4.3 Aspek Ergonomi pada Aktivitas Penangkapan Tuna
Kajian ergonomi menekankan pada pengkajian desain kapal khususnya General ArrangementGA dan alat bantu yang disesuaikan dengan aktivitas yang
terjadi di atas kapal. Penerapan ergonomi di atas kapal ditujukan untuk tercapainya kenyamanan dalam bekerja sehingga tercipta suasana yang
mendukung produktivitas operasi penangkapan ikan. Pihak-pihak yang terlibat dalam aplikasi ergonomi di atas kapal adalah:
1 Pengrajin kapal, bertanggung jawab dalam pembuatan konstruksi kapal dan
peralatan bantu lainnya. Kualitas yang baik bertujuan untuk menjamin kapal berfungsi baik selama operasi penangkapan. Pembuatan kapal yang memiliki
kualitas baik juga ditujukan untuk terciptanya sebuah kapal penangkap ikan yang dapat melakukan usaha penangkapan yang produktif.
2 Pemilik kapal, bertanggung jawab pada keamanan ABK dan perawatan kapal
dan peralatan bantunya. Selain itu, perlu juga memperhatikan kebutuhan ABK dalam operasional untuk mendapatkan produktivitas maksimal yang
merupakan tujuan utama dari operasi penangkapan ikan. 3
Anak buah kapal ABK, operasi penangkapan ikan diharapkan dapat berjalan dengan baik. Operasi yang berjalan dengan lancar dan aman menjadi harapan
bagi seluruh ABK. ABK juga harus melakukan pemeliharaan peralatan dengan baik agar selalu siap digunakan. ABK diharapkan dapat memberikan
masukan kepada pemilik untuk meningkatkan kenyamanan kerja. Berikut ini akan dijabarkan kajian ergonomi kapal penangkap tuna
bedasarkan pembagian ruangannya. Kajian ergonomi tersebut akan disesuaikan dengan kajian aktivitas dan alat bantu yang digunakan. Pembagian ruangan dalam
kajian ergonomi ini dibagi menjadi: ruang kemudi, ruang istirahat, ruang mesin, area setting, area hauling, area penanganan dan area dapur.
4.3.1 Ruang kemudi Sebelum melakukan operasi penangkapan ikan, dibutuhkan beberapa
persiapan. Persiapan tersebut ditujukan untuk memaksimalkan kegiatan operasi penangkapan ikan. Kerjasama pekerja dan lingkungan kerja dalam persiapan
dapat meningkatkan kepuasan kerja. Salah satu persiapan dalam operasi penangkapan ikan menggunakan kapal penangkap tuna adalah persiapan menuju
daerah penangkapan ikan. Berikut dapat dijabarkan aplikasi dari ergonomi yang diterapkan dalam persiapan yang meliputi posisi kerja, proses kerja dan tata letak
tempat kerja. Gambar fasilitas pada ruang kemudi disampaikan pada Lampiran 4. Persiapan menuju daerah penangkapan dilakukan oleh kapten dalam ruang
kemudi dengan luas area 3 m x 1,2 m. Ruang kemudi terdapat kemudi jantra, kursi kemudi, gas dan perseneling, kompas, GPS dan alat-alat navigasi manual.
Peta tata letak ruang kemudi berdasarkan GA disampaikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta tata letak ruang kemudi gambar non skala.
Keterangan: 1.
Kemudi jantra 2.
Kursi kemudi 3.
Perseneling dan gas 4.
Kompas
5.
GPS
1 Kemudi jantra
Kemudi berdiameter 40 cm ini berbahan dasar kayu yang diberi perniscat berwarna coklat tua. Jarak dari kemudi dan kursi adalah 30 cm.
Kemudi ini memiliki pegangan berukuran 10 cm satu genggaman tangan yang mengarah pada kapten atau 90
o
terhadap kemudi untuk mempermudah pegangan. Kursi dan kemudi yang berjarak 30 cm menyebabkan kapten tidak
perlu membungkuk untuk mencapai kemudi. Posisi tangan adalah arm bellow shoulder yang merupakan posisi yang baik.
