Tenggara yaitu sebagai bahan bangunan, berbagai jenis keranjang, dan sebagai makanan. Kegunaan lainnya yang tidak kalah penting yaitu sebabagi bahan baku
pembuatan kertas, alat-alat musik, dan kerajinan tangan Dransfield dan Widjaja 1995.
Di Indonesia bambu terdiri atas 143 jenis. Di Jawa diperkirakan hanya ada 40 jenis bambu. Di antara jenis-jenis yang ada di Jawa, 16 jenis tumbuh juga di
pulau-pulau lainnya ; 26 jenis merupakan jenis introduksi, namun 14 jenis di antaranya hanya tumbuh di Kebun Raya Bogor dan Cibodas Widjaja 2001.
2.2.2 Kandungan Kimia
Komponen kimia utama bambu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin serta sedikit zat kimia lainnya yaitu resin, tanin, lilin, garam. Kandungan
kimia bambu ini menunjukkan bambu cocok untuk industri pulp dan kertas, bambu mengandung komponen kimia sebagai berikut dihitung dalam persentase
berat kering holoselulose berkisar antara 61-71; pentosan 16-21; lignin 20- 30; abu 1-9; dan zat ekstraktif yang larut dalam alkohol benzena 5,3-7,8.
Silika merupakan komponen utama yang menyusun abu. Adanya silika menyebabkan pemasakan pulp lebih mahal dan pulp yang didapat lebih sedikit
Dransfield dan Widjaja 1995.
2.2.3 Sifat Anatomi
Tanaman bambu memiliki ciri-ciri anatomi antara lain pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan sekunder. Batang bambu terdiri dari
ruas-ruas dan buku sehingga ada bagian batang yang disebut nodia dan internodia. Di dalam internodia sel-selnya berorientasi jearah sumbu aksial, sedang dalam
nodia sel-selnya mengarah pada sumbu transversal. Di dalam internodia tidak ada elemen-elemen radial seperti jari-jari pada kayu Ulfah 2006.
Batang bambu terdiri dari parenkim jaringan dasar, berkas pengangkutan dan massa serat. Parenkim jaringan dasar tersusun dari sel pembuluh, pembuluh
tapis dan sel pengiring. Secara keseluruhan batang bambu terdiri dari 50 parenkim, 40 serat dan 10 berkas pengangkutan Ulfah 2006.
2.2.4 Sifat Fisis
2.2.4.1 Kadar Air Kadar air dalam batang bambu dapat mempengaruhi sifat mekanisnya.
Kadar air pada batang bambu yang telah dewasa berkisar antara 50-90. Dan pada batang yang belum dewasa sekitar 80-150, sedangkan untuk bambu yang
telah dikeringkan bervariasi antara 12-18. Kadar air pada batang meningkat dari usia 1-3 tahun; batang mengalami penurunan kadar air setelah usianya tiga tahun.
Hal ini dapat lebih tinggi disaat musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau Dransfield dan Widjaja 1995.
2.2.4.2 Berat Jenis Menurut Haygreen dan Bowyer 1989 Berat jenis kayu adalah suatu sifat
fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat mekanis kayu yang sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan.
Berat jenis bambu bervariasi dari 0,5 – 0,8 gcm
3
, bagian luar dari batang mempunyai berat jenis lebih besar daripada bagian dalamnya. Berat jenis akan
meningkat di dalam batang dari bagian bawah sampai bagian atas Dewi 2009. 2.2.4.3 Pengembangan Dan Penyusutan
Berbeda dengan kayu, penyusutan bambu dimulai secara langsung setelah panen, tetapi tidak berlangsung seragam. Penyusutan dapat mempengaruhi baik
ketebalan dinding maupun diameter batang. Pengeringan bambu dewasa untuk sekitar 20 kadar air, menyebabkan penyusutan 4-14 dalam ketebalan dinding
dan 3-12 untuk diameter. Penyusutan arah radial lebih besar daripada penyusutan tangensial dengan perbandingannya 7 berbanding 5, sedangkan
penyusunan arah longitudinal tidak lebih dari 0,5 Dransfield dan Widjaja 1995.
2.2.5 Sifat Mekanis