Kapal Penangkap Tuna Aspek Ergonomi pada Aktivitas Penangkapan Ikan Tuna (Studi Kasus pada KM Satelit di Muara Baru Jakarta Utara)

4 Semua bahaya aktual atau potensial keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan tugas masing-masing diidentifikasi; dan 5 Menentukan dan mencatat tindakan yang disarankan atau prosedur untuk melakukan setiap langkah yang akan menghilangkan atau mengurangi bahaya. Ditinjau dari Job Safety Analysis JSA, hasil yang didapatkan adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mencatat antara lain www.doa.state.wi.us: 1 Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan tertentu; 2 Kemungkinan potensial keamanan dan bahaya kesehatan yang berkaitan dengan setiap langkah; dan 3 Tindakan prosedur yang disarankan yang akan menghilangkan mengurangi bahaya dan resiko cedera di tempat kerja. Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan yang sangat berbahaya dengan resiko kecelakaan yang sangat tinggi. Data menunjukkan bahwa sering kali kapal sederhana menangkap ikan jauh ke laut lepas.

2.3 Kapal Penangkap Tuna

2.3.1 Deskripsi kapal penangkap tuna Kapal penangkap tuna longliner adalah kapal yang memiliki alat tangkap rawai longline dan alat bantu line hauler yang digunakan untuk menangkap ikan tuna di laut bebas Djaka et al, 1989. Fyson 1985 menyatakan kapal penangkap tuna dibangun dengan konstruksi yang disesuaikan dengan bentuk, cara penggunaan alat tangkap dan daerah penangkapannya. Kapal penangkap tuna mudah dikenali karena bentuknya, yang ditandai dengan gudang tempat alat penangkap di bagian buritan, mempunyai dek bawah di bagian depan dengan bridge di bagian tengah Simorangkir, 1982. Bagian kanan depan terdapat line hauler dan jembatan bertangga untuk memudahkan pengangkatan ikan ke atas. Setelah penarikan, gulungan tali ditempatkan pada dek bagian muka bersama pelampung. Meja ikan hasil tangkapan diletakkan pada bagian buritan tempat tali dipasang. Menurut Fyson 1985, pada saat merencanakan dek kapal, pengaturan dan penempatan deckhouse dan alat penangkap ikan sangat perlu diperhatikan. Berdasarkan distribusi kerja di atas dek kapal maka kapal dapat dibedakan menjadi 5 area utama, yaitu: 1 Aft atau stern deck; 2 Dek samping; 3 Deck house; 4 Ruang kerja utama; dan 5 Fore deck. Hal utama yang perlu diperhatikan dari penempatan area utama kapal adalah pengoperasian alat tangkap, penyeleksian dan pembersihan ikan serta penyimpanan hasil tangkapan. Harus dipertimbangkan mengenai kemampuan olah gerak dari kapal dan alat tangkap, tipe dan lokasi alat bantu penangkap ikan. Dalam mendesain kapasitas kapal diusahakan agar membuatnya memiliki kemungkinan berat ton displacement dan panjang yang relatif kecil karena hal itu akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap biaya produksi kapal dan operasi kapal itu sendiri. Sangat penting untuk mempertimbangkan agar ruang kapal cukup untuk palka, ruang mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, ruang ABK yang meliputi ruang provisi, perahu dan klinik kesehatan Fyson, 1985. Fyson 1985 juga menjelaskan bahwa penghitungan ruang untuk palka tergantung pada tipe dan ukuran ikan, metode penyimpanan, suhu toleransi ikan saat diangkut dalam kapal, periode penyimpanan dan perbandingan jumlah es dan ikan yang dikehendaki. Ukuran ruang mesin tergantung dari tenaga yang dihasilkan dan tipe mesin utama main engine dan mesin bantu auxilary engine. Kapasitas tangki bahan bakar ditentukan dari kebutuhan harian bahan bakar dan jumlah hari melaut. Kapasitas tangki air tawar dapat diperkirakan dengan menganggap konsumsi harian per awak kapal sekitar 10 – 14 liter, tergantung dari lama trip dan kebiasaan. Ruang akomodasi ABK yang disediakan untuk tempat kerja atau tempat tinggal dari ABK yang merupakan area yang cukup untuk tempat tidur, meja dan bangku. Metode yang digunakan untuk penghitungan tidaklah sederhana. Hasil penghitungan kemudian digunakan untuk mempertimbangkan kapasitas dan pengaturan letak awak dan akomodasi kapal. Perlu dipertimbangkan juga peletakan yang disesuaikan dengan bentuk kapal sehingga trim dan stabilitas kapal dapat terjaga dengan baik Fyson, 1985. 2.3.2 Alat tangkap tuna longline Longline berarti tali yang panjang, sesuai dengan konstruksi alat yang berbentuk rangkaian tali-temali yang disambungkan sehingga merupakan tali panjang dengan tali cabang yang berjumlah ratusan bahkan ribuan. Longline dalam bahasa Indonesia biasa disebut rawai yang berasal dari bahasa Jawa, “rawe” yang berarti sesuatu yang ujungnya bergerak bebas Sadhori, 1985. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1997 rawai tuna merupakan rawai yang khusus untuk menangkap ikan tuna . Pada saat pengoperasian, rawai tuna dibiarkan hanyut dan terapung dekat permukaan perairan dalam jangka waktu tertentu. Longline merupakan alat tangkap yang efisien bahan bakar dan ramah lingkungan serta dapat digunakan untuk menangkap ikan demersal maupun pelagis Sainsbury, 1996. Longline digolongkan Brandt 1984 ke dalam kelompok alat tangkap line fishing. Tuna longline merupakan pengembangan tehnik pada perikanan pancing line fishing. Satu unit alat penangkapan ikan Longline terdiri dari pelampung float, tali pelampung float line, tali utama main line dengan sejumlah tali cabang yang berpancing branch line. Tuna longline adalah alat tangkap yang merupakan pengambangan teknik pada perikanan pancing yang konstruksinya berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan ratusan sampai ribuan tali cabang. Dalam perikanan tuna longline dikenal istilah basket. Awalnya alat ini merupakan satu kelompok alat yang berhubungan digabungkan menjadi satu dan ditempatkan terpisah di dalam keranjang bambu. Bagian kelompok ini dihubungkan satu sama lain sehingga membentuk suatu rangkaian yang panjangnya tergantung dari jumlah basket yang dipakai. Perlengkapan penangkapan ikan fishing equipment adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan dalam operasi penangkapan. Mengenal fungsi alat bantu dengan baik diharapkan dapat menurunkan risiko ketidak berhasilan usaha penangkapan ikan dan memperkecil nilai dari kegagalan. Kondisi yang produktif untuk setiap perlengkapan berbeda satu dengan yang lainnya dan bersifat saling mendukung dalam perolehan hasil tangkapan. Alat bantu dalam operasi penangkapan ikan tuna, antara lain: 1 Line hauler : penarik tali utama; 2 Line thrower : pelempar tali utama secara otomatis; 3 Conveyor belt : pemindahkan hasil tangkapan; 4 Branch line ace : penggulung dan penarik tali cabang; 5 Line arranger : penarik tali utama untuk masuk dan ditata; 6 Hoist : pengangkat dan menarik ikan-ikan besar keluar palka; 7 Radio buoy : pendeteksian rawai tuna yang pada waktu hauling; 8 Side roller : pengurang gesekan tali utama dengan dinding kapal; 9 Radio direction finder: pendeteksi posisi radio buoy pada rawai tuna; 10 Sekiyama stretcher : pelurus wire leader atau sekiyama; 11 Light buoy : pendeteksi rawai tuna pada saat cuaca buruk dan gelap; 12 Takal atau block : pembantu menaikkan ikan-ikan besar yang tertangkap; 13 Search light : penerangan mencari pelampung pada malam hari; dan 14 Ganco : pengangkat ikan dari suatu tempat ke tempat lain. Line hauler merupakan alat bantu yang paling utama pada kapal penangkap tuna. Penempatan alat ini adalah untuk keperluan hauling yang terletak pada bagian haluan di lambung sebelah kanan kapal Fyson, 1985. Side roller berfungsi sebagai alat bantu line hauler dalam proses penarikan pada saat hauling. Letaknya pada dinding kapal dan terletak di muka line hauler dari arah hauling. Side roller digunakan untuk memudahkan line hauler dalam menarik main line. Branch line ace diletakkan pada sisi kanan dek utama kapal. Hal ini dimaksudkan agar ketika branch line yang tidak terdapat hasil tangkapan dapat dipisahkan dari main line dan digulung menggunakan branch line ace. Penggunaan conveyor belt utamanya disebabkan karena lantai dek kapal yang tidak rata. Alat bantu ini sangat penting diletakkan pada area hauling untuk mengantarakan alat tangkap ke tempat penyimpanan alat tangkap. Posisinya memanjang dari lambung kiri kapal ke lambung kanan kapal. Posisi line arranger terletak di sepanjang dinding kapal menuju line tank tangki tali utama atau blong yang terletak pada bagian atas bangunan di atas dek. Pada bagian belakang line tank terdapat line thrower yang menggunakan tenaga hidraulik sebagai penggerak. 2.3.3 Metode penangkapan tuna longline Pengoperasian alat tangkap tuna longline dilakukan dalam beberapa tahap. Dimulai dari persiapan operasi penangkapan ikan, dilanjutkan dengan operasi penangkapan ikan yang terdiri dari setting, drifting dan hauling sampai dengan penanganan hasil tangkapan. Sebelum berangkat ke fishing ground, dilakukan persiapan, yaitu pemeriksaan mesin perahu, persiapan peralatan dan alat-alat bantu, persiapan perbekalan dan persiapan surat-surat kapal. Setelah kapal tiba di fishing ground, semua peralatan dipersiapkan di bagian buritan kapal dan masing-masing ABK sudah siap di posisinya sesuai dengan tugas yang akan dilakukan. 1 Setting Setting adalah penaburan tali utama yang diikuti dengan penebaran pancing berumpan yang telah digantungkan pada tali utama secara berantai. Pada saat setting, pelampung tanda yang dilengkapi dengan radio buoy diturunkan terlebih dahulu, kemudian dilakukan penurunan main line dan branch line. 2 Drifting Pada proses drifting, rawai yang telah diturunkan dibiarkan hanyut dalam beberapa waktu, umumnya berlagsung kurang lebih 4 jam. Proses drifting umumnya sering disebut dengan soaking period. Pada proses drifting ini, tuna longline akan hanyut terbawa oleh arus, angin dan gelombang. Oleh karena itu posisi tuna longline harus selalu diawasi dan pengawasan dilakukan secara bergilir, sehingga sebagian ABK dapat beristirahat Ayodhyoa, 1978. 3 Hauling Hauling adalah penarikan kembali rawai dari rangkaian tali-temali setelah proses drifting. Hauling dilakukan dari haluan kapal sebelah kanan dengan tahap-tahap penaikan pelampung tanda yang dilengkapi radio buoy, kemudian dilanjutkan dengan penaikan main line dan branch line sampai semua terangkat ke atas kapal. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian