Menurut Budi Santoso: “Manajemen Strategi adalah perencanaan berskala besar yang berorientasi pada
jangka panjang Visi dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak, agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif Misi dalam usaha
menghasilkan sesuatau yang berkualitas yang diarahkan pada optimalisasi pencapian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
Untuk memudahkan pemaham mengenai manajemen strategi Purnomo Setiawan memberikan visualisasi mengenai proses manajemen strategi seperti terlihat dibawah
ini.
Tabel 1.2 : Proses Manajemen Strategi
Hunger dan Wheleen 2003:11 Dari gambar yang ditampilakan untuk mempermudah pemahaman maka akan
dijelaskan satu persatu :
a. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan merupakan proses awal dari manajemen strategi. Analisi lingkungan disini mencakup mengenai lingkungan Eksternal dan Lingkungan
Internal dari organisasi. Analisis
Lingkungan
Internal Eksternal
Menentukan Menetapkan
Organisasi
VISI MISI
Formulasi Strategi
Menyiapkan memilih
Mentetapkan Implementasi
Strategi Policy
Target Tahunan
Alokasi Sumber Daya
Pengendalian Strategi
Mengukur +
Mengevaluasi Reformance
FEED BACK
b. Menentukan dan menetapkan arah organisasi
Dalam konteks pembahasan mentukan dan menetapkan arah tujuan organisasi akan membahas pertama yakni mengapa organisasi tersebut berdiri dan kemudian
apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut.
c. Formulasi Strategi
Formulasi strategi bermakna pada perumusan strategi-strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya.
Kemudian dari berbagai strategi yang dirumuskan dilakukan pemilihan startegi yang relevan dengan keadaan organisasi.
d. Implementasi Strategi
Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut tentunya dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan nyata hal inilah yang
disebut dengan implementasi strategi atau penerapan strategi dalam aktivitas organisasi.
e. Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi bermakna kepada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan
memastikan bahwa system yang telah berfungsi sebagaimana semestinya.
Setalah memahami makna dari strategi dan makna yang terkandung dalam manajemen strategi maka ada beberapa pembahasan yang akan lebih diperhatikan
dalam strategi yakni mengenai formulasi strategi, Implementasi strategi dan evaluasi strategi.
1.5.1.4.1Formulasi Strategi
Formulasi strategi adalah proses perumusan strategi yang akan dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Formulasi strategi ini akan memberikan sebuah pedoman
bagi anggota organisasi dalam bertindak sesuai dengan strategi yang telah dirumuskan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam bertindak dan mengambil
keputusan yang berakibat terhadap kelangsungan dan perkembangan dari organisasi. Dalam sebuah perencanaan organisasi membutuhkan pertimbangan internal dan
eksternal lingkungan dari organisasi yang mana untuk mempermudah analisis isu lingkungan internal dan eksternal organisasi diperlukan analisis SWOT. Analisis
SWOT adalah analisis yang memberikan gambaran mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berpengaruh dalam organisasi. Dengan dilakukannya
analisis ini akan memperoleh gambaran kearah mana organisasi akan dibawa dan hal- hal apa yang menjadi langkah-langkah untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Tujuan organisasi pada umumnya dituangkan dalam Visi, Misi dan Tujuan organisasi. Visi menunjukkan suatu keadaan atau tingkatan prestasi yang diinginkan
atau diharapkan oleh organisasi yang akan terwujud pada satu titik waktu tertentu dimasa yang akan datang. Sedangkan misi merupakan sebuah penjelasan mengenai
apa yang akan dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya. Misi ini akan membantu dalam hal memfokuskan organisasi lama pencapaian tujuan, mencegah
terjadinya konflik dalam organisasi, memberikan dasar bagi pengalokasian sumber daya yang ada serta sebagai dasar untuk pengembangan organisasi.
Dengan demikian tujuan organisasi dapat disimpulkan sebagai apa yang menjadi alasan organisasi tersebut berdiri serta menunjukkan apa yang akan dicapai dan
diwujudkan oleh organisasi dengan mendirikan organisasi tersebut.
1.5.1.4.2. Implementasi Strategi
Langkah selanjutnya setelah melakukan formulasi strategi yaitu implementasi strategi. Implementasi strategi adalah sebuah proses penerapan dari formulasi strategi
ke objek yang sebenarnya dilapangan. Implementasi strategi merupakan hal yang sangat penting dari sebuah strategi karena sebaik apapun organisasi merumuskan
sebuah strategi yang akan dilaksanakan tetapi saat pelaksanaannya tidak dilakukan dengan baik pula maka formulasi strategi hanya sebuah rumusan stratgei semata.
