sampling jarak jauh mengikuti serangkaian garis transek Bibby et al. 2000; Khul et al. 2011. Garis transek lebih baik digunakan jika sasaran yang diteliti merupakan jenis yang relatif mudah diidentifikasi tetapi mungkin lebih banyak bergerak di habitat-habitat yang hampir sama dan kepadatannya rendah Bibby el al. 2000. Cikukua timor tergolong jenis burung yang banyak bergerak ketika mencari makan dan mempunyai suara yang menyolok serta ukuran tubuh yang cukup besar 24 cm. Berpedoman pada desain awal penempatan garis transek, selanjutnya dilakukan tahapan pengumpulan data populasi menggunakan distance sampling di sepanjang garis transek tersebut sebagai berikut: 1. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data populasi 43 Pengamatan dan pungumpukan data populasi dilakukan dengan berjalan pada kecepatan konstan di sepanjang garis transek. Panjang transek pengamatan disesuaikan dengan ukuran panjang masing-masing tipe habitat di lanskap Camplong yaitu 0,5–4 km. Bibby et al. 2000 menyatakan jika memerlukan perkiraan yang presisinya kedekatan perkiraan dalam suatu sampel satu dengan pengulangan sampel lainnya yang tinggi di daerah atau habitat yang diketahui dengan baik, mungkin akan lebih baik jika transeknya banyak tetapi pendek, disarankan kira-kira 4 km. Pada setiap transek dibagi menjadi sejumlah interval jarak 250 m di sepanjang transek tersebut, agar dapat membantu pengamat untuk mengikuti jalur yang benar dan memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi mengenai habitat pada bagian- bagian transek yang diamati. Garis transek pengamatan populasi yang terletak tepat di batas wilayah edge antara dua tipe habitat diupayakan digeser sejauh 50 m dari edge. Jarak ini mempertimbangkan ukuran jarak pandang terjauh untuk melihat burung dengan jelas antara pengamat dengan keberadaan burung. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih pengumpulan data populasi antara tipe-tipe habitat yang berbeda. Melakukan wawancara dengan petugas dan masyarakat lokal untuk mengetahui titik keberadaan sarang, pakan, aktivitas sosial dan beristirahat Cikukua timor. Pengamat mengambil data populasi di sepanjang wilayah garis transek dengan jarak pandang 50 m di kedua sisi kiri-kanan transek, memeriksa ke setiap sisi garis transek yang dijalani dan membuat perkiraan jarak tegak lurus dari garis transek ke titik perjumpaan dimana setiap kontak dengan burung terjadi di sepanjang transek. Menurut Khul et al. 2011 asumsi penting dalam pengambilan distance sampling adalah; 1 semua satwa atau obyek yang berada langsung di atas atau pada garis transek atau tidak harus dideteksi, 2 jarak ke satwa terdeteksi dicatat di lokasi awal mereka, sebelum mereka bergerak menuju atau menjauh dari pengamat, 3 penampakan adalah peristiwa independen atau bukan karena campur tangan pengamat misalnya dengan menggiring satwa ke suatu daerah tertentu, 4 jarak danatau sudut diukur secara akurat dan tepat. Ada dua cara memperkirakan jarak; 1 membuat perkiraan jarak langsung antara burung dan garis, atau 2 dapat 44 memperkirakan jarak antara pengamat dan burung, dan sudut pengamat tertentu dari garis transek Gambar 7. Gambar 7 Bentuk pengambilan sampel jarak menggunakan transek. Keterangan: L = panjang transek arah transek Z= jarak pengamat pertama kali mendeteksimelihat ke satwa burung P = posisi pengamat S= posisi obyek Cikukua timor yang terlihat dengan perilaku tertentu θ = sudut antara arah satwa dengan arah jalur transek d = perkiraan jarak Prependicular distance dari transek dihitung dengan cara; d = Z Sin θ 2. Mencatat waktu setiap kontak mulai-akhir, kemudian menghitung jumlah populasi burung yang dijumpai di sepanjang garis transek. Burung yang dihitung adalah burung yang sedang melakukan perilaku tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Menurut Bibby et al. 2000, jika burung terlihat di udara, maka burung ini perlu dimasukkan dalam perhitungan dan perkiraan jaraknya dibuat dari titik mulai terbang tegak lurus ke garis transek. Mencatat waktu dalam suatu hari untuk setiap kontak. 3. Memperkirakan jarak yang tepat ke titik kontak individu burung yang tegak lurus ke garis transek. Menurut Bibby et al. 2000, tehnik ini secara statistik merupakan pendekatan yang kuat untuk sampel jarak sepanjang transek. 4. Mencatat informasi penunjang seperti bentuk kontak suara, kontak fisik langsung ketinggian kontak tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, tinggi keberadaan dari permukaan tanah, letak keberadaan pada posisi lapisan tajuk dan ukuran kelompok. 5. Semua data dicatat ke dalam tally sheet pengumpulan data metode garis transek dengan variabel jarak Variabel Distance Line TransectVDLT. 6. Menghitung panjang transek tiap tipe habitat menggunakan program ArcGis 9.3 dan ERDAS 9.1 melalui tahapan supervised classification, masing-masing θ d Z S 50 m 50 m L P 4,1 km 45 tipe habitat dipisahkan atau diklasifikasikan berdasarkan peta citra Landsat TM-5.

