lapisan bambu lapis dan berikatan dengan molekul PVAc yang terkandung dalam bambu lapis.
Namun jika ditinjau dari pengaruh jenis sambungan terhadap nilai kadar air, terlihat bahwa semakin besar jarak sambungan pada umumnya nilai kadar air yang
dihasilkan juga semakin besar. Hal ini diduga karena semakin besar jarak sambungan maka akan semakin besar celah antar bambu yang dapat
mempermudah penyerapan air dari luar. Asumsi ini sejalan dengan Iswanto 2008 yang menyatakan bahwa daerah sambungan mudah untuk dimasuki oleh
air. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada sambungan, jenis perekat, dan
interaksi antar keduanya terhadap kadar air bambu lapis, maka dilakukan analisis keragaman ANOVA dengan selang kepercayaan 95.
Tabel 2 Analisis keragaman kadar air bambu lapis.
SK DB
JK KT
F-hit PrF
Sambungan 3
6.6976125 2.2325375
0.96 0.4362
tn
Perekat 1
2.2878375 2.2878375
0.98 0.3364
tn
SambunganPerekat 3
1.7369125 0.57897083
0.25 0.8612
tn
Eror 16
37.2674 2.3292125
Total 23
47.9897625 Keterangan:
DB : Derajat Bebas JK : Jangkauan Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah : Nyata
tn : Tidak nyata
Hasil analisis keragaman untuk nilai kadar air menunjukkan perlakuan pada sambungan, jenis perekat, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai kadar air bambu lapis.
4.1.2 Kerapatan
Nilai rata-rata kerapatan bambu lapis kontrol dan jarak sambungan 2 cm, 3 cm, dan 4 cm sebesar 0,72 gcm
3
dengan kisaran 0,63 – 0,76 gcm
3
. Histogram kerapatan hasil penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Nilai rata-rata kerapatan bambu lapis. Dari Gambar 6 diketahui bahwa bambu lapis dengan jarak sambungan 4 cm
dengan perekat Epoxy memiliki nilai kerapatan paling tinggi yaitu sebesar 0,75 gcm
3
dan bambu lapis dengan jarak sambungan 2 cm dengan perekat PVAc memiliki nilai kerapatan yang paling rendah yaitu sebesar 0,63 gcm
3
. Jika dilihat dari jenis perekatnya, bambu lapis dengan perekat PVAc
memiliki kerapatan yang lebih rendah dibandingkan bambu lapis dengan perekat Epoxy. Hal ini terjadi karena kekentalan dan berat jenis perekat PVAc lebih
rendah dibandingkan perekat Epoxy. Apabila dibandingkan dengan nilai kerapatam bambu lapis dengan pola jahitan dan sambungan yang diteliti oleh
Mardiana 2010, yaitu sebesar 0,63 gcm
3
, maka nilai kerapatan bambu lapis pada penelitian ini relatif sama.
SNI 2000 tidak mempersyaratkan nilai kerapatan dalam kriteria standar kayu lapis penggunaan umum sehingga sampai saat ini belum ada batasan yang
jelas mengenai nilai kerapatan yang dapat menghasilkan bambu lapis yang berkualitas baik. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan bentuk sambungan, jenis
perekat, dan interaksi antar keduanya terhadap kerapatan bambu lapis, dilakukan analisis keragaman ANOVA dengan selang kepercayaan 95. Hasil ANOVA
kerapatan tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3 Analisis keragaman kerapatan bambu lapis.
SK DB
JK KT
F-hit PrF
Sambungan 3
0.0383 0.01276667
20.16 .0001
Perekat 1
0.0024 0.0024
3.79 0.0694tn
SambunganPerekat 3
0.0011 0.00036667
0.58 0.6372tn
Eror 16
0.01013333 0.00063333
Total 23
0.05193333 Keterangan:
DB : Derajat Bebas JK : Jangkauan Kuadrat KT : Kuadrat Tengah
: Nyata tn : Tidak nyata
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa bentuk perlakuan pada jenis perekat dan interaksi antara sambungan dan perekat memberikan pengaruh yang
tidak nyata, tetapi sambungan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan bambu lapis. Uji lanjut Duncan dilakukan untuk mengetahui perlakuan
sambungan yang terbaik sebagai mana terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil pengujian perbandingan rata-rata perlakuan sambungan terhadap
kerapatan bambu lapis berdasarkan uji lanjut Duncan.
Perlakuan Rata-rata Kerapatan
Jumlah Wilayah Berganda Duncan
Bambu Lapis grcm
2
Contoh Uji α= 0.05
B1 0.75500
6 A
B4 0.73667
6 A
B3 0.72500
6 A
B2 0.65000
6 B
Keterangan: B1 : kontrol
B2 : 2 cm B3 : 3 cm
B4 : 4 cm
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa semakin besar sambungan maka semakin besar besar nilai kerapatanya. Hal ini disebabkan karena adanya
sambungan yang
terdapat dalam
bambu lapis
dapat meningkatkan
kekompakankerapatan bambu sebagai bahan penyusun panel.
4.1.3 Stabilitas Dimensi