Thomas V. Bonoma , mengemukakan ada empat hasil yang mungkin terjadi dari kombinasi antara formulasi strategi dengam implementasi keempat hasil tersebut
yang dapat dilihat seperti visualisasi di bawah ini
Tabel 1.3 : Berbagai Kemungkinan Formulasi dan Implementasi Strategi
Formulasi Strategi BAIK
BURUK BAIK
SUCCES ROULETTE
Implementasi
Strategi
TROUBLE FAILURE
BURUK Thomas V. Bonoma 1996:102
Agar lebih jelas mengenal berbagai kemungkinan yang terjadi antara formulasi dan implementasi strategi diatas, maka berikut akan diterangkan satu demi satu.
Keterangan gambar :
1. Success
Apabila organisasi mampu memformulasikan strategi dengan baik serta mampu mengimplementasiakan dengan baik pula, maka output-nya
dinamakan “Succes”, dimana hasil inilah yang paling diinginkan oleh organisasi.
2. Roulette
Merupakan suatu kondisi dimana formulasi strategi yang dilakukan kurang baik atau cenderung buruk, akan tetapi dengan usaha dan penyesuaian di
sana-sini organisasi mampu untuk mengimplementasikannya dengan baik. 3.
Trouble Adapula situasi dimana strategi menjadi kacau karena strategi yang telah
diformulasikan dengan baik tidak bisa diimplementasikan dengan baik pula
4. Failure
Situasi yang paling diinginkan karena strategi yang telah diinformulasikan dengan buruk juga diimplementasikan secara kurang baik.
Dari gambar yang disajikan diatas tampaklah bahwa keberhasilan strategi tidak hanya ditentukan oleh sebuah formulasi strategi yang baik, tetapi pengaruh juga terhadap
bagaimana organisasi dan mengimplementasikan formulasi strategi yang di buat.
1.5.1.4.3. Evaluasi Strategi
Evaluasi evaluating adalah proses penilaian akan efektifitas strategi yang telah diterapkan terhadap hasil yang diperoleh apakah sesuai dengan apa yang diharapkan
atau tidak. Apabila dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa formulasi strategi dan implementasi strategi serta hasil yang diperoleh merupakan sebuah tujuan yang ingin
dicapai telah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi maka organisasi akan meninjau kembali letak kesalahan dari strategi tersebut apakah rumusan strategi
yang bermasalah atau justru pada tahap implementasi yang salah. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program
di masa mendatang. Dengan demikian, manajemen strategi ini menitik beratkan pada kegitan untuk
memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan, disamping memahami kekuatan dan kelemahan organisasi. Kegiatan formulasi, implementasi dan evaluasi
strategi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi.
1.5.1.5. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi atas keadaan kekuataan, kelemahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Analisis SWOT
digunakan untuk mengamati lingkungan dalam dan luar perusahaan sebelum mengeluarkan kebijakan bisnisnya. Dengan bantuan analisis SWOT, perusahaan
dapat memperhitungkan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Bahkan dengan analisis yang tepat,
perusahaan justru dapat menciptakan pasar baru yang bisa dikuasai sepenuhnya oleh perusahan. Analisis SWOT terdiri atas:
a Strength, yaitu kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yang memungkinkan
perusahaan tersebut dapat menguasai pasar yang dituju. b
Weakness, yaitu kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam suatu perusahaan yang bisa menurunkan kinerja perusahaan.
c Opportunity, yaitu peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan
dalam menyusun strateginya untuk meningkatkan kemampuan perusahaan. d
Threats, ancaman-ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan dalam melakukan aktivitasnya
Tabel 1.4 : Matriks SWOT
INTERNAL
EKSTERNAL KEKUATAN S
Strength
Identifikasi Kekuatan
KELEMAHAN W Weakness
Identifikasi Kelemahan
PELUANG O Opportunity
Identifikasi Kesempatan
SO: Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk menangkap kesempatan.
WO: Strategi dibuat untuk
mengatasi kelemahan dengan mengambil
kesempatan.
ANCAMAN T Threats
Identifikasi Ancaman
ST: Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk menghindari ancaman
WT: Strategi yang bertujuan
untuk meminimalkan kelemahan dengan
menghindari ancaman.
Sri Agustinus Wahyudi 1996:105 a
Strategi SO Strenght Oppurtunity, memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia dilingkungan eksternal.
b Strategi WO weakness Oppurtunity, memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang lingkungan dari luar. c
Strategi ST Strenght Threat, menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar.
d Strategi WT Weakness Threat, memeperkecil kelemahan internal dan
menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar. Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan kearah mana
organisasi akan memberikan rumusan strategi, impelementasi bahkan evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada untuk
perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman dimasa depan serta menghasilkan cara-
cara untuk mengantisipasinya. Dalam penelitian ini, menganalisis SWOT Internal Eksternal adalah sebagai berikut :
1.5.1.6 Analisis SWOT Sebagai Alat Strategi
Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis strategi yang telah dibuat. Dalam menganalisis, analisis SWOT digunakan untuk membandingkan
antara faktor eksternal dan faktor internal.
