1. Fasilitas setting
1 Meja setting berfungsi untuk meletakkan umpan yang akan dipakai
2 Bak branch line berfungsi sebagai wadah tempat menaruh mengambil
branch line 3
Blong berfungsi sebagai bak penggulung main line 4
Snap berfungsi untuk mengaitkan branch line dan main line 2.
Fasilitas hauling: 1
Line hauler berfungsi sebagai alat bantu penarik main line 2
Side roller berfungsi untuk mengurangi gesekan main line dan dinding kapal
3 Ganco berfungsi untuk mengangkat ikan hasil tangkapan
4 Cakram berfungsi untuk mengangkat ikan berukuran besar
5 Sikat berfungsi untuk membersihkan lendir ikan
Kapal penangkap tuna ini melakukan operasi penangkapan ikan tuna di Indonesia bagian barat yaitu di timur Samudera Hindia barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa. Dibutuhkan 3-5 hari dari pelabuhan terdekat untuk menuju ke fishing ground.
4.2 Aktivitas di Atas Kapal Penangkap Tuna
4.2.1 Gambaran aktivitas di atas kapal Operasi penangkapan ikan tuna menggunakan alat tangkap tuna longline
dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu persiapan, operasi yang meliputi setting, drifting dan hauling, pasca operasi dan istirahat. Kegiatan tersebut terkonsentrasi
di beberapa bagian ruang kerja seperti: 1
Wheel house sebagai tempat istirahat dan juga lokasi ruang kemudi; 2
Buritan sebagai tempat pembuangan pancing setting, tempat radio buoy, tempat penyimpanan blong branch line, tali pelampung dan pelampung; dan
3 Haluan sebagai tempat penarikan pancing hauling, tempat penyimpanan
blong main line dan radio buoy. Gambar pemetaan posisi alat tangkap di dek atas, alat bantu dan pembagian
area tampak atas, disampaikan pada Lampiran 3. Pembagian tugas dalam kapal penangkap tuna KM Satelit disampaikan pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5 Pembagian tugas di kapal penangkap tuna KM Satelit No
Posisi Jumlah
Tugas 1
Kapten Nahkoda 1
Mengemudikan kapal 2
Wakil kapten 1
Mengemudikan kapal dan membantu bosmen
3 Juru lapangan Bossmen
2 Mengatur kerja di atas kapal
4 Juru mesin KKM Enginer
3 Menjaga mesin tetap bekerja
dengan baik 5
Juru masak Koki 2
Memasak makanan untuk ABK 6
Juru palka Kamar dingin 3
Mengatur keseluruhan di palka 7
ABK 6
Melempar dan menggulung branch line dan main line
4.2.2 Persiapan Kapten membagi seluruh jumlah ABK menjadi dua shift dalam pengerjaan
tugas dan keseluruhan kegiatan di atas kapal kecuali KKM bertugas menjaga mesin tetap berkerja dengan baik, koki bertugas memasak makanan untuk ABK
dan kapten bertugas mengemudikan kapal untuk menjaga agar main line tetap berada pada jalur yang diinginkan. Setiap shift pekerjaan dilakukan secara
bergantian. Pergantian dilakukan setiap ± 3 jam pada saat setting dan hauling. Kegiatan yang dilakukan pada saat persiapan adalah menyiapkan alat yang
mencakup: 1
Kail dan snap untuk cadangan jika ada kail atau snap yang rusak ataupun terlepas dari branch line;
2 Branch line yang terangkai dengan kail, kili-kili dan snap;
3 Main line dalam sebuah blong besar;
4 Umpan pada wadah biasanya ember yang sudah dipersiapkan yang
jumlahnya lebih dari atau sama dengan jumlah mata pancing; dan 5
Radio buoy dan pelampung yang diambil dari haluan tengah. Kaptennahkoda di ruang kemudi mempersiapkan kapal untuk menuju
fishing ground dimana pernah dilakukan operasi penangkapan ikan sebelumnya. GPS dengan auto pilot digunakan untuk memudahkan perjalanan menuju fishing
ground. Sementara ABK lain yang tidak bertugas dalam shift ini dapat beristirahat di wheel house sampai nanti giliran untuk melakukan setting tiba.