4.3.4.3. Pengumpulan data karakteristik habitat

1. Identifikasi komponen habitat fisik Komponen habitat fisik yang diamati dalam penelitian ini merupakan variabel-variabel covariate antara lain; tutupan vegetasi atau NDVI, ketinggian tempat elevasi, kemiringan lereng slope, jarak ke hutan primer, sekunder, belukar, kebun jambu mete, kebun palawija, permukiman, jalan, dan sungai sumber air. Data mengenai kemiringan dan ketinggian diperoleh dari peta Aster DEM dan GPS. Normalized Difference Vegetation Index merupakan sebuah indeks yang menyediakan metode standar dalam membandingkan tingkat kehijauan vegetasi antara gambar satelit yang dapat digunakan sebagai sebuah indikator biomassa relatif dan derajat kehijauan Lillesand Kiefer 1990. Rumus untuk menghitung NDVI pada peta adalah sebagai berikut : NDVI= NIR Band - Red Band NIR Band + Red Band atau Band 4 - Band 3 Band 4 + Band 3 Peta jaringan jalan dan sungaihidrologi sumber air diperoleh dari peta RBI, peta lokasi penelitian diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan. Jarak ke hutan primer, hutan sekunder, belukar, kebun jambu mete, kebun palawija, permukiman, jalan, dan sungai mata airkali, diperoleh dari euclidean distance. Caranya adalah merubah data raster menjadi data vektor polygon tiap peta tipe tutupan lahan kemudian dilanjutkan dengan proses spatial analysis tools, distance, dan euclidean distance ArcGis 9.3. 2. Identifikasi komponen habitat biotik Komponen habitat biotik Cikukua timor yang diamati meliputi struktur dan komposisi vegetasi sebagai pakan dan cover tempat istirahattidur, dan beraktivitas sosial. Struktur dan komposisi vegetasi yang diamati hanya terbatas pada tingkat pertumbuhan vegetasi yang digunakan Cikukua timor yaitu; tingkat pohon, tiang dan pancang. Tahapan kegiatan identifikasi komponen habitat biotik meliputi; 46 1 Mengamati, mengukur struktur dan komposisi vegetasi menggunakan petak tunggal berbentuk lingkaran di setiap titik presence. Luas areal pengamatan untuk tingkat pohon adalah jari-jari 17,8 m 1000 m 2 , tiang berjari-jari 5,64 m 100 m 2 dan pancang berjari-jari 2,8m 25 m 2 . Data karakterstik habitat biotik berfungsi iuntuk mengetahui hubungan yang lebih rinci antara habitat dan Cikukua timor. 2 Mengukur peubah biotik meliputi; a Jumlah jenis dan jumlah individu tumbuhan pakan dan cover. Menginventarisasi jumlah total spesies tumbuhan, jumlah jenis dan jumlah individu tumbuhan pakan dan cover pohon, tiang, dan pancang. Sebaran vertikal meliputi tinggi rata-rata vegetasi tingkat pohon, tiang, pancang, aspek-aspek tinggi vegetasi yang dimanfaatkan oleh Cikukua timor untuk beraktivitas tinggi total, tinggi bebas cabang, dan tinggi keberadaan burung saat terlihat pertama kali beraktivitas makan, beristirahat dan sosial. Pengukuran tinggi menggunakan sunto clinometer. b Kerapatan tumbuhan pakan dan cover dilakukan dengan mendata jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis dalam tiap petak dari tingkat pohon, tiang dan pancang.

4.3.5. Wawancara

Wawancara dengan masyarakat lokal dan pengelola TWA Camplong untuk mengetahui tingkat gangguan manusia terhadap keberadaan burung Cikukua timor di lanskap Camplong. Teknik wawancara mennggunakan metode wawancara langsung tidak terstruktur tidak menggunakan quesioner. Informasi yang dikumpulkan meliputi kegiatan manusia yang berdampak langsung pada kerusakan habitat dan penurunan populasi Cikukua timor yaitu; 1 lokasi dan waktu kejadian peristiwa kebakaran, penebangan liar, pengembalaan liar, 2 jumlah pemburu yang ditemukan selama berlangsungnya penelitian ini, 3 faktor spesies lain meliputi data jenis-jenis predator, dan kompetitor dalam pemanfaatan pakan nektarivora. 47

4.3.6. Interpretasi peta

Sebelum interpretasi peta, terlebih dahulu dilakukan koreksi geometrik, baik terhadap peta rupa bumi maupun citra Landsat TM-5. Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.1. Data masing-masing variabel diperoleh dengan cara menumpangtindihkan overlay titik presence dengan peta tematik masing-masing variabel. Interpretasi peta bermanfaat untuk mendapatkan data setiap variabel menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.1 dengan metode zonal attributes. Data hasil interpretasi seluruh variabel merupakan data kontinu atau data yang diperoleh dari hasil pengukuran.

4.3.7. Pembuatan peta dasar digital

Pembuatan peta digital, peta dasar jaringan sungaisumber air dan kolam, sistem lahan, tanah dan topografi dilakukan dengan menggunakan Program ArcGis 9.3 dengan urutan proses sebagai berikut; digitasi peta, editing peta kemudian pemberian attribute atau label pada peta dan terakhir adalah transformasi dengan memasukkan referensi geografis bumi menjadi koordinat Universal Transverse Mercator UTM atau Latitude-Longitude Lat-lon.