Tabel 1.5 : Diagram Silang Analisis SWOT
1. Mendukung Strategi Turn Around 2. Mendukung Strategi Agresif
3. Mendukung Stratgei Defensif 4. Mendukung Startegi Diversifikasi
Sumber : Ranguti : 1997 :47 a
Kuadran I : Mendukung Strategi SO Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi mempunyai
berbagai peluang dan kekuatan internal sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
growth oriented strategy b
Kuadran II : Mendukung Strategi WO Organisasi Mengahadapi peluang yang besar, dilain pihak menghadapi beberapa
kendala atau kelemahan internal. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Contoh strategi pada
strategi turn around : integrasi horizontal melalui pembelian fasilitas persaingan, aliansi untuk memperkecil kelemahan internal organisasi yang memanfaatkan
peluang-peluang eksternal. Kelemahan
l Berbagai Peluang
Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
c Kuadran III : Mendukung Strategi WT
Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan, menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal, organisasi harus melakukan strategi
bertahan defensive agar organisasi tetap eksis, dengan melakukan berbagai pembenahan internal guna menghadapi ancaman yang akan datang. Contoh strategi
defensive : meneger, mengurangi hutang dengan menjual salah satu divisi divertasi mengurangi biaya operasi dengan mengurangi pegawai rasionalisasi.
d Kuadran IV : Mendukung Strategi ST
Organisasi masih memiliki berbagai kekuatan internal, meskipun disisi lain menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus dikembangkan adalah
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang dalam waktu jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi : penggunaan RD Rosearch
Development untuk menciptakan produk atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi pesaing penghindaran kompetensi secara langsung.
1.5.2. Pembangunan
Pengembanganadalah memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang telahadayang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan teknik, teoritis,
konseptual, dan kualitas.Tujuannya menjadikan sesuatu tersebut menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, dimana pengembangan bisa terjadi karena adanya
pembangunan. Maka dari itu , Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu
yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi
klasik Durkheim, Weber, dan Marx, pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan
pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat
diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai
aspirasinya yang paling manusiawi.
Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah
terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek
kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil.
Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan
etika umat. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam :
• Siagian
memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building”.
• Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu
proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
• Rogers and Shoemaker Pembangunan ialah “ Suatu jenis perubahan social, dimana ide-ide baru di
perkenalkan pada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode
produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik. Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat system nasional
• Dissaynake Pembangunan “Sebagai proses perubahan social yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan cultural tempat mereka berada dan
berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri
http:dilihatya.com1096pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran
yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan 2westernisasi. Seluruh
pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Pembangunan development adalah proses perubahan yang mencakup seluruh
system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya Alexander 1994. Portes 1976
mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.Menurut Deddy T. Tikson 2005 bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan
masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro nasional dan mikro commuinitygroup. Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuanperbaikan progress, pertumbuhan dan diversifikasi.Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas, mendefinisikan arti pembangunan ialah sebuah
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat tanpa merusak lingkungan
alam dan cultural, sehingga saya pun menarik garis besar bahwa pembangunan dapat di kategorikan sebagai perkembangan.
Dimana perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.Semakin meningkatnya kompleksitas
kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan
telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu- ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali
konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik.
Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga
pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat
membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian 1983 dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, “Pembangunan
sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai
suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus
terjadi dalam pembangunan.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya
pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembanganperluasan expansion atau peningkatan improvement dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
1.5.2.1. Pelaku-pelaku Pembangunan
Rahim Schramm dan Lerner,1976 dalam buku Pembangunan berbasis masyarakat 2014, mengungkapkan bahwa di dalam setiap proses pembangunan,
pada dasarnya terdapat dua kelompok atau “sub-sistem’ pelaku-pelaku pembangunan , yang terdiri atas :
1. Sekelompok kecil warga masyarakat yang merumuskan perencanaan dan
berkewajiban untuk mengorganisasi dan menggerakkan warga masyarakat yang lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Masyarakat luas yang berpartisipasi dalam proses pembangunan, baik
dalam bentuk : pemberian input ide, biaya, tenaga, dll, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan pengawasan, serta pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan.
Yang dimaksud dengan sub-sistem “pemerintah dan penggerak” adalah : semua aparat pemerintahan, penyuluh change agent, pekerja social, tokoh-tokoh
masyarakat formal dan informal aktifitas LSMLPSM yang terlibat dan berkewajiban untuk :
1. Bersama-sama warga masyarakat merumuskan dan mengambil keputusan
dan memberikan legitimasi tentang kebijakan dan perencanaan pembangunan.
2. Menginformasikan dan atau menerjemahkan kebijakan dan perencanaan
pembangunan kepada seluruh warga masyarakat. 3.
Mengorganisir dan menggerakkan partisipasi masyarakat. 4.
Bersama-sama masyarakat melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.
5. Mengupayakan pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh
warga masyarakat, khusus yang terlibat langsung sebagai pelaksanaan dan atau dijadikan sasaran utama pembangunan secara adil.