2 Kursi kemudi
Kursi kemudi terletak tepat di belakang kemudi. Kursi berbahan kayu yang dapat dipindah-pindahkan ini memiliki dimensi 100 cm x 20 cm x 80
cm. Kapten yang memiliki tinggi badan 167 cm, kursi dirasa tinggi dan sempit. Material yang terbuat dari kayu kurang nyaman dan membuat mudah
lelah ketika harus duduk dalam waktu yang cukup lama. Posisi nahkoda hanya duduk tanpa sandaran dibelakang sering kali dikeluhan nahkoda merasa
1 2
4 3
5
sakit pinggang. Belakang kursi kemudi terdapat pintu masuk ke ruang istirahat kapten yang terhalang kursi kemudi. Hal tersebut tidak terlalu
menjadi masalah bagi kegiatan dalam ruang kemudi karena hanya kapten yang akan masuk ke ruangan tersebut.
Landasan kursi kemudi yang letaknya terlalu tinggi dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Telapak kaki tidak dapat
menapak dengan baik di atas permukaan lantai dek dapat mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh. Kursi kemudi yang sempit akan mengakibatkan
kapten terjatuh atau terjungkal dari kursi, karena kursi kemudi yang terlalu sempit akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah
paha. 3
Perseneling dan gas Terletak di sebelah kanan kapten atau 30 cm sebelah kanan kompas.
Perseneling dan gas ini dilengkapi dengan lubang kunci untuk menyalakan dan mematikan mesin kapal. Pegangan perseneling dan gas berbahan besi,
panjangnya masing-masing 25 cm yang memiliki pegangan berbahan plastik. Kapten dengan mudah mencapai pegangan perseneling dan gas hanya dengan
menggerakan tangan tanpa memindahkan posisi tubuh dengan posisi arm by side elbow at 90
o
yang merupakan posisi lengan terhadap siku yang paling baik karena memiliki beban statik minimal. Sangat jarang dilakukan
perubahan perseneling dan gas karena kecepatan kapal yang digunakan untuk bermanuver cukup stabil.
4 Kompas
Kompas yang berbentuk lingkaran itu memiliki wadah berbentuk persegi ukuran 28 cm x 28 cm. Diameter kompas adalah 24 cm. Kompas
tersebut berada tepat depan kemudi yang berjarak 40 cm dari kursi kemudi. Jarak tersebut memungkinkan kapten untuk melihat kompas dengan mudah
dari tempat duduk tanpa harus berpindah maupun berdiri. Melihat kompas dilakukan dengan cara menundukkan leher melebihi sudut 30
o
. Hal ini diperbolehkan asal tidak dilakukan melebihi 2 jam atau akan mengakibatkan
sakit pada leher dan tulang belakang.
5 GPS
Kapal ini menggunakan Autopilot Marol tipe CB-18 GPS. GPS yang digunakan memiliki dimensi 23 cm x 15 cm x 10 cm. Posisi GPS berada tepat
di kiri atas kompas dengan tinggi 165 cm dari lantai kapal. Posisinya yang berada di atas mengharuskan kapten berdiri untuk menjangkaunya. GPS tidak
terlalu sering digunakan kerena GPS ini menggunakan sistem autopilot yang memudahkan kapten dalam menuju fishing ground, sehingga posisinya yang
membutuhkan perpindahan saat digunakan tidak terlalu mempengaruhi kerja kapten. Sikap tubuh arm above shoulder merupakan posisi yang buruk karena
tangan dipaksa untuk menjangkau benda yang berada di ketinggian. Posisi kerja mendongak ini juga bisa mengakibatkan rasa sakit pada bagian leher,
tangan dan bahu. 4.3.2 Ruang istirahat
Kelelahan dalam operasi penangkapan ikan dapat diminimalkan karena dalam operasi penangkapan ikan diterapkan istirahat pendek dan istirahat aktif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa operasi penangkapan ikan dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja serta mengurangi kelelahan ABK. Gambar
fasilitas pada ruang istirahat disampaikan pada Lampiran 5. Istirahat pendek didapatkan pada pergantian shift, yaitu pada setting dan
hauling masing-masing ± 3 jam. Istirahat ini juga pada saat kapal sedang tidak perlu bermanuver yaitu pada saat sedang drifting atau istirahat.
Istirahat aktif merupakan istirahat pada saat menunggu saat setting berikutnya. Lama istirahat ini ± 6 jam bergantung pada lama hauling. Peta tata
letak ruang istirahat berdasarkan GA kapal disampaikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Peta tata letak ruang istirahat gambar non skala.
Keterangan: 1.
Tempat tidur kapten 2.
Meja dan rak 3.
Tempat tidur ABK 4.
