Tabel 53. Perbandingan Dampak Perubahan Komposisi Belanja Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan tingkat
kemiskinan
Variabel Keterangan
Satuan Nilai
Sim 1 Sim 2
Sim 3 Dasar
CONS Konsumsi Rumah Tangga
Rp Miliar 1 175 936
0.14 0.59
0.82
CONG Konsumsi Pemerintah
Rp Miliar 164 122
-0.07 0.02
-0.06
INVT Investasi Swasta
Rp Miliar 477 674
0.20 0.61
0.87
INVG Investais Pemerintah
Rp Miliar 76 741
7.67 17.42
27.69
EXPO Ekspor
Rp Miliar 942 488
0.11 0.35
0.50
IMPO Impor
Rp Miliar 714 045
0.34 1.00
1.47
BPGW Belanja Pegawai
Rp Miliar 104 621
-4.78 0.04
-4.78
BBRG Belanja Barang
Rp Miliar 53 083
-9.42 0.68
-9.42
BMDL Belanja Modal
Rp Miliar 71 657.1
27.91 0.03
27.91
BUTG
Belanja Pemb. Bunga Utang
Rp Miliar 77 409.9
-6.46 0.00
-6.46
SNBM Belanja Subsidi Non BBM
Rp Miliar 30 970.5
-0.03 -0.59
-0.67
SBBM Belanja Subsidi BBM
Rp Miliar 123 001
-4.07 0.00
-4.07
BDAK Belanja Daerah DAK
Rp Miliar 14 601.7
0.18 0.06
0.20
BDAU Belanja Daerah DAU
Rp Miliar 158 232
0.44 0.05
0.46
BDBH Belanja Daerah Bagi Hasil
Rp Miliar 69 012.1
0.02 0.04
0.06
RTAX Penerimaan Pajak
Rp Miliar 528 619
1.06 0.08
1.08
PUNEM Tingkat Pengangguran 8.36
-0.83 -2.22
-3.33 NPOV
Jumlah Penduduk Miskin Juta Orang
32.97 -0.02
-0.17 -0.21
RDOM Penerimaan dalam Negeri
Rp Miliar 762 899
0.73 0.06
0.75
PDBI Produk Domestik Bruto
Rp Miliar 2 134 847
0.33 0.91
1.37 BTUS
Total Belanja Pusat Rp Miliar
542 949 1.47
0.05 1.43
BTDR Total Belanja Daerah
Rp Miliar 255 788
0.29 0.04
0.31
TOTB
Total Belanja Rp Miliar
798 738 1.09
0.04 1.08
Hal ini dapat diperbandingkan dengan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya, terutama jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian di Negara
lain. Sebagai contoh, jika dibandingkan dengan komposisi belanja di Thailand, diman komposisi belanja modal Thailand sekitar 20 persen dari total anggaran
pemerintah, namun Thailand mempunyai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yaitu sebesar 7.9 persen. Disamping itu, berdasarkan hasil penelitian Wan
dan Sebastian 2011 angka elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan di Thailand sebesar -5.62 jika menggunakan garis kemiskinan US1.25 per hari, dan
-1.28 jika menggunakan garis kemiskinan US2 per hari. Artinya setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Thailand mampu mengurangi penduduk
miskin sebesar 1.28 persen. Sementara nilai elastisitas kemiskinan Indonesia hanya sebesar -0.88 artinya jika pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen
maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0.88 persen. Jika garis kemiskinan akan berkurang sebesar 0.88 persen. Jika garis kemiskinan dinaikan
menjadi US2 perhari, elastisitas kemiskinan di Indonesia semakin rendah lagi yaitu hanya -0.34. Jadi setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen
hanya akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 0.34 persen.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Komposisi terbesar belanja Pemerintah Indonesia adalah untuk belanja
rutin dan pelayanan umum. Konsekuensinya Indonesia hanya mempunyai anggaran untuk belanja modal sebesar 8.4 persen, sementara Malaysia
sebesar 31.1 persen dan Thailand 20.3 persen. Rendahnya porsi belanja modal berdampak pada rendahnya ruang fiskal pemerintah, yaitu rata-rata
hanya sekitar 4-5 persen. Akibatnya fungsi stimulus fiskal tidak optimal, utamanya dalam mendorong pertumbuhan investasi swasta dan kinerja
ekspor. Hasilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dibandingkan Malysia dan Thailand. Pada tahun 2010, pertumbuhan
ekonomi Malaysia mencapai 7.2 persen dan Thailand sebesar 7.9 persen, dan Indonesia hanya sebesar 6.1 persen. Selanjutnya, Indonesia masih
mempunyai tingkat pengangguran terbuka sebesar 7.1 persen, sementara Malaysia tinggal 3.4 persen dan Thailand hanya 1.0 persen.
2. Rendahnya peran belanja pemerintah dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi, penciptaan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan disebabkan oleh komposisi belanja yang tidak proporsional dan tidak
efektif. Selama 2006-2010, proporsi belanja pemerintah didominasi oleh belanja subsidi terutama subsidi BBM untuk premium 27.8 persen, gaji
pegawai 18.89 persen, pembayaran bunga utang 14.77 persen, dan