Analisis Data dan Rancangan Percobaan

� = �+ + + + � Keterangan: � = Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor α, taraf ke-j faktor β. � = Nilai rata-rata sebenarnya. = Pengaruh perekat pada taraf ke- i. = Pengaruh perlakuan jarak sambungan pada taraf ke-j. = Pengaruh interaksi dari unit percobaan antara perekat ke-i, dan jenis penguat sambungan ke-j. � = Nilai galat kesalahan percobaan dari perekat ke-i, jenis penguat sambungan ke-j pada ulangan ke-k. = Jenis Perekat PVAc dan Epoxy. = Jenis Perlakuan Kontrol, Sambungan 2 cm, Sambungan 3 cm dan Sambungan 4 cm. = Ulangan 1,2, dan 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan terhadap sifat fisis dan mekanis bambu lapis yang dibuat maka dilakukan analisis sidik ragam atau analysis of variance ANOVA. Nilai f-hitung yang diperoleh dari ANOVA tersebut dibandingkan dengan f-tabel pada selang kepercayan 95 dengan kaidah keputusan : 1. Apabila f-hitung f-tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap sifat fisis mekanis papan pada selang kepercayaan 95. 2. Apabila f-hitung f-tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata pada sifat fisis mekanis papan pada selang kepercayaan 95. Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap sifat fisis dan mekanis papan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test DMRT. Nilai sifat fisis dan mekanis yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar SNI 01-5008.2-2000. Pengolahan data dilakukan dengan Excel 2007 dan SAS 9.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sifat Fisis Bambu Lapis

3.1.1 Kadar Air

Nilai rata-rata kadar air bambu lapis kontrol dan jarak sambung 2 cm, 3 cm, dan 4 cm sebesar 10,81 dengan kisaran antara 9,66 – 11,73. Dengan demikian, nilai kadar air semua bambu lapis yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan SNI 2000 untuk kayu lapis penggunaan umum, yaitu lebih kecil dari 14. Histogram nilai kadar air secara lengkap tersaji dalam Gambar 5. Gambar 5 Nilai rata-rata kadar air bambu lapis. Gambar 5 menunjukkan bahwa bambu lapis dengan perlakuan jarak sambung 3 cm dengan perekat Epoxy memiliki nilai kadar air terendah yaitu sebesar 9,66 sedangkan bambu lapis dengan perlakuan jarak sambung 4 cm dengan perekat PVAc memiliki kadar air tertinggi yaitu sebesar 11,73. Jika ditinjau berdasarkan jenis perekatnya maka bambu lapis dengan perekat Epoxy mempunyai nilai kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan bambu lapis yang menggunakan perekat PVAc. Menurut Muhammad Fadli 2006, perekat PVAc mempunyai daya tahan yang rendah terhadap cuaca dan kelembaban, hal ini menyebabkan air dapat dengan mudah masuk ke dalam lapisan bambu lapis dan berikatan dengan molekul PVAc yang terkandung dalam bambu lapis. Namun jika ditinjau dari pengaruh jenis sambungan terhadap nilai kadar air, terlihat bahwa semakin besar jarak sambungan pada umumnya nilai kadar air yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini diduga karena semakin besar jarak sambungan maka akan semakin besar celah antar bambu yang dapat mempermudah penyerapan air dari luar. Asumsi ini sejalan dengan Iswanto 2008 yang menyatakan bahwa daerah sambungan mudah untuk dimasuki oleh air. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pada sambungan, jenis perekat, dan interaksi antar keduanya terhadap kadar air bambu lapis, maka dilakukan analisis keragaman ANOVA dengan selang kepercayaan 95. Tabel 2 Analisis keragaman kadar air bambu lapis. SK DB JK KT F-hit PrF Sambungan 3 6.6976125 2.2325375 0.96 0.4362 tn Perekat 1 2.2878375 2.2878375 0.98 0.3364 tn SambunganPerekat 3 1.7369125 0.57897083 0.25 0.8612 tn Eror 16 37.2674 2.3292125 Total 23 47.9897625 Keterangan: DB : Derajat Bebas JK : Jangkauan Kuadrat KT : Kuadrat Tengah : Nyata tn : Tidak nyata Hasil analisis keragaman untuk nilai kadar air menunjukkan perlakuan pada sambungan, jenis perekat, dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air bambu lapis.

4.1.2 Kerapatan

Nilai rata-rata kerapatan bambu lapis kontrol dan jarak sambungan 2 cm, 3 cm, dan 4 cm sebesar 0,72 gcm 3 dengan kisaran 0,63 – 0,76 gcm 3 . Histogram kerapatan hasil penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 6.