Loker ABK
1 Ruang istirahat kapten
Kapten beristirahat di ruangan pribadinya dengan luas area 3 m x 2 m. Ruangan tersebut dilengkapi dengan tempat tidur berbahan kayu berukuran
180 cm x 80 cm dan tinggi 55 cm. Matras terbuat dari busa setebal 6 cm. Dibandingkan dengan seluruh area istirahat, milik kapten adalah yang paling
layak. Setiap sisi atas dan bawah tempat tidur terdapat meja panjang terbuat
dari kayu dengan dimensi 55 cm x 150 cm dan tinggi 75 cm. Salah satu dari meja tersebut digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Bawah meja
tersebut dibuat lemari untuk penyimpanan. Terdapat beberapa barang seperti pakaian dan buku di atas meja.
Meja lainnya dengan dimensi yang sama digunakan untuk meletakkan beberapa keperluan hiburan, seperti televisi 14 inch dan 21 inch, DVD player,
beberapa keping DVD dan sound system.
1
2 2
4 3
2 Ruang istirahat ABK
Istirahat dilokasikan di dek atas. Terdapat satu ruangan yang berukuran 6 m x 2 m berlapis 2 dengan ketinggian masing-masing ruangan adalah 1 m.
ABK tidak dapat berdiri di dalam ruangan tersebut karena tinggi ABK kapal minimal 160 cm. Tiap lapis digunakan untuk 6-7 orang. Sepanjang 0,5 meter
dari lebarnya dibuat loker-loker yang digunakan untuk menyimpan beberapa barang milik pribadi. Loker tersebut berukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm.
4.3.3 Ruang mesin Akses menuju ruang mesin hanya dapat melalui tangga yang terletak
diantara ruang istirahat kapten dan ruang istirahat ABK. Tangga yang menuju ke ruang mesin memiliki lebar 50 cm dan tinggi 160 cm. Ukurannya yang sempit
membuat ABK khususnya KKM harus menunduk ketika memasuki kamar mesin. Gambar alat dan pemetaan posisi ruang mesin disampaikan pada Lampiran 6.
Ruang mesin memiliki luas 7 m x 6 m. KKM yang bertugas di dalam kamar mesin adalah 3 orang dengan 2 orang menjaga mesin utama dan mesin bantu,
sedangkan 1 orang lainnya menjaga instalasi refrigerator. Penjagaan dapat dilakukan bergantian. Sambil menunggu giliran jaga, KKM dapat beristirahat di
tempat yang sudah tersedia. Kebisingan akibat suara mesin kapal dan asap yang dikeluarkan sangat tidak
ergonomi. KKM seharusnya dilengkapi dengan ear plug, masker dan wear pack demi keamanan di dalam kamar mesin untuk meminimalisir kemungkinan
rusaknya fungsi pendengaran, keracunan gas karbon dan bahaya kebakaran dalam kamar mesin.
Ruang mesin tidak berpengaruh dalam proses operasi penangkapan ikan, namun berpengaruh terhadap jalannya proses penangkapan ikan dengan
memastikan agar mesin dan pendingin berjalan dengan baik. Selain memastikan agar mesin dan pendingin berjalan dengan baik, KKM juga betugas untuk
membersihkan dan merawat mesin dan bagian kapal lain. Peta tata letak ruang mesin berdasarkan GA kapal disampaikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Peta tata letak ruang mesin gambar non skala.
Keterangan: 1.
Tangga 2.
Mesin utama 3.
Mesin bantu 4.
Tempat istirahat KKM 5.
Genset 6.
Instalasi refrigerator
4.3.4 Area setting Setting dilakukan di buritan dengan luas area 6 m x 2 m. Setting dapat
dilaksanakan setelah berada di lokasi yang dituju. Setting melibatkan 5 orang dalam pengerjaannya. Setting dilakukan setelah seluruh persiapan dilakukan yaitu
persiapan umpan, branch line, main line, pelampung dan radio buoy. Gambar fasilitas pada area setting disampaikan pada Lampiran 7. Berikut dapat dijabarkan
aplikasi dari ergonomi yang diterapkan dalam persiapan yang meliputi posisi kerja, proses kerja dan tata letak tempat kerja. Peta tata letak area setting
berdasarkan GA kapal disampaikan pada Gambar 5.
1 2
3 3
4
4 5
6
5
Gambar 5 Peta tata letak area setting gambar non skala.
Keterangan: 1.
Meja setting 2.
Bak branch line 3.
Bak 4.
Blong main line 5.
Radio buoy dan pelampung 6.