4.2.3 Operasi Penangkapan Ikan Tuna 1
Kegiatan Setting ABK berada pada posisi yang sudah disepakati sesuai dengan tugas dan
shift-nya. Kapal berada pada kecepatan yang cukup rendah untuk mengurangi ketegangan tali sehingga tali tidak terpelintir dan tidak terbelit pada main line,
yaitu pada kecepatan 2 – 5 knot, bergantung pada keadaan angin yang ada di
perairan tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar branch line tetap berada diposisinya dan tidak merapat ke main line. Pertama-tama pelampung
dan pelampung tanda pelampung dengan tiang dan bendera diturunkan beserta dengan tali pelampung. Kemudian diikuti dengan tali utama dan tali
cabang beserta mata pancing yang sudah dikaitkan dengan umpannya. Begitu seterusnya sampai tali utama dalam satu blong habis yang ditandai dengan
pelampung tanda, kemudian disambungkan dengan tali utama berikutnya dari blong kedua menggunakan tali penyambung.
Setting dilakukan oleh 5 orang, dengan rincian tugas sebagai berikut: ABK ke-1: Pemasang umpan dan pelempar branch line.
ABK ke-2: Pemasang snap atau penjepit dari tali cabang dan tali pelampung ke main line sekaligus melempar pelampung.
ABK ke-3: Penaruh umpan dan mata kail, menyiapkan umpan dan kebutuhan teman lainnya.
ABK ke-4: Penyusun tali cabang dan tali pelampung, menyiapkan pelampung.
ABK ke-5: Pemasang dan penyambung pelampung radio buoy dan light buoy pada main line sekaligus melempar.
Setting dapat dimulai setelah seluruh peralatan yang diperlukan dalam kegiatan setting berada ditempatnya seperti bak umpan, bak branch line dan
blong main line. Pembagian kerja setting dilakukan sebagai berikut, dimulai dari ABK ke-1 melakukan pekerjaannya dan melempar branch line ke arah
barat daya untuk haluan ke arah utara atau arah 180
o
– 270
o
terhadap haluan kapal dan pekerjaan ABK ke-2 dilakukan pada saat yang sama, begitu pula
dengan kegiatan ABK ke-5. ABK ke-2 bertugas pula untuk menghitung jarak dalam depa antar branch line sepanjang 30 depa. Begitu seterusnya sampai 11
branch line terpasang, kemudian setelah 20 pelampung atau 4 blong, dipasang 1 buah buoy. Pada pemasangan radio buoy yang terakhir atau yang ke-7
dipasang lampu light bouy. ABK ke-3 dan ke-4 bertugas untuk melakukan tugasnya untuk mempersiapkan beberapa keperluan setting pada saat ABK ke-
1, 2 dan 5 bekerja. ABK yang lain menunggu gilirannya atau yang biasa mereka sebut
dengan a-plus atau melayani kebutuhan temannya yang sedang melakukan setting. Pergantian pekerja dalam melakukan setting biasanya dilakukan
setiap pergantian 2 blong gulungan main line yang dilakukan dalam selang waktu sekitar 3 jam tergantung pada ada atau tidaknya masalah yang terjadi
pada saat setting seperti kusutnya main line atau branch line. Setelah dilakukan proses setting, ABK menyusun kembali peralatan
yang digunakan untuk setting. Hal ini dilakukan agar ABK dapat segera beristirahat, sehingga pada proses hauling nanti tidak ada peralatan yang
masih berantakan dan mengganggu proses kerja hauling. Seluruh ABK diharapkan beristirahat sehingga kembali memiliki tenaga yang cukup untuk
melakukan hauling. Beberapa ABK diharuskan berjaga untuk menjaga longline yang sedang dioperasikan menggunakan Radio Direction Finder
RDF. Pada saat proses setting berlangsung, KKM yang bertugas jaga hanya bertanggung jawab atas pengoperasian mesin kapal dan tidak mengikuti
kegiatan setting. Seluruh kegiatan setting dilakukan di buritan kapal. 2
Kegiatan Drifting Setelah setting selesai, dilanjutkan dengan proses drifting selama 4
– 6 jam dengan harapan umpan yang telah dipasang pada kail dimakan oleh ikan
sasaran tangkap. Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan dan aktivitas setting, ABK langsung membersihkan dan merapikan dek kapal dan area yang
digunakan pada saat setting. ABK bersiap untuk melakukan hauling atau penarikan pancing. ABK yang mendapat giliran setting terakhir dapat
beristirahat. Kegiatan ABK pada saat drifting adalah istirahat yang terkonsentrasi di
ruang tidur. Istirahat diperlukan untuk mempersiapkan diri dan
mengumpulkan tenaga untuk hauling. ABK diberikan tugas jaga menggunakan Radio Direction Finder 2-3 orang.
