keseriusan pemerintah tidak ada. Anggaran yang besar belum tentu mampu meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk bersaing pada level
internasional. Sangat banyak kemungkinan yang menyebabkan hal ini, tetapi korupsi dan kebocoran anggaran ditenggarai sebagai penyebab utama dari
kegagalan pemerintah memanfaatkan anggaran APBN yang tersedia. Dengan alokasi anggaran Pemerintah China untuk sektor ekonomi yang
relatif lebih besar, China menghasilkan pertumbuhan GDP yang sangat tinggi. Gambar 17 menunjukkan pertumbuhan ekonomi China rata-rata diatas 9 persen
setiap tahunnya, jauh melebihi pertumbuhan GDP Indonesia. Dengan demikian alokasi anggaran Pemerintah China dapat disimpulkan lebih produktif dibanding
Indonesia. selalu Keseriusan pemerintah China dalam menumbuhkan ekonominya patut dicontoh oleh pemerintah Indonesia. Bahkan sektor manufaktur
menyumbang 40 persen dari total PDB China yang mencapai 31 414.3 miliar CNY.
Sumber: World Bank, 2011
Gambar 17. Pertumbuhan GDP China, Tahun 2000 -2010
8,3 9,1
10,0 10,1
30,3
12,7 14,2
9,6 9,2
10,3 5
10
15
20 25
30 35
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Pertumbuhan GDP China
4.5. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan
Kemiskinan Beberapa Negara
Perbaikan kinerja perekonomian suatu negara akan berdampak pada kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara,
seharusnya kesejahteraan masyarakat juga meningkat. Indikator kesejahteraan antara lain ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan perkapita, tingkat
pengangguran dan tingkat kemiskinan yang menurun. Tabel 17 menunjukkan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara telah berdampak signifikan terhadap
pertumbuhan pendapatan perkapitanya. Malaysia pada tahun 2008 memiliki angka pertumbuhan ekonomi sebesar
4.81 persen menghasilakn pendapatan perkapita sebesar US5 155. Diantara negara ASEAN pendapatan perkapita Indonesia yang paling rendah. PDB per
kapita Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2000 memang menunjukkan peningkatan dari US397 pada 1980 menjadi US1 083 pada 2008. Namun, jika
dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN, terlihat bahwa pendapatan per kapita Indonesia merupakan yang terendah, masih jauh di bawah Singapura,
Malaysia, dan Thailand seperti yang terlihat pada Tabel 17. Padahal, sebelum krisis ekonomi Indonesia mempunyai angka pertumbuhan rata-rata diatas 7
persen. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki angka pertumbuhan penduduk yang cukup besar.
Tabel 17. Pendapatan Per Kapita Negara ASEAN, Tahun 2000-2008 US
Country 2000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Indonesia 800
818 844
872 904
943 983
1 033 1 083
Malaysia 4 030
3 965 4 096
4 251 4 455
4 609 4 789
5 009 5 155
Singapore 23 019
21 869 22 571
23 704 25 651
26 886 28 234
29 185 27 991
Thailand 1 968
1 991 2 072
2 193 2 305
2 387 2 490
2 594 2 645
Sumber: World Development Indicators, The World Bank, 2010
Sementara itu, Tabel 18 menunjukkan pertumbuhan rata-rata PDB riil per kapita beberapa negara ASEAN antar periode waktu selama periode 1951-2008.
Pendapatan per kapita Indonesia dan Malaysia mengalami pertumbuhan tertinggi pada periode 1971-1980. Thailand mengalami rata-rata pertumbuhan pendapatan
per kapita tertinggi pada 1981-1990, sementara Singapura pada 1961-1970. Namun secara rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita Indonesia mengalami
pertumbuhan terendah diantara negara-negara ASEAN. Rendahnya pendapatan perkapita
Indonesia sekaligus
menunjukkan rendahnya
produktifitas perekonomian domestik. Pendapatan perkapita merupakan ukuran yang relatif
obyektif untuk membandingkan prestasi kenerja perekonomian antara negara.
Tabel 18. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita antar Negara ASEAN
Periode Indonesia
Malaysia Singapore
Thailand
1951 –1960
4.0 3.6
5.4 5.7
1961 –1970
1.9 3.5
7.4 5.0
1971 –1980
5.4 5.3
7.2 4.4
1981 –1990
4.5 3.2
5.0 6.0
1991 –2000
2.9 4.6
4.7 3.6
2001 –2008
3.9 3.1
2.6 3.8
Sumber: World Development Indicators, The World Bank, 2010
Ketertinggalan Indonesia tidak hanya dari sisi pendapatan per kapita, namun juga dalam hal tingkat kemiskinan dan pengangguran. Kondisi ini tentunya
kontras dengan posisi perekonomian Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara. Gambar 18 menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia justru paling buruk
diantara negara-negara di Asia Tenggara. Berdasarkan data publikasi Asian Development Bank ADB pada 2010, dengan menggunakan garis biaya hidup
US1.25 per hari masih terdapat 29 persen penduduk Indonesia hidup di bawah standar tersebut. Negara yang ditampilkan dalam Gambar 18 hanya negara yang
memiliki tingkat kemiskinan diatas 10 persen. Posisi kemiskinan di Indonesia masih lebih buruk dibandingkan Myanmar, Kamboja, Philipina, dan Vietnam.
Sumber: Asian Development Bank, 2010 Gambar 18. Perbandingan Tingkat Kemiskinan antar Negara, Tahun 2010
Ironi lainnya terlihat dari data tingkat pengangguran, di mana
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tingkat pengangguran tertinggi, sebesar 8.1 persen pada 2009. Sementara itu, Thailand
yang pada tahun 2009 mengalami penjalaran krisis global masih dapat menjaga tingkat penganggurannya pada level 1.5 persen. Singapura sebagai negara yang
pada 2009 mengalami dampak krisis global yang sangat parah masih dapat menjaga tingkat pengangguran sebesar 4.1 persen. Namun, Indonesia yang
berhasil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi positif pada 2009 justru tidak