2. Proses penghilangan, dimana bahan penyusun massa tanah hilang keluar dari sistem tanah, seperti: air melalui evapotranspirasi, CCO
2
melalui dekomposisi bahan organik, dan unsur hara melalui pencucian dan serapan
tumbuhan. 3. Proses translokasi, menunjukkan adanya perpindahan tempat dari bahan di
dalam profil tanah, seperti: bahan liat dan organik, senyawa oksida dan unsur hara dari lapisan atas ke lapisan bawah, siklus hara oleh vegetasi dan bahan
tanah oleh aktivitas biologik. 4. Proses transformasi, didalam tubuh tanah terjadi perubahan-perubahan bentuk
termasuk sintesis senyawa atau bahan baru, seperti: ukuran butir, senyawa organik, srukturisasai dan horisonisasi.
Melalui proses-proses ini, tubuh tanah akan berkembang dari tingkat muda hingga tua, yang pada setiap tingkat memiliki sifat morfologi tertentu yang khas.
Sehingga pada setiap tingkat perkembangan dicerminkan oleh sifat tersebut termasuk fisik, kimia dan mineralogi Djunaedi dan Suwardi, 2002.
2.4. Sifat Kimia Tanah
Sifat-sifat kimia tanah yang diamati pada penelitian ini adalah pH tanah, bahan organik dan nitogen total. Bahan organik tanah adalah semua fraksi bukan
mineral sebagai komponen penyusun tanah, biasanya merupakan timbunan dari setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro baik sebagian atau seluruhnya
mengalami perombakan Soepardi, 1983. Bahan organik secara morfologi dapat dibedakan sebagai bahan kasar
segar yang masih memperlihatkan adanya serat-serat tanaman, dan bahan organik halus terdekomposisi dimana struktur tanaman sudah tidak dapat
dikenali lagi. Bahan organik kasar erat hubungannya dengan sifat fisik tanah, seperti bobot isi, struktur dan ruang pori tanah, dan sifat biologi tanah terutama
dalam kaitannya dengan kegiatan mikroorganisme tanah. Sebaliknya bahan organik halus, terutama yang telah memiliki sifat-sifat koloidal, dapat
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah Anwar dan Sudadi, 2004. Bahan organik tanah merupakan sumber energi bagi kehidupan dalam tanah, dan
bagian dari sifat biologi tanah. Bahan organik tanah disusun oleh biomassa tanah
yang terdiri atas berbagai makhluk hidup penghuni tanah terutama mikroorganisme tanah yang menjadi komponen utama bagi jiwa tanah, humus
aktif atau sisa massa mikroba Jorgensen, 1994 dalam Djajakirana, 2001 Kegiatan penambangan bahan-bahan yang mengandung mineral sulfida
seperti batubara dapat memicu pembentukan asam. Penggalian menyebabkan terangkatnya bahan-bahan sulfidik seperti pirit ke permukaan yang kemudian
teroksidasi terhadap mineral sulfida, melepaskan asam-asam sulfat yang berdampak pada penurunan pH tanah secara drastis. Menurunnya pH akan
meningkatkan kelarutan logam-logam berat yang berbahaya bagi kehidupan Rochani dan Damayanti, 1997
Pada profil tanah yang normal, lapisan tanah atas merupakan sumber unsur-unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu,
juga berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan mikroba. Hilangnya lapisan tanah atas top soil yang proses pembentukannya
memerlukan waktu ratusan tahun dianggap sebagai penyebab utama buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan Setiadi, 1996.
Menurut Bradshaw dan Chadwick 1980, keseimbangan hara tanaman menjadi terganggu akibat penambangan, sementara kelarutan unsur-unsur yang
meracuni tanaman meningkat dan ketersediaan hara N pada tanah galian tambang pada umumnya sangat rendah, walaupun pada beberapa tempat memiliki jumlah
N total yang tinggi. Namun demikian, N tetap tidak cukup tersedia untuk usaha revegetasi.
2.5. Sifat Biologi Tanah