Petugas setting
1 Meja setting
Meja setting yang biasa disebut juga dengan meja umpan berfungsi untuk meletakkan umpan yang akan dipakai. Ukuran dari meja setting yang
berbahan kayu tersebut adalah 20 cm x 60 cm x 15 cm. Meja ini memiliki ketinggian 40 cm dari dek dan jarak 10 cm terhadap ABK, jarak tersebut
memungkinkan pelempar branch line tidak perlu membungkuk ketika mengambil umpan. Meja setting dengan umpan yang hampir habis diisi
kembali oleh ABK yang sudah ditugaskan untuk mengambil umpan. Pemasangan umpan pada branch line dan pelemparan branch line
dilakukan oleh bossmen. Tinggi ABK yang bertugas adalah 165 cm. Bossmen tidak perlu menunduk untuk mengambil umpan, sehingga efisiensi
kerja meningkat dan tidak ada tenaga terbuang untuk menunduk. Bossmen hanya perlu menunduk untuk mengambil branch line yang berada tepat di
sebelah kanan, tidak ada keluhan berarti dalam pengerjaan ini. Bagian lengan terkadang terasa lelah karena ABK yang berdiri menghadap 180
o
terhadap
1 2
3
4 5
haluan kapal tersebut diharuskan menghentakan tangan untuk melempar branch line ke arah 180
o
– 270
o
terhadap haluan kapal. 2
Bak branch line Bak ini berfungsi sebagai wadah tempat branch line. Bak berbahan
plastik dengan warna hitam ini berdiameter 50 cm dan tinggi 30 cm. Bak branch line terletak tepat di sebelah kiri bossmen. ABK yang bertugas
mengambil branch line dari gudang penyimpanan akan segera melakukan tugasnya pada saat branch line pada bak hampir habis. Frekuensi
pengambilan pengisian ulang branch line adalah setelah 1 blong selesai dioperasikan.
3 Snap atau penjepit
Snap berfungsi untuk mengaitkan branch line pada main line. Snap juga berfungsi mengaitkan tali pelampung ke main line. ABK yang bertugas
mengaitkan branch line pada main line memiliki tinggi badan 178 cm. ABK tersebut harus melakukan pengambilan snap yang berada dalam bak tepat
dibawahnya. Kegiatan ini tidak dilakukan dengan terburu-buru dikarenakan jarak antar branch line adalah 50 depa. ABK terkadang mengeluhkan sakit
pinggang dikarenakan membungkuk dan berdiri berulang kali. 4
Blong Blong tempat main line berbahan dasar plastik fiber dengan diamater 80
cm dan tinggi 1 meter. Kesulitan yang terjadi adalah kesulitan dalam pengangkatan. Ukuran yang besar dan beban yang cukup berat dalam
pengangkatan memerlukan 2 orang dalam pengangkatan. 5
Radio buoy, light buoy dan pelampung Semua radio buoy, light buoy dan pelampung yang dibutuhkan sudah
dipersiapkan terlebih dahulu pada tahap persiapan. ABK yang bertugas untuk mengaitkan radio buoy, light buoy dan pelampung pada main line sekaligus
melemparkannya memiliki tinggi 175 cm. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya banyak usaha untuk menunduk dan melempar. Bobot radio
buoy, light buoy dan pelampung masing-masing adalah 10 kg, 12 kg dan 2 kg. Semua peralatan tersebut diletakkan di belakang ABK yang bertugas agar
tidak menghalangi aktivitas penurunan main line. Pekerjaan tidak dilakukan
terlalu sering mengingat jumlah keseluruhan pelampung dan radio buoy yang tidak banyak.
4.3.5 Area hauling Hauling dilakukan di haluan dengan luas area hauling 7 m x 6 m. Hauling
dilakukan setelah dilakukan drifting selama 4 – 6 jam. Pengerjaan hauling
melibatkan 5 orang. Gambar fasilitas pada area hauling disampaikan pada Lampiran 8. Peta tata letak area hauling berdasarkan GA kapal disampaikan pada
Gambar 6.
Gambar 6 Peta tata letak area hauling gambar non skala.
Keterangan: 1.
Line hauler 2.
Side roller 3.
Frame blong 4.
Bak branch line 5.
Pintu masuk ikan 6.
Area penanganan 7.
Pintu palka 8.
Tempat air bersih 9.
Frame radio buoy 10.
