1 690 KOMPOSISI BELANJA PEMERINTAH BEBERAPA NEGARA DAN KINERJA PEREKONOMIANNYA

keseriusan pemerintah tidak ada. Anggaran yang besar belum tentu mampu meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk bersaing pada level internasional. Sangat banyak kemungkinan yang menyebabkan hal ini, tetapi korupsi dan kebocoran anggaran ditenggarai sebagai penyebab utama dari kegagalan pemerintah memanfaatkan anggaran APBN yang tersedia. Dengan alokasi anggaran Pemerintah China untuk sektor ekonomi yang relatif lebih besar, China menghasilkan pertumbuhan GDP yang sangat tinggi. Gambar 17 menunjukkan pertumbuhan ekonomi China rata-rata diatas 9 persen setiap tahunnya, jauh melebihi pertumbuhan GDP Indonesia. Dengan demikian alokasi anggaran Pemerintah China dapat disimpulkan lebih produktif dibanding Indonesia. selalu Keseriusan pemerintah China dalam menumbuhkan ekonominya patut dicontoh oleh pemerintah Indonesia. Bahkan sektor manufaktur menyumbang 40 persen dari total PDB China yang mencapai 31 414.3 miliar CNY. Sumber: World Bank, 2011 Gambar 17. Pertumbuhan GDP China, Tahun 2000 -2010 8,3 9,1 10,0 10,1 30,3 12,7 14,2 9,6 9,2 10,3 5 10 15 20 25 30 35 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertumbuhan GDP China

4.5. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan

Kemiskinan Beberapa Negara Perbaikan kinerja perekonomian suatu negara akan berdampak pada kemakmuran masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, seharusnya kesejahteraan masyarakat juga meningkat. Indikator kesejahteraan antara lain ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan perkapita, tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang menurun. Tabel 17 menunjukkan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara telah berdampak signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan perkapitanya. Malaysia pada tahun 2008 memiliki angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4.81 persen menghasilakn pendapatan perkapita sebesar US5 155. Diantara negara ASEAN pendapatan perkapita Indonesia yang paling rendah. PDB per kapita Indonesia berdasarkan harga konstan tahun 2000 memang menunjukkan peningkatan dari US397 pada 1980 menjadi US1 083 pada 2008. Namun, jika dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN, terlihat bahwa pendapatan per kapita Indonesia merupakan yang terendah, masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand seperti yang terlihat pada Tabel 17. Padahal, sebelum krisis ekonomi Indonesia mempunyai angka pertumbuhan rata-rata diatas 7 persen. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki angka pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Tabel 17. Pendapatan Per Kapita Negara ASEAN, Tahun 2000-2008 US Country 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia 800 818 844 872 904 943 983 1 033 1 083 Malaysia 4 030 3 965 4 096 4 251 4 455 4 609 4 789 5 009 5 155 Singapore 23 019 21 869 22 571 23 704 25 651 26 886 28 234 29 185 27 991 Thailand 1 968 1 991 2 072 2 193 2 305 2 387 2 490 2 594 2 645 Sumber: World Development Indicators, The World Bank, 2010 Sementara itu, Tabel 18 menunjukkan pertumbuhan rata-rata PDB riil per kapita beberapa negara ASEAN antar periode waktu selama periode 1951-2008. Pendapatan per kapita Indonesia dan Malaysia mengalami pertumbuhan tertinggi pada periode 1971-1980. Thailand mengalami rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita tertinggi pada 1981-1990, sementara Singapura pada 1961-1970. Namun secara rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita Indonesia mengalami pertumbuhan terendah diantara negara-negara ASEAN. Rendahnya pendapatan perkapita Indonesia sekaligus menunjukkan rendahnya produktifitas perekonomian domestik. Pendapatan perkapita merupakan ukuran yang relatif obyektif untuk membandingkan prestasi kenerja perekonomian antara negara. Tabel 18. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita antar Negara ASEAN Periode Indonesia Malaysia Singapore Thailand 1951 –1960 4.0 3.6 5.4 5.7 1961 –1970 1.9 3.5 7.4 5.0 1971 –1980 5.4 5.3 7.2 4.4 1981 –1990 4.5 3.2 5.0 6.0 1991 –2000 2.9 4.6 4.7 3.6 2001 –2008 3.9 3.1 2.6 3.8 Sumber: World Development Indicators, The World Bank, 2010 Ketertinggalan Indonesia tidak hanya dari sisi pendapatan per kapita, namun juga dalam hal tingkat kemiskinan dan pengangguran. Kondisi ini tentunya kontras dengan posisi perekonomian Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara. Gambar 18 menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia justru paling buruk diantara negara-negara di Asia Tenggara. Berdasarkan data publikasi Asian Development Bank ADB pada 2010, dengan menggunakan garis biaya hidup US1.25 per hari masih terdapat 29 persen penduduk Indonesia hidup di bawah standar tersebut. Negara yang ditampilkan dalam Gambar 18 hanya negara yang memiliki tingkat kemiskinan diatas 10 persen. Posisi kemiskinan di Indonesia masih lebih buruk dibandingkan Myanmar, Kamboja, Philipina, dan Vietnam. Sumber: Asian Development Bank, 2010 Gambar 18. Perbandingan Tingkat Kemiskinan antar Negara, Tahun 2010 Ironi lainnya terlihat dari data tingkat pengangguran, di mana dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tingkat pengangguran tertinggi, sebesar 8.1 persen pada 2009. Sementara itu, Thailand yang pada tahun 2009 mengalami penjalaran krisis global masih dapat menjaga tingkat penganggurannya pada level 1.5 persen. Singapura sebagai negara yang pada 2009 mengalami dampak krisis global yang sangat parah masih dapat menjaga tingkat pengangguran sebesar 4.1 persen. Namun, Indonesia yang berhasil menjaga momentum pertumbuhan ekonomi positif pada 2009 justru tidak