-0.02 BTUS DAMPAK KOMPOSISI BELANJA PEMERINTAH TERADAP PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN
kebijakan moratorium pegawai negeri sipil PNS atau dengan kebijakan zero growth,
serta mengevaluasi kebijakan pemekaran wilayah, c penurunan proporsi pembayaran bunga utang melalui moratorium utang luar negeri
melalui renegosiasi dengan negara-negara donor terutama untuk pembayaran bunga dan cicilan utang jangka panjang, c penurunan porsi belanja subsidi
BBM, dan d efisiensi belanja barang agar tidak terjadi tumpang tindih anggaran, terutama kejelasan antara nomenklatur belanja barang operasional
dan non operasional, serta antara belanja jasa dan perjalanan dinas. 3. Untuk meningkatkan efektifitas peran belanja Pemerintah, perubahan
komposisi belanja juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas perencanaan dan pola penyerapan anggaran, utamanya peningkatan efisiensi
belanja modal. Proses perencanaan harus terintegrasi antar sektor dan wilayah agar dapat mengurangi tumpang tindih anggaran. Peningkatan efisensi belanja
modal dapat dilakukan melalui perbaikan pola penyerapan anggaran yang terdistribusi secara proporsional pada setiap triwulan. Proses penyerapan
anggaran untuk pembangunan infrastruktur harus sudah dimulai sejak awal tahun anggaran agar tersedia cukup waktu pelaksanaan pembangunan
infrastruktur. 4. Adanya perbaikan mekanisme perencanaan anggaran dan indikator yang jelas
sesuai target yang telah ditetapkan dalam rencana strategis Pemerintah. Perencanaan anggaran harus berbasis pada program prioritas disertai dengan
target output dan outcame yang jelas, tidak hanya berdasarkan pada pola historis tahun sebelumnya. Penyusunan belanja pemerintah harus mengacu
201 pada pencapaian program pemerintah, yaitu program pro growth, pro job dan
pro poor .
5. Untuk meningkatkan peran stimulus fiskal pemerintah diperlukan perubahan kebijakan belanja pemerintah secara mendasar, tidak hanya dilakukan
perubahan komposisi belanja Pemerintah, namun juga perubahan kebijakan anggaran. Alokasi belanja Pemerintah harus memenuhi tiga peran utamanya,
yaitu fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. APBN harus mampu mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas,
yaitu pertumbuhan yang mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan pro Job dan pro Poor. Dengan demikian disamping
peningkatan belanja modal, juga diperlukan peningkatan porsi belanja untuk fungsi ekonomi.
6. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian yang lebih komprehensif, yaitu dengan mempertimbangkan efisiensi alokasi belanja menurut sektor dan
alokasi belanja daerah. Disamping itu juga perlu dilihat dampak alokasi belanja pemerintah terhadap sisi penawaran agrgate supply serta faktor lag,
yaitu berapa lama dampak dari kebijakan belanja pemerintah efektif berpengaruh terhadap kinerja perekonomian.
Halaman ini sengaja dikosongkan