Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ergonomi

ergonomi kapal penangkap tuna berdasarkan aktivitas yang dilakukan di atas kapal berikut peralatan yang digunakan. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kenyamanan kerja di atas kapal.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1 Mendeskripsikan aktivitas ABK penangkap tuna; dan 2 Menganalisis aspek ergonomi pada aktivitas penangkapan tuna.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak terkait seperti pemilik kapal sehubungan dengan peningkatan kenyamanan dan keselamatan kerja di atas kapal penangkap tuna. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

2.1.1 Pengertian ergonomi Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara manusia dan objek yang digunakan serta kondisi lingkungan. Ergonomi juga mempelajari penyesuaian antara desain peralatan dan pekerjaan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia Institute of Production Engineering Work Science, 2005. Menurut Manuaba 1998, ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menserasikan alat-alat, cara kerja dan lingkungan, pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia, sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Ergonomi atau ergonomics dalam bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya Nurmianto, 1996. Pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan menurut Suhadri 2008, yaitu: 1 Anatomi struktur, fisiologi bekerja, dan antropometri ukuran tubuh manusia; 2 Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia; dan 3 Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya kondisi- kondisi kerja yang membuat nyaman kerja manusia. Menurut Suhadri 2008, dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup besar. Semua bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya; 2 Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja; 3 Peralatan apa yang mereka gunakan; dan 4 Apa efek dari faktor-faktor di atas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja. Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Namun di sisi lain, apabila pekerja kurang waspada, akan timbul dampak negatif berupa bahaya potensial. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI lebih lanjut menyatakan bahwa sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa penyesuaian ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan dan pengaturan suhu, cahaya serta kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”. Sementara itu ILO antara lain menyatakan, “sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. 2.1.2 Tujuan ergonomi Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, mengintegrasikan berbagai elemen keilmuan, seperti misalnya fisiologi, anatomi, kesehatan, teknologi, desain dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Tujuan ergonomi adalah Manuaba, 1998: 1 Meningkatkan kesejahtetaan fisik dan mental; 2 Meningkatkan kesejahteraan sosial; dan 3 Keseimbangan rasional antara sistem manusia atau manusia dan mesin dengan aspek teknis, ekonomi, antropologi, budaya. Pengimplementasian tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh satu aspek saja, melainkan harus mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Pengimplementasian tujuan yang ingin dicapai perlu berpijak kepada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia. Tujuan yang ideal adalah mengatur pekerjaan tersebut berada dalam batas-batas di mana manusia bisa mentolerirnya, tanpa menimbulkan kelainan Manuaba, 1998. Di sisi lain perlu pula diperhatikan aspek task, organisasi dan lingkungan, serta pengaruh yang ditimbulkan terhadap tubuh. Akibat pengaruh dari ketiga aspek tersebut, dari masing-masing aspek atau secara bersamaan dapat menimbulkan beban tambahan di luar beban dari pekerjaan yang sesungguhnya. The Joy Institute 1998 mengungkapkan tujuan akhir dari ergonomi adalah meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan kualitas hidup. Chavalitsakulchai dan Shahnavaz 1993 mengemukakan bahwa, ergonomi dapat menurunkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Manuaba 1998, lebih terperinci mengatakan manfaat penerapan ergonomi antara lain pekerjaan lebih cepat selesai; resiko penyakit akibat kerja kecil; kelelahan berkurang; rasa sakit berkurang atau tidak ada. Ergonomi juga diperlukan karena adanya berbagai dampak pembangunan seperti adanya kecelakaan; adanya penyakit akibat kerja; adanya polusi; adanya ketidak puasan kerja, dan banjir dan bencana lainnya. Ergonomi dikatakan sebagai management itu sendiri, karena keberhasilan ergonomi, jika dimanfaatkan sejak perencanaan dan memperhatikan bagaimana memilih dan mengalihkan teknologi, menyusun organisasi kerja yang tepat sehingga pada akhirnya akan terjadi hubungan dan kepuasan kerja yang baik. Lebih jauh Manuaba 2001 mengungkapkan dari aspek definisi, ergonomi dan Total Quality Management TQM punya tujuan yang sama yaitu berorientasi kepada dipenuhinya keinginan atau kebutuhan para pelanggan. Dalam rangka kompetisi globalisasi, setiap produk yang dihasilkan hendaknya benar-benar harus kompetitif, dengan kata lain harus memiliki nilai tambah. Serta produk yang sudah diproses melalui pendekatan ergonomi akan memiliki berbagai kelebihan, misalnya lebih aman dioperasikan, lebih nyaman digunakan, lebih sehat karena tidak memiliki sumber penyakit, lebih produktif, karena tidak cepat menimbulkan kelelahan. Walaupun tujuannya sudah jelas terkadang ergonomi masih diragukan dalam operasionalnya, yang disebabkan oleh karena tidak adanya pencatatan yang baik serta tidak proaktifnya mempresentasikan keberhasilan yang telah dicapai Hendrick, 1997. Grob dan Dong 2006 melaporkan sebagian besar penelitian yang mengungkapkan ekonomi di dalam ergonomi hanya mengungkapkan intervensi ergonomi hanya menguntungkan dalam meningkatkan keselamatan dan produktivitas atau keduannya, dan tidak melaksanakan pencatatan lain dari intervensi ergonomi yang dilaksanakan. Ada delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah dalam ergonomi yaitu nutrisi, pemanfaatan tenaga otot, sikap kerja, kondisi lingkungan, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi, interaksi manusia mesin Manuaba, 2003. 