Sedangkan yang dimaksud dengan sub-sistem masyarakat atau pengikut, adalah : sebagian besar warga masyarakat yang tidak termasuk dalam sub-sistem
“pemerintahpenggerak” diatas, yang berkewajiban untuk :
1. Menyampaikan ide-ide atau gagasan tentang kegiatan pembangunan yang
perlu dilaksanakan, dan cara mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan, baik secara langsung maupun perwakilannya yang sah dalam
suatu forum yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut. 2.
Secara postif menerima dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan, sejak pengambilan keputusan tentang kebijakan dan perencanaan pembangunan,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan pengawasan, dan upaya
pemerataan hasil-hasil pembangunan secara adil sesuai dengan fungsi dan pengorbanan yang diberikan.
3. Memberikan masukan atau umpan balik tentang kegiatan pembangunan
yang telah dilaksanakan. 4.
Menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pengembangan.
Sehubung dengan itu, demi keberhasilan pembangunan kedua kelompok pelaku- pelaku pembangunan perlu menjalin hubungan psikologis yang akrab, sehingga dapat
terjalin komunikasi atau berinteraksi secara efektif. Di samping itu, antara pelaku- pelaku pembangunan di dalam setiap kelompoknya masing-masing juga perlu
melakukan hal yang sama. Tentang hal ini, beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian dari kedua
sub-sitem pelaku-pelaku pembangunan :
1. Aparat pemerintahanpenguasa, di dalam pengambilan keputusan tentang
kebijkan dan perencanaan pembangunan harus senantiasa mau: mendengarkan, memahami, dan menghayati aspirasi masyarakat,
memahami kondisi-kondisi dan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi masyarakat.
2. Masyarakat harus selalu diberitahu tentang apa yang sedang dan telah
direncakan oleh penguasa, serta diberitau cara-cara yang telah dipilih untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan itu. Untuk
selanjutnya, masyarakat harus akrif mempersiapkan diri untuk berpartisipasi di dalam proses pembangunan tersebut.
3. Masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya pengetahuan, sikap,
keterampilan dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpartisipasi dan di dalam setiap kegiatan pembangunan hingga pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan.
1.5.3 Pariwisata
Istilah pariwisata terlahir dari bahsa sansekerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari arinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis man yang artinya rumah,
property, kampung, komunitas. Atau artinya pergi terus menerus,
mengembara.yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata , berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumahkampung atau berkeliling
terus-menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah tourisme travel di beri makna oleh pemerintah Indonesia : “ mereka yang
meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalan tanpa mencari nafkah di tempat- tempat yang di kunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”.
Menurut Robert C.Lonati dalam Nyoman S.Pendit 2000:3 : “ Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan , standar hidup serta menstimulasi sector-sektor produktif lainnya. Selanjutnya
sebagai sector yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industi klasik, seperti industri kerajinan tangan dan
cendramata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri”.
Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan- kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan lautudara, jalan-
jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan dan kesehatan, kelestarian lingkungan, dan sebagainnya, yang kesemuanya dapat memberikan
keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar.
Menurut Robert Mc. Instosh Shashi Kant Cupta dalam partono 2002:13 “ pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan ini serta pengunjung lainnya”.
Menurut Prof. salah Wahab dalam Yoeti 1982:107 “ Pariwisata adalah suatu aktivitas masnusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu Negara itu
sendiri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang di
alaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat
ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut ,
guna bertamasya dan berkreasi , melihat dan menyaksikan atraski wisata di tempat lain untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam yang mencakup :
1. Keseluruhan fenomena alam maupun buatan manusia yang di manfaatkan
untuk kepentingan wisatawan. 2.
Kegiatan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan aktifitas perjalanan.
Dengan memperhatikan factor-faktor: 1.
Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu. 2.
Perjalanan dilakukan dari satu tempat ketempat lain. 3.
Perjelanan itu, walaupun ada bentuknya harus selalu dikaitkan dengan bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah
ditempat atau daerah yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut, dengan mendapatkan pelayanan
Yoeti, 1982:109
1.5.3.1 Perencanaan Pengelolaan Pariwisata
Perencana berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Perencanan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata masyarkat dimasa mendatang. Oleh karena itu kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan
kemajuan teknologi dengan menerapkannya harus dimasukkan didalam perencanaannya tersebut. Selain itu sumber daya pengelolaan pariwisata juga sangat
berpengaruh terhadap kemajuan dan industri pariwisata tersebut. Sebab dalam mengelola atau memanjemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman
,bahwa “ beberapa pun banyak modal yang dimiliki pembangunan tidak akan terlaksana kecuali disertai dengan sumber daya managerial yang mampu mengelola
modal itu untuk pembangunan”. Menurut Soewarno 2002:378mengemukakan bahwa : “ pengelolaan adalah
mengendalikan atau menyelenggarakan berbagai sumber daya serta berhasil guna untuk mencapai sasaran”. Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri dari hayati
dan non hayati dimana masing-masing memerluka pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan
berbagai sumber daya wisatanya secara berdayaguna agar tercapainya sasaran yang diinginkan.