Beberapa ABK terkonsentrasi di buritan kapal untuk pemasangan meja setting, mempersiapkan umpan dan alat tangkap. Mereka juga melakukan
perbaikan pada branch line yang kusut, rusak ataupun putus. Selain itu, juga dilakukan beberapa pemindahan alat dan keperluan setting guna kebutuhan di
atas kapal saat setting berikutnya berlangsung. 3
Kegiatan Hauling Setelah dilakukan proses drifting selama 4-6 jam, longline kemudian
ditarik. Proses hauling diawali dengan menaikkan pelampung tanda berbendera, radio buoy, tali pelampung dan pemberat ke atas dek kapal.
Kemudian berturut-turut dan berulang dilakukan penarikan branch line dan mata pancing sampai seluruh mata pancing habis dalam satu blong kemudian
dilakukan pergantian shift. Mata pancing yang termakan oleh ikan akan digiring ke tepian kapal dan di sana terdapat pintu untuk memudahkan
memasukan ikan ke atas. Penanganan ikan dilakukan oleh 3 orang atau lebih tergantung ukuran ikan yang tertangkap. Sementara itu, branch line yang
tidak termakan oleh ikan langsung digulung dan disusun ke dalam bak bak branch line.
Hauling dilakukan oleh 5 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut: ABK ke-1: Atau yang disebut bossmen bertugas menjaga handle keran hidraulik
line hauler dan melepaskan snap dari tali utama. ABK ke-2: Menjaga main line pada blong agar tergulung sempurna, mengawasi
bila main line putus atau kusut. ABK ke-3: Menggulung tali cabang dan menyusunnya di bak branch line.
ABK ke-4: Mengambil dan merapihkan pelampung, kemudian menaruh ke tempat penyimpanan dan membantu penanganan hasil.
ABK ke-5: Membantu memperbaiki kekusutan main line atau branch line.
Hauling diawali dengan pendeteksian radio buoy yang pada saat setting diturunkan terakhir kali. Setelah ditemukan, radio buoy diangkat oleh ABK,
kemudian main line dihubungkan ke line hauler yang selanjutnya penarikan dipegang kendalinya oleh ABK ke-1 sebagai bossmen. Penarikan dilakukan
di dek haluan sebelah kanan. Selama penarikan main line menggunakan line
hauler, ABK ke-2 bertugas untuk menjaga agar main line agar tergulung sempurna. Snap dilepas dari main line kemudian branch line digulung dan
disusun dalam bak oleh ABK ke-3. Kesulitan dalam penggulungan diserahkan pada ABK ke-5 yang tidak berada di sekitar untuk menghindari
penumpukan karena line hauler tetap terus berputar. ABK ke-4 bertugas mengangkat pelampung dan radio buoy, ABK ini selalu sedia untuk
membantu mengatasi kekusutan juga. ABK yang tidak mendapat giliran tugas biasanya membantu
memperbaiki branch line yang kusut karena kegiatan tersebut agak sulit dilakukan dan memakan waktu. Sementara itu, line hauler terus bekerja
menggulung main line. ABK yang bertugas pada shift ini adalah petugas yang melakukan setting pertama kali. Pergantian giliran kerja dilakukan setelah 12
blong atau 10 pelampung dan 4 radio buoy diangkat yaitu selama 3 jam. Seluruh awak kapal turun dalam melakukan hauling tidak terkecuali KKM
dan juru masak untuk membantu penanganan. Setelah seluruh rangkaian setting, drifting dan hauling dilakukan,
kegiatan selanjutnya adalah penanganan hasil tangkapan. Penanganan harus langsung dilakukan setelah ikan ditarik ke atas kapal. Hal ini sangat
menentukan mutu hasil tangkapan. Jikalau mutu ikan jelek atau di bawah standar ekspor, harga akan sangat turun. Tertangkapnya ikan pada branch line
dapat dideteksi dari ketegangan branch line. Bila dirasa tegang dan ada ikan yang tertangkap, branch line dikaitkan dengan tali lain yang sudah
dipersiapkan. Kemudian digeser sedikit dan ditarik perlahan ke belakang menggunakan tangan. Hal ini dilakukan untuk perlahan menghindari ikan
lepas kembali. Empat meter ke belakang dari line hauler terdapat pintu kecil berukuran 0,5 meter untuk memudahkan pengangkatan ikan ke dalam kapal.