2.1.3 Ruang lingkup ergonomi Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya. Hal ini meliputi teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian, anthropometri, sosiologi, fisiologi terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take, pols, dan aktivitas otot, dan desain Suhadri, 2008. 2.1.4 Ergonomi partisipatori Nagamachi 1993 mengungkapkan ergonomi partisipasi adalah pekerja berpartisipasi aktif dengan semua pihak termasuk manajer untuk menerapkan prinsip-prinsip dan pengetahuan ergonomi di tempat kerja untuk meningkatkan kondisi kerja. Michele 2006 menjelaskan ergonomi partisipasi adalah keterlibatan pengguna dan penyelenggara dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan. Ergonomi partisipasi merupakan salah satu dari komponen pendekatan ergonomi makro yang mampu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja Imada, 1993. Menurut Manuaba 1999; 2001 ergonomi partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi setiap orang dari suatu kelompok yang mendorong mereka untuk berkontribusi dan bertanggung-jawab untuk mencapai tujuan bersama. Ada tiga ide penting dalam hal ini yaitu: keterlibatan involvement, kontribusi contribution dan tanggung jawab resposibility. Menurut Well 2002 ergonomi partisipasi adalah suatu proses dan sistem yang melibatkan semua pihak dalam perencanaan dan kontrol dengan seluruh kemampuan kerja, dan pengetahuan untuk meningkatkan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai memiliki beberapa keuntungan yaitu: meningkatkan efektivitas, gampang dalam penerapan, meningkatkan komunikasi antar pekerja, menurunkan resiko faktor psikis. Menurut pemahaman total quality management yang dimaksud dengan partisipasi total adalah mengusahakan partisipasi total dari seluruh pimpinan puncak, staf dan karyawan pada semua tingkat hirarki perusahaan dan seluruh kemampuan dari setiap karyawan perusahaan harus dimanfaatkan secara optimal apabila menghendaki perbaikan terus menerus untuk memenuhi kepuasan konsumen Ibrahim,1997. Kegiatan operasi penangkapan ikan adalah kegiatan yang memerlukan persiapan yang matang dalam waktu relatif lama. Jika tidak dipersiapkan dan dilakukan dengan baik sering menimbulkan berbagai masalah seperti: ketidakefektifan waktu kerja, kebosanan, stres akibat kerja dan kelelahan. Ergonomi partisipatori menjadi suatu kajian yang menarik dan banyak didiskusikan dalam mengelola suatu aktivitas di tempat kerja Manuaba, 2001. Ergonomi partisipatori dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk melalui perbaikan kondisi kerja terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan alat- alat kerja. Partisipasi adalah pelibatan fisik, mental, emosi, pikiran dan perilaku seseorang di dalam situasi kegiatan kelompok dan mengupayakan agar setiap orang berkonstribusi sama dalam menentukan hasil kelompok dan dalam menyampaikan tanggapannya Manuaba, 2001. Ergonomi partisipatori merupakan partisipasi aktif seseorang dengan menempatkan ergonomi sebagai acuannya. Pertimbangan pendekatan secara holistik dan mengupayakan agar seseorang dalam aktivitasnya selalu sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien, sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya. Absensi karena sakit dapat diturunkan dan kesehatan secara psikologis dapat ditingkatkan jika dilakukan pelatihan dan pendekatan organisasi dengan jalan meningkatkan partisipasi seseorang dalam mengambil kebijakan dan pemecahan masalah. Operasi penangkapan ikan yang dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dengan aktivitas yang sangat padat, maka sangat tepat menerapkan ergonomi partisipatori agar pekerjaan bisa dilakukan secara efektif dan efisien serta para pelaku kegiatan tetap dalam keadaan nyaman, sehat dan produktif Artayasa, 2010. Oleh karena itu, partisipasi dari semua pihak sangat menentukan dalam pemecahan masalah, serta pembentukan tim untuk mendukung pelaksanaannya sangat diperlukan. Jika dipandang dari sudut manajemen mutu terpadu tugas tim ini adalah membuat rencana plan, mengerjakan atau melaksanakan do, mengevaluasi check, serta menindaklanjuti hasil dari evaluasi yang dilaksanakan act Ibrahim,1997. 2.1.5 Aplikasi ergonomi Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Perlu kemauan dan kerjasama yang baik dari semua pihak untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya DEPKES RI, 2010. Penerapan ergonomi di segala sektor selalu mengikuti perkembangan jaman. Partisipasi pemakai produk ergonomi, yang dalam hal ini biasanya tenaga kerja, di dalam setiap keputusan mutlak harus didengarkan. Pendekatan semacam ini dikenal dengan sebutan pendekatan ergonomi partisipasi, pendekatan ini akan lebih berhasil jika dilakukan dengan cara bersistem systemic, menyeluruh holistic, interdisipliner interdisciplinary Manuaba, 1999. Kesimpulan makalah yang disampaikan dalam seminar Nasional Ergonomi di Surabaya tahun 1999, oleh pakar ergonomi Manuaba, pendekatan dalam ergonomi yang mengandung unsur: bersistem systemic, menyeluruh holistic, interdisipliner interdisciplinary serta partisipasi participation dikemas dalam