Tujuan perencanaan dan pengembangan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal
mungkin apabila pemerintah ikut berperan. Peran pemerintah dalam perencanaan dalam pengelolan wisata sangat menentukan perkembangan suatu objek wisata
contonya dapat kita lihat dalam penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pihak pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum
keluar negri. Selain itu juga pemerintah berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerja sama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan
pemerintah.
Menurut Munasef 1995:1 : “ pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan sarana dan prasarana, barang dan jasa , fasilitas
yang di perlukan guna melayani kebutuhan wisatawan”.
Menurut Happy Marpaung 2002:79 menyatakan bahwa : “ Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang
potensial harus dilakukan penelitian, infentarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas swasta di kembangkan.Hal ini penting agar perkembangan daya tarik
wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.
A. Yoeti 1982:285 menyatakan bahwa : “ ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata
sebagai satu industri, ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek wisata , adanya fasilitas aksesibilitas, dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
Sedangkan Amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan
berpergian ditempat-tempat tersebut sehingga serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksebilitas,
artinya objek wisata harus mudah dicapai. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungannya
agar pengembangan kepariwisataan tidak merusak lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Soemarwoto 2001:309 “ Pariwisata adalah industri yang
lingkungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan”. Tanpa lingkungan yang baik maka tak mungkin pariwisata dapat berkembang. Karena itu
pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang dijual. Pengembangan pariwisata
disuatu wilayah ditentukan oleh tiga faktor yaitu : tersedia objek dan atraksi pariwisata, aksesibilitas dan fasilitas amenitas. Dalam membangun ketiga faktor
tersebut harus diperhatikan terjaganya mutu lingkungan.
1.5.3.2 Batas Wilayah Pesisir Pantai
Wilayah pesisir atau pantai ialah suatau wilayah peralihan antara daratan dan lautan Dahuri dkk, 2001 dalam Mulyadi, 2005. Apabila ditinjau dari garis pantai
coastline, suatau wilayah pesisir pantai memiliki dua macam batas boundaries, yaitu : batas yang sejajar garis pantai long shore dan batasan yang tegak lurus
terhadap garis pantai cross shore Mulyadi 2005:25 Untuk keperluan pengelolaan, penetapan batas-batas wilayah pesisir yang sejajar
garis pantai relatif mudah. akan tetapi penetapan batas-batas wilayah suatu wilayah pesisir yang tegak lurus terhadap garis pantai, sejauh ini belum ada kesepakatan.
Disamping itu batas wilayah pesisir pantai dari suatu negara ke negara lain juga berbeda. Hal ini dapat dipahami karena setiap negara memiliki karakteristik
lingkungan, sumber daya, dan sistem pemerintahan sendiri. Maka untuk kepentingan pengelolaan adalah kurang begitu penting untuk
menetapkan batas-batas fisik suatu wilayah pesisir secara kaku rigid. Akan lebih berarti, jika penetapan batas-batas suatu wilayah pesisir didasarkan atas faktor-faktor
yang mempengaruhi pembangunan pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem pesisir dan lautan beserta segenap sumber daya yang ada didalamnya, serta tujuan pengelolan
itu sendiri. Jika tujuan pengelolaan adalah untuk mengendalikan atau menurunkan tingkat pencemaran perairan pesisir kearah darat hendaknya mencakup suatu daratan
daerah aliran sungai dimana pembuangan limbah disini akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir.
Sementara itu, jika tujuan pengelolaan suatu wilayah pesisir adalah untuk mengendalikan erosi abrasi pantai, maka batas kearah darat cukup hanya sampai
pada lahan pantai yang terkena abrasi, dan batas kearah laut adalah daerah yang terkena pengaruh distribusi sedimen akibat proses abrasi, yang biasanya terdapat pada
darah pemecah gelombang breakwater zone yang paling dekat dengan garis pantai. Dengan demikian meskipun untuk kepentingan pengelolaan sehari-hari day-to-day
management kegiatan pembangunan dilahan atas atau di laut lepas biasanya ditangani oleh instansi tersendiri, namun untuk kepentingan perencanaan pembanguann wilayah
pesisir, segenap pengaruh-pengaruh atau keterkaitan tersebut harus dimasukan pada saat menyusun perencanaan pembangunan wilayah pesisir.
1.5.3.3 Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu
Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan pembangunan dalam
kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan
yang dapat mengharmoniskan, keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. seringkali keterpaduan juga diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan
diwillayah pesisir dan lautan yang meliputi : Pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi, dan kegiatan konstruksi
Dalam konteks perencanaan pembangunan sumber daya alam yang lebih luas, perencanaan sumber daya secara terpadu sebagai suatu upaya secara bertahap dan
terprogram untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang mungkin timbul.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemanfaatan optimal adalah suatu cara pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan yang dapat menghasilkan keuntungan
ekonomis secara berkesinambungan untuk kemakmuran masyarakat. Sementara itu, Mulyadi 2005:28 menyarankan bahwa keterpaduan dalam
perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan, hendaknya dilakukan pada tiga tataran level: teknis, konsultatif, dan koordinasi. pada tataran
teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan hendaknya secara seimbang atau proposional dimasukkan kedalam setiap perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan laut Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan
wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan pembanguan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan
wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks inti, keterpaduan integration mengandung tiga dimensi Sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.