Setelah dekat dengan kapal, ikan diganco dan diangkat ke atas kapal dan kemudian ditangani oleh ABK yang bertugas untuk melakukan penanganan.
4.2.4 Pasca operasi penangkapan ikan tuna Tuna yang tertangkap harus segera dibunuh untuk mengurangi tingkat stres
pada tuna. Hal ini dilakukan dengan cara merusak syaraf pusat. Pembunuhan melibatkan 2 orang ABK atau yang khusus menangani masalah penanganan ikan.
ABK 1 menahan ikan menggunakan kedua kakinya untuk menjepit kepala ikan. ABK 2 memegang badan ikan. ABK 1 menancapkan sebuah paku pembunuh
sepanjang ± 15 cm ke pusat syaraf otak di belakang mata sedalam 5 – 10 cm dan
paku diputar-putar untuk merusak otak ikan, sehingga ikan lebih cepat mati dan dapat dibersihkan kemudian didinginkan untuk menjaga kesegarannya.
Sebelum didinginkan, insang, isi perut dan kotoran dibuang kemudian ikan diguyur dan disikat dengan sikat lembut. Lendir yang menempel di kulit juga
harus dibersihkan mengunakan sikat yang lebih lunak yang digosokkan dengan gerakan satu arah dari kepala ke ekor untuk meminimalisir terlepasnya sisik ikan,
yang kemudian ikan tersebut dimasukkan ke dalam palka. 4.2.5 Istirahat
Setelah keseluruhan rangkaian kegiatan operasi penangkapan ikan yang dimulai dari persiapan, operasi dan pasca operasi, seluruh ABK diberikan waktu
istirahat. Waktu istirahat ini digunakan untuk memulihkan tenaga setelah melakukan hauling. Kelompok yang menjadi shift pertama dalam melakukan
hauling mendapatkan giliran istirahat terlebih dahulu, karena mereka harus mempersiapkan diri untuk melakukan setting shift pertama esok paginya.
Ruangan istirahat tersebut tidak memiliki kasur ataupun matras. Hanya terdapat karpet plastik tipis setebal 5 mm. Beberapa dari mereka memiliki bantal
untuk alas kepala dan sebagian mengganjal kepala mereka menggunakan pakaian. Waktu untuk istirahat sendiri cukup untuk memulihkan tenaga yaitu berkisar
9 jam untuk kelompok yang melakukan hauling shift pertama dan 6 jam untuk kelompok yang melakukan hauling shift kedua. Selesai hauling selesai sekitar
pukul 24.00 sampai 02.00 mereka dapat istirahat kembali tergantung dengan hasil tangkapan. Jika hasil tangkapan sedang banyak, mereka bahkan tidak tidur
sampai saatnya setting kembali dan dapat tidur pada saat drifting. Total waktu istirahat rata-rata ABK adalah minimum 6 jam yang dirasa cukup untuk
memulihkan tenaga.
4.3 Aspek Ergonomi pada Aktivitas Penangkapan Tuna