Area dapur dan toilet
1
2 3
5 7
7 7
9 8
6 10
4
1 Line hauler
Line hauler sebagai alat bantu penarik main line. Line hauler memiliki tinggi 80 cm dengan diameter 40 cm dan panjang 65 cm. Line hauler
dioperasikan dengan membuka atau menutup tuas keran hidrauliknya yang berada di 40 cm di atas dek. Penjaga tuas keran hidraulik line hauler
dilakukan oleh bossmen. Posisinya yang masih dapat dijangkau bossmen, memungkinkannya tidak perlu menunduk sehingga menggurangi tenaga yang
digunakan untuk mengoperasikan line hauler. Pelampung tanda pertama diangkat, kemudian main line dihubungkan ke
line hauler. Pelampung tersebut merupakan pelampung yang terakhir kali diturunkan pada saat setting. Terdapat side roller yang digunakan untuk
mengurangi gesekan main line dan dinding kapal. Gesekan pada dinding kapal oleh main line dapat mengikis dan merusak dinding kapal. Side roller
berhubungan langsung dengan line hauler yang akan membawa main line untuk digulung kembali ke dalam blong.
2 Blong dalam frame blong
ABK bertugas untuk menjaga main line pada blong agar tergulung sempurna. Penggulungan sempurna mengurangi kemungkinan kesulitan
dalam kegiatan setting berikutnya. Penggulungan dilakukan oleh ABK dengan berdiri menghadap ke line hauler. Frame blong dengan diameter 85
cm tepat di sebelah kanan dari line hauler untuk mengurangi pergeseran blong agar blong tetap berada posisi yang memungkinkan main line langsung masuk
ke dalam blong. 3
Bak branch line Bak yang terletak tidak jauh dari blong digunakan untuk meletakkan
branch line yang sudah tergulung sempurna. Peletakan branch line oleh ABK yang bertugas adalah langsung dilemparkan kedalamnya tanpa perlu
menunduk maupun belutut. Hal ini dapat menghemat waktu dan tenaga dalam penggulungan karena jaraknya yang sangat dekat dengan ABK yang bertugas.
Penggulungan ini harus dilakukan dengan cepat dan rapi agar mengurangi kesulitan ataupun kekusutan dalam pengerjaan setting.
ABK yang bertugas membenahi kekusutan main line atau branch line hanya bertugas untuk membantu jika ada kesulitan. Petugas ini sangat
dibutuhkan ketika hasil tangkapan sedang banyak. Kejadian ini terkadang dapat menyulitkan karena padatnya area hauling di sekitar line hauler.
4 Frame radio buoy
ABK yang bertugas mengambil dan merapihkan pelampung menaruh radio buoy dan pelampung pada tempat yang tersedia. Radio bouy diletakkan
pada frame yang terbuat dari kayu di sebelah kiri haluan kapal. Jarak antara frame dan line hauler adalah 3 m, jarak ini tidak membuat ABK melakukan
dengan terburu-buru karena selang waktu antar pelampung dan radio buoy cukup jauh yaitu setelah terpasangnya 11 branch line untuk pelampung dan 6
pelampung untuk radio buoy. 4.3.6 Area penanganan dan dapur
Petugas penanganan hasil tangkapan berjaga dekat pintu masuk ikan. Pintu masuk ini berukuran 50 cm x 40 cm. Petugas yang berjumlah 2 orang ini
diharuskan memiliki stamina yang cukup karena harus mempersiapkan diri untuk melakukan penanganan yang cukup berat dilakukan. Beberapa petugas lain tetap
berjaga pula kalau hasil tangkapan sedang banyak. Palka berjumlah 5 buah, 4 buah palka berukuran 3 m x 3 m x 4 m dan 1
buah palka berukuran 3 m x 3 m x 2 m. Ikan hasil tangkapan memiliki bobot berkisar antara 30
– 100 kg. Mulut penutup palka berjumlah 3 buah, masing- masing berukuran 80 cm x 60 cm sehingga memungkinkan untuk memasukkan
ikan yang sudah dibersihkan dengan mudah. Hal ini juga memudahkan juru palka untuk keluar masuk palka dengan mudah untuk merapihkan ikan yang disimpan
dalam palka. Area dapur dan toilet berada di haluan paling depan yang berbentuk
segitiga. Tidak banyak kegiatan dilakukan di sini selain buang air dan memasak. Area ini juga tidak memberikan pengaruh apapun terhadap operasi penangkapan
ikan. Luas area seluas 3 m x 2 m untuk dapur dan 2 buah toilet masing-masing 80 cm x 100 cm. Gambar fasilitas pada area penanganan dan dapur disampaikan
pada Lampiran 9.
4.4 Kenyamanan Kerja ABK di Atas Kapal