Mengingat bahwa suatu pengelolaan management terdiri dari tiga tahap utama : perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi: maka jiwa atau nuansa
keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.
1.5.3.4 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir
Potensi pembangunan yang terdapat diwilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Sumber daya dapat pulih renewable resource
2. Sumber daya tidak dapat pulih non-renewable resource
3. Jasa-jasa lingkungan environment service
Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan mangrove
merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting diwilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang
pesat dalam beberapa dasarwarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. Secara
nasional potensi lestari sumber daya perikanan lautan sebesar 6,7 juta tontahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48 Mulyadi , 2005 : 44
Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A mineral strategis misalnya minyak, gas B
mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit dan kelas C mineral, industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit Mulyadi,2005:46. Berbagai
potensi sumber daya mineral wilayah pesisir dan lautan Indonesia merupakan penghasil devisa utama dalam beberapa dasarwarsa terakhir.
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki berbagai macam jasa lingkungan yang sangat potensial bagi kepentingan pembangunan dan bahkan
kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan
komunikasi, sumber energy, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengaturan iklimclimate regulator, kawasan perlindungan
konservasi dan preservasi dan sistem penunjang.
1.5.3.5 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir
Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan sustainable development dihadapakan pada kondisi
yang mendua, atau berada dipersimpangan jalan. Disatu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan atau dikembangkan dengan intensif. Akibatnya
indikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan potensi lestari dari ekosistem pesisir dan lautan. Seperti pencemaran, tangkap lebih over fishing,
degradasi fisik habitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul dikawasan pesisir. Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan
sumber daya dan lingkungan wilayah pantai dan lautan yaitu : 1.
Perkapalan dan transportasi tumpahan minyak, limbah padat dan kecelakaan 2.
Perikanan over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan tingkat keahlian
3. Budidaya peraturan ekstensivikasi dan konservasi hutan
4. Pertambangan penambang pesisir dan terumubu karang
5. Kehutanan penebang dan konservasi hutan
6. Industri reklamasi dan pengerukan tanah
7. Pariwisata pengembangan infrastruktur dan pencemaran air
Mulyadi, 2005:54
1.5.3.6 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir
Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir pantai di Indonesia secara umum antara lain :
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan
kesempatan usaha 2.
Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan
lautan 3.
Peningkatan kemampuan peran serta masyarkat pantai dalam pelestarian lingkungan
4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset, dan pengembangan di wilayah pesisir
dan lautan Mulyadi, 2005:67
Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridikasi nasional dalam
wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kokoh dan maju yang didorong oleh kementrian usaha yang erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta
pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal,
serta terpilihnya kelestarian lingkungan hidup.
1.5.3.7 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai
Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi sumber daya alam yang dimiliki
oleh daerah pantai yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan
hasil laut lainnya batu karang, tanaman laut, hutan mangrove, garam laut, dan lain- lain serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati
Mulyadi 2005 :72
1.5.3.8 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai
Ada dua jenis utama dari pola pekembangan pantai pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang efektif secara
continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera.
Perkembangan tersebut terjadi karena telah berkembang jaringan sarana dan perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah sepanjang pantai. Kedua,
perkembangan intensif yang terjadi karena berpencar dikota-kota tertentu yang secara historis mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini
perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman
Mulyadi, 2005: 86 Pada umunya, pola perkembangan demikian terjadi di daerah-daerah diluar Jawa
dan Sumatera dimana sarana perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah pantai yang masih sangat kurang.
Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembang sebagai suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu kegiatan fungsional khusus
seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat pengelolaan atau kegiatan khusus lainnya.Mulyadi, 2005:84
1.5.3.9 Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan Daerah Pantai
Melihat pada potensi yang dimiliki oleh daerah pantai dan lautnya baik secara ekonomis, jelaslah daerah tersebut akan merupakan daya terik potensial yang sangat
kuat dalam perkembangan fisiknya potensi dengan sendirinya akan mengakibatkan
berbagai permasalahan baik sosial, budaya dan politik, ekonomi maupun permasalahan fisik. Oleh karena itu pemantauan dan pengembangan penggunaan tanah
pantai adalah penting sekali Mulyadi, 2005:89
1.5.3.10 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Pantai
Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha pengembangan dan pengendalian
tanah pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut : •
Pengembangan pantai secara mengelompok. •
Sehubung dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan tanah pantai tesebut, usaha pengaturan dan pengendalian perlu pula dilandasi oleh peraturan-
peraturan serta pengendalian yang baik Mulyadi, 2005:96
1.5.4. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan adalah salah satu bagian manjemen yang menitik beratkan padaimplementasi potensi budaya harus dilaksanakan dengan rentang waktu,
berapalangkah sistematis yang dapat mengarah pada pencapaian hasil,dan hasil yangdicapai diharapkan pada perencanaan manajeman dengan kegiatan yang
sangatspesetif untuk mencapai tujuaan visi, tujuan, dan sasaran dari rencana tersenut. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan
keterpaduan penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung
akan kelangsungan pengembangan pariwisata.Swarbooke1996:99terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu :
a. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya
tidak digunakan sebagai atraksi.
b. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah
digunakan sebaai atraksi. c.
Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat
atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebihluas, dengan meraih pangsa pasar yang baru.
d. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk
meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya pengeluaran sekunder oleh pengunjung.
e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari satu tempat ke tempat
lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.
Dalam bukunya berjudul “ Dasar-dasar pariwisata”, Gamal Suwantoro2007, menyatakan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk yang
pelayanan yang berkualitas, seimbang, bertahan. Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan strategi pengambangan adalah upaya-upaya yang
dilakukan dengan tujuan memajukan, memperbaiki,danmeningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi
mapan dan ramai untuk dikunjungi oleh wisatawan serta mampu memberikan suatu manfaat baik bagi masyarakat di sekitar obyek dan daya tarik dan lebih
lanjut akan menjadi pemasukan bagi pemerintah. Menurut Happy Marpaung 2002:19 :
Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan
kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan
infrastruktur dan failitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui
penyediaan tempat tujuan wisata Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf
perkembangan ekonomi dan satu tempat tujuan wisata yang masuk dalam
pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Menurut Baud-Bovy 1998:7 dampak pariwisata pada suatu
kawasan dilihat dari aspek sosial-budaya, ekonomi lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.6 DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA DILIHAT DARI ASEPK
SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Dampak Positif
Dampak Negatif
Lingkungan Alami : •
Adanya gerkan untuk mengkonservasi lingkungan, seperti penciptaan taman-
taman alam yang menempatkan keindahan alam, hewan langka, dan lain-
lain sebagai atraksi utama bagi para wisatwan
• Adanya inisiatif untuk menyediakan
perawatan dan pemurnian sistem pembuangan limbah
Lingkungan Alami : •
Adanya perubahan ekosistem •
Tingkat urbanisasi yang tinggi yang menyebabkan degradasi pemandangan
alami. •
Polusi laut tidak hanya dari kegiatan pariwisata
• Erosi pantai pembangunan dermaga
• Pengurangan luas hutan alami, Polusi udara,
penambahan jumlah sampah. •
Penggunaan air tanah yang berlebihan •
Polusi air tanah Lingkungan Sosial Budaya :
• Peningkatan harga pembelian dan
penyewaan properti dikawasan tersebut •
Adanya peningkatan pendapatan, •
Terbukanya kesempatan untuk bekerja dan melakukan transaksi bisnis
• Adanya persinggungan dengan adanya
kemajuan stndar kebudayaan dan pendidikan
Lingkungan Sosial-Budaya : •
Kehilangan identitas dan kebudayaan tradisional.
• Pertumbuhan tingkat kemakmuran yang
terlalu cepat dengan menjual properti yang ada
• Adanya persaingan ekonomi yang tidak
seimbang antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan lainnya.
Lingkungan Perkotaan : •
Tingginya angka urbanisasi •
Adanya keseragaman atau kesamaan dari beberapa kawasan pariwisata
• pengembangan kawasan wisata yang
melebihi kapasitas kawasan tersebut •
Pembangunan bangunan secara ilegal Lingkungan Perkotaan :
• Kemajuan jaringan komunikasi dan
transportasi •
Adanya perhatian yang lebih mengenai penampilan kota secara keseluruhan
• Rehabilitasi bangunan-bangunan yang
mulai hancur dan tidak terpakai di kawasan
• Degradasi lingkungan perkotaan.
• Perubahan tingkat estetika secara negatif
• Polusi udara dan suara
perkotaan.
Sumber : Mulyadi,2005:8 Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu
dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam kerangka itu pariwisata perlu mengembangkan paket-paket
wisata baru seperti agrowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi masyarakat
sekitar. Masyarakat dapat diikutsertakan dan keuntungan yang diperolehpun dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perlu ditetapkan berbagai peraturan yang berpihak pada peningkatan
mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu
diambil tindakan yang tegas bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.
2. Pengelolaan pawisata harus melibat masyarakat setempat.
3. Promosi yang dilakukan harus beragam.
4. Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan
dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan saat ini obyek wisata yang alami dan tradisional
menjadi sasaran utama para wisatawan asing. 5.
Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka dan
adil. Kerjasama ini penting untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang memadahi. Selain itu
kerjasama di antara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama di antara agen biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata, pengusaha
jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait lainnya merupakan
hal sangat penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksusan pariwisata.