suatu bentuk yang disebut dengan sebutan SHIP. 1 Sistemik diartikan sebagai pendekatan bersistem, dimana semua usaha perbaikan atau pemecahan masalah yang ada akan mempengaruhi pekerja, pekerjaan, tempat, waktu pelaksanaan pekerjaan serta akan mempengaruhi sektor pembiayaan. Segala sesuatu yang berkaitan harus diperhitungkan dengan seksama. Hal ini dapat diupayakan dengan cara mempertimbangkan prinsip-prinsip ergonomi, dalam penggalian, proses, pemecahan, serta dalam pelaksanaan dari pemecahan masalah yang ada; 2 Holistik adalah intervensi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah harus dikaji lagi dari beberapa sistem yang punya hubungan signifikan dan relevan. Intervensi yang dilakukan harus dipertimbangkan secara teknis, ekonomis, ergonomi dan sosiobudaya bisa dipertanggungjawabkan, hemat energi dan tidak merusak lingkungan, serta intervensi yang diterapkan tidak sampai menimbulkan masalah baru setelah program dilaksanakan; 3 Interdisipliner berarti dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh para pekerja memanfaatkan secara maksimal analisis dari disiplin yang terkait. Penelitian ini akan dibentuk tim kerja yang terdiri atas: pekerja sebagai pemakai teknologi yang akan digunakan, ergonom, desainer serta disiplin lain yang terkait dengan permasalahan yang ada. Tugas dari tim kerja adalah menggali permasalahan yang ada, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi serta melaksanakan hasil evaluasi yang dihasilkan; dan 4 Partisipasi artinya keterlibatan setiap individu atau tim, diharapkan tidak hanya fisik saja tetapi juga pikiran dan perasaan. Selanjutnya didapatkan suatu hasil pemecahan masalah yang optimal, sistem kerja dan produk yang manusiawi, berkualitas, kompetitif dan lestari sesuai dengan keinginan semua pihak. Pekerja dilibatkan secara aktif dalam memecahkan masalah serta mendiskusikan waktu, jenis, cara terbaik dalam penerapan, jumlah serta biaya intervensi yang dilaksanakan. 2.1.6 Pelatihan ergonomi Menurut Suhadri 2008 pelatihan bidang ergonomi sangat penting. Ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan teknik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain dan manajer. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja. Metode ergonomi yang dijabarkan oleh Suhadri 2008, antara lain: 1 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks; 2 Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja; dan 3 Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan dan sakit kepala. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, dan angka kecelakaan. Aplikasipenerapan Ergonomi menurut Suhadri 2008 dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: 1 Posisi kerja, terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki; 2 Proses kerja, para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Hal ini dilakukan dengan membedakan ukuran anthropometri barat dan timur; 3 Tata letak tempat kerja, display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata; dan 4 Mengangkat beban, bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, dan punggung. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. 1 Menjinjing beban, beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO adalah sebagai berikut: - Laki-laki dewasa 40 kg; - Wanita dewasa 15-20 kg; - Laki-laki 16-18 th 15-20 kg; dan - Wanita 16-18 th 12-15 kg. 2 Organisasi kerja, pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara : - Alat bantu mekanik diperlukan kapan pun; - Frekuensi pergerakan diminimalisasi; - Jarak mengangkat beban dikurangi; - Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi; dan - Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan. 3 Metode mengangkat beban, semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : - Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung; - Memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan. Metode ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu: posisi kaki yang benar; punggung kuat dan kekar; posisi lengan dekat dengan tubuh; mengangkat dengan benar; menggunakan berat badan. 4 Supervisi medis, Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. - Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya; - Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan; dan - Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur. Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahanfatique. Hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya. Beberapa ahli membedakanmembaginya sebagai berikut : 1 Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performanya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. 2 Kelelahan yang patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba- tiba dan berat gejalanya. 3 Psikologis dan emotional fatique Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi : 1 Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia, pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising; 2 Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang; 3 Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor; 4 Tempo kegiatan tidak harus terus menerus; 5 Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan; 6 Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja; 7 Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja; dan 8 Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya: pekerja remaja, wanita hamil dan menyusui, pekerja yang telah berumur, pekerja shift, migran. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat adiktif lainnya perlu diawasi. Pemeriksaan kelelahan merupakan tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

2.2 Panduan Keselamatan Safety Guide