Morfologi Tanah TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Menurut Rachim 1999, warna tanah dengan tanah memiliki hubungan yang ditunjukkan dalam dua hal penting, yaitu: pertama warna secara tidak
langsung berhubungan dengan interpretasi sifat-sifat yang tidak dapat diobservasi secara tepat dan mudah, dan kedua merupakan ciri yang sangat berguna untuk
identifikasi tanah. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan warna tanah antara lain: kandungan bahan organik, keadaan drainase, aerasi, kelembapan tanah,
bahan induk, mineralogi tanah, dan lain-lain. Semakin gelap warna tanah maka semakin tinggi kandungan bahan organiknya sedangkan semakin pucat warna
tanah maka semakin rendah kandungan bahan organiknya. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat
yang terkandung dalam suatu massa tanah. Fraksi pasir mempunyai ukuran yang lebih besar daripada debu dan liat. Pasir berukuran 2-0.05 mm, debu berukuran
0.05-0.002 mm, dan liat berukuran 0.002 mm. Penetapan tekstur di lapang dengan membasahi massa tanah kemudian dipijit dan dipirit antara ibu jari dan
telunjuk. Sifat umum dari fraksi pasir dalam penetapan dilapang adalah adanya rasa kasar, tidak plastis atau lekat dalam keadaan lembab. Fraksi debu terasa
seperti bedak atau semir, tidak plastis atau lekat dalam keadaan lembab. Sedangkan fraksi liat akan terasa licin, lekat dan plastis dalam keadaan lembab
dan membentuk bongkah yang sangat keras dalam keadaan kering. Struktur tanah merupakan gumpalan-gumapalan kecil dari butir tanah yang
terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-
gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan ketahanan yang berbeda Soil Survey Staff, 1993. Suwardi 2000 mengemukakan bahwa
penyipatan struktur tanah dapat dilihat dari bentuk, tingkat perkembangan dan ukurannya. Bentuk struktur berfungsi untuk membedakan kelas struktur. Ada
tujuh macam bentuk struktur yaitu lempeng, prismatik, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat dan remah. Sedangkan yang tidak berstruktur disebut lepas dan
pejal masif. Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarakan kemantapan dan ketahanan struktur tersebut terhadap tekanan, yang dibedakan
berdasarkan dari yang mudah hancur sampai yang sulit hancur. Sedangkan ukuran
struktur menunjukkan ukuran butir-butir struktur yang dibedakan dari sangat halus sampai sangat kasar.
Konsistensi tanah merupakan sifat dari tanah yang ditunjukkan dengan derajat kohesi dan adhesi serta ketahanannya terhadap perubahan bentuk. Hal ini
ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya dari luar. Sifat-sifat konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kondisi tanah, yaitu apakah dalam keadaan basah,
lembab, dan kering Soil Survey Staff, 1993. Tanah dalam keadaan basah ditetapkan menggunakan dua paramater, yaitu kelekatan dan plastisitas. Jika
keadaan tanah di lapang dalam keadaan kering, sebaiknya konsistensi ditetapkan dalam keadaan kering, lembab dan basah. Jika tanah dalam keadaan lembab,
sebaiknya konsistensi ditetapkan dalam keadaan lembab dan basah Suwardi, 2000.
Pori tanah adalah bagian tanah yang berbentuk ruangan tidak diisi oleh padatan, dimana bagian ini terisi oleh udara dan air. Pori tanah sangat penting
dalam nenentukan pergerakan air dan udara yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Karakteristik pori ditentukan juga oleh tipe dan ukuran
struktur. Menurut Hardjowigeno 1993, pori dapat dibagi kedalam pori makro dan pori mikro. Pori makro atau kasar adalah pori-pori yang terisi air dan udara
gravitasi air bebas, sedangkan pori mikro pori halus adalah pori yang terisi oleh udara dan air kapiler air yang tersedia untuk tanaman. Tanah-tanah
bertekstur kasar lebih banyak menandung pori kasar daripada bertekstur halus dan sebaliknya untuk pori mikro. Oleh karena itu, air tersedia bagi tanaman pada tanah
bertekstur kasar lebih sedikit daripada tanah bertekstur halus. Tanah bertekstur kasar lebih sulit menahan air, sehingga tanaman mudah kekeringan.
Selain sifat-sifat morfologi tanah, proses pedogenesis juga mempengaruhi proses reklamasi. Menurut Simonson 1959, proses pedogenesis tanah terdiri dari
4 proses kejadian, yaitu: 1. Proses penambahan, dimana terjadi penambahan energi dan bahan dalam
berbagai bentuk, seperti: energi panas melalui sinar matahari, air melalui hujan, O
2
dan CO
2
melalui respirasi organisme, dekomposisi bahan organik dan bahan organik melalui organisme mati.
2. Proses penghilangan, dimana bahan penyusun massa tanah hilang keluar dari sistem tanah, seperti: air melalui evapotranspirasi, CCO
2
melalui dekomposisi bahan organik, dan unsur hara melalui pencucian dan serapan
tumbuhan. 3. Proses translokasi, menunjukkan adanya perpindahan tempat dari bahan di
dalam profil tanah, seperti: bahan liat dan organik, senyawa oksida dan unsur hara dari lapisan atas ke lapisan bawah, siklus hara oleh vegetasi dan bahan
tanah oleh aktivitas biologik. 4. Proses transformasi, didalam tubuh tanah terjadi perubahan-perubahan bentuk
termasuk sintesis senyawa atau bahan baru, seperti: ukuran butir, senyawa organik, srukturisasai dan horisonisasi.
Melalui proses-proses ini, tubuh tanah akan berkembang dari tingkat muda hingga tua, yang pada setiap tingkat memiliki sifat morfologi tertentu yang khas.
Sehingga pada setiap tingkat perkembangan dicerminkan oleh sifat tersebut termasuk fisik, kimia dan mineralogi Djunaedi dan Suwardi, 2002.