4.3.8. Pengambilan data luas penutupan lahan

Pengumpulan data penutupan lahan di lapangan dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat sebanyak mungkin pada setiap tipe-tipe ekosistem yang ada di lanskap Camplong. Lokasi penelitian ini merupakan salah satu kawasan dengan tipe ekosistem yang lengkap sehingga dianggap dapat merepresentasikan habitat Cikukua timor di Pulau Timor pada umumnya dan Timor Barat pada khususnya. Aspek ini dapat mendukung kesimpulan akhir karakteristik habitat yang dibutuhkan Cikukua timor untuk kelangsungan hidupnya secara lestari. Selanjutnya data titik perjumpaan digabungkan dengan titik-titik koordinat lapangan lainnya untuk dilakukan analisis penutupan lahan. Tipe penutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah11 kelas sebagai berikut; 48 1. Hutan primer, yaitu penutupan lahan berupa vegetasi pohon dengan diameter lebih dari 20 cm dan belum pernah atau sedikit mengalami kegiatan penebangan. Biasanya merupakan wilayah adat atau hutan adat yang penebangan pohonnya digunakan hanya untuk keperluan kampung dan desa. 2. Hutan sekunderbekas tebangan, yaitu penutupan lahan berupa vegetasi dengan diameter di atas 20 cm dan pernah mengalami penebangan secara intensif dan sedang mengalami regenerasi. 3. Savana, yaitu penutupan lahan berupa padang rumput yang didominasi pohon kayu putih Eucalyptus alba. 4. Hutan tanaman, yaitu penutupan lahan berupa vegetasi tanaman dari hasil kegiatan reboisasi. 5. Hutan adat mamar, yaitu penutupan lahan yang berupa hutan tanaman yang ditanam di sekitar sumber mata air yang berada dekat permukiman penduduk. 6. Belukar, yaitu penutupan lahan berupa vegetasi strata pohon setinggi lebih dari 3 m dan atau diameter pohon di bawah 20 cm serta biasanya merupakan bekas areal pertanian yang ditinggalkan masyarakat. 7. Semak, yaitu penutupan lahan berupa vegetasi dari tingkat tumbuhan bawah dan semai dengan ketinggian di bawah 1,5 m. 8. Kawasan pertanian, yaitu penutupan lahan berupa ladangkebun atau lahan budidaya pertanian masyarakat. 9. Kawasan terbangun, yaitu kawasan penutupan lahan berupa jalan atau bangunan. 10. Kawasan perairan, yaitu kawasan penutupan lahan berupa kolam atau sungai. 11. Lahan kosong, yaitu kawasan penutupan lahan tanpa atau sedikit vegetasi. 4.4. Metode Analisis Data 4.4.1. Analisis faktor-faktor dominan komponen habitat Dalam penelitian ini, faktor-faktor dominan komponen habitat Cikukua timor hanya dibatasi pada beberapa peubah yang diduga berperan signifikan dalam menyusun karakteristik habitat yang dibutuhkan Cikukua timor. Semua peubah dari komponen habitat fisik dan biotik dianalisis menggunakan PCA. Beberapa peubah yang diduga memiliki peran yang berpengaruh terhadap karakteristik habitat Cikukua timor yaitu: 49 1. Komponen habitat fisik meliputi peubah-peubah: a. NDVI X 1 ; NDVI merupakan indeks yang membandingkan tingkat kehijauan vegetasi sebagai indikator biomassa relatif dan merepresentasikan penutupan tajuk yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang untuk mencari makan, berlindung, dan bersarang. NDVI berasal dari peta indeks vegetasi. b. Kemiringan lereng atau slope X 2 dan ketinggian tempat atau elevasi X 3 ; kedua faktor ini merupakan representasi dari komponen fisik yang mendukung relung habitat Cikukua timor secara fungsional dalam penyediaan pakan dan cover. Kelerengan dalam satuan persen berasal dari peta slope dengan teknik ekstraksi data dari analisis topografi kemiringan lereng, sedangkan ketinggian tempat dalam satuan meter bersumber dari koordinat titik lapangan yang diambil menggunakan GPS. c. Jarak dari hutan primer X 4 , hutan sekunder X 5 , dan belukar X 6 ; hutan primer, hutan sekunder, belukar merepresentasikan lokasi untuk mencari makan, sosial dan beristirahat. Data ini dalam satuan meter, berasal dari peta tutupan lahan hutan primer, hutan sekunder, dan belukar dengan teknik ekstraksi data analisis spasial dengan sistem Euclidean Distance d. Jarak dari perkebunan jambu mete X 7 dan kebun palawija X 8 merepresentasikan lahan budidaya sebagai lokasi untuk mendapatkan sumber pakan, aktivitas sosial dan beristirahat. Data ini dalam satuan meter, berasal dari peta tutupan lahan perkebunan jambu mete dan kebun palawija dengan teknik ekstraksi data analisis spasial dengan sistem Euclidean Distance. e. Jarak dari permukiman X 9 , jarak dari permukiman merepresentasikan faktor gangguan dari aktivitas manusia, sumber pakan, aktivitas sosial dan beristirahat. Data ini dalam satuan meter, berasal dari peta tutupan lahan permukiman dengan teknik ekstraksi data analisis spasial dengan sistem Euclidean Distance f. Jarak dari sungai atau sumber air X 10 ; faktor jarak dari sumber air merepresentasikan kebutuhan Cikukua timor untuk berlindung istirahat dan berinteraksi sosial mengingat vegetasi di sekitar sumber mata air