6. Perlu dilakukan pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang
ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan perhatian yang sama kepada semua DTW. Perhatian
terhadap DTW yang sudah mandiri hendaknya dikurangi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap DTW yang memerlukan
perhatian lebih. 7.
Menggugah masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan
peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai kegiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan
untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha
yang mendatangkan keuntungan. 8.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan
jalan, telephone, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain disekitar lokasi DTW sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan beberapa saran ini kiranya dapat membantu bagi penyelengaraanpariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi.
Tentunya saran-saran tersebut tidak berlaku untuk semua DTW, hal itu sangat tergantung pada kebutuhan DTW masing-masing yang memiliki
permasalahannya sendiri dari waktu ke waktu dan lingkungan yang berbeda- beda.
1.5.4.1. Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata
1. Economically viable, yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan,
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Socially acceptable, yaitu harus mampu mewujudkan keadilan social,
melestarikan serta memperkokoh jati diri, kemandirian bangsa, memperkaya kepribadian, mempertahankan nilai-nilai agama, serta
berfungsi sebagai media menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia objek wisata yang potensial, jika dikelola dengan baik akan menyedot
minat wistawan mancanegara untuk berkunjung, berkumpul,saling mengenal dan menjalin persahabatan antar sesama.
3. Environmentally sustainable, yaitu harus memperhatikan kelestarian
lingkungan dan berkesinambungan. Oleh karena itu pembangunan pariwisata berbasisi masyarakat community based tourism menjadi
“azimat” yang harus dipegang oleh para penentu dan pelaksana kebijakan pembangunan pariwisata.
1.5.4.2. Pariwisata Berkelanjutan
Berikut akan disampaikan definisi dari konsep pariwisata berkelanjutan dari berbagai sumber untuk mendalami hubungan-hubungan yang terjalin diantara
berbagai pihak untuk mewujudkan kegiatan pariwisata yang berkelanjutan , Definisi pariwisata berkelanjutan yang lain adalah :
Pariwisata berkelanjutan berarti pariwisata jika dilihat dari segi ekonomi dapat tetap berlangsung tanpa merusak sumber-sumber alam yang merupakan masa
depan pariwisata itu sendiri, khususnya lingkungan fisik dan bagi struktur ekonomi masyarkat setempat. Termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi,
populasi lokal dan lingkungan, dimana perkembangan pariwisata dan investasi- investasi baru dalam sektor pariwisata dan investasi-investasi baru dalam sektor
pariwisata seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan
lingkungan, jika kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan yang negatif
Menurut Hall,pengembangan yang berkelanjutan berhubungan dengan : “equity, theneeds of economically marginal populations, and the idea
oftechmological and social limitations on the ability of environment tomeet present and future needs”. Pembangunan pariwisata berkelanjutan
diartikan sebagai proses pengembangan yang tidak mengesempingkan kelestarian sumberdaya yang dibutuhkan untuk pembangunan di masa
akan datang. Pengertian Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan inisering diartikan
sama dengan wisata alternatif, yang diidentifikasi sebagai:“Forms of tourism that are consistent with natural, social, and communityvalues and which allow
both hosts and guests to enjoy positive and worthwhileinteraction and shared experiences Eadington and Smith, 1992Dalam Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan, penekanan berkelanjutan bahkan tidak cukup dengan kebarlanjutan ekologis dan berkelanjutan ekonomi. Yang tidak kalah
pentingnya adalah berkelanjutan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam pembangunan
kepariwisataan.
Perkembangan yang dilakukan dalam kerangka pariwisata mulai saat ini harus memperhitungkan dengan rinci ketersediaan sumber daya dan failitas-fasilitas
penunjangnya, serta kemampuan daya tampung dari lingkungan yang digunakan untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh eksploitasi.
Tujuan pariwisata berkelanjutan intinya adalah memastikan bahwa kegiatan pariwisata harus mampu juga menjadi bagian dari penyelamatan lingkungan diatas
muka bumi ini sambil terus menjalankan kegiatannya dan terus memperhatikan peninggalannya bagi generasi yang akan datang, Tujuan tersebut disusun berdasarkan
pemahaman atas prinsip-prinsip yang melekat pada pemikiran konsep pariwisata berkelanjutan
1.5.5. Pembangunan Pariwisata sebagai Urusan Pemerintahan Daerah
Reformasi dari bidang politik yang menyangkut hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi ke Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Undang-undang tersebut menyebabkan proses peralihan sistem pemerintahan
Indonesia dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi yang dikenal dengan pemerintahan daerah dengan otonomi.
Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional, dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan, yang meliputi tahapan
perencanaan pembangunan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap hasil-hasilnya. Cakupan dari daerah otonom yaitu provinsi, kabupaten, dan kota. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penyerahan urusan ini antara lain pengembangan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan
meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Keleluasaan melaksanakan otonomi daerah, tercemin dari pola pembagian
kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek-aspek yang sangat terbatas
seperti politik luar negri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan oleh daerah.
Pada daerah otonom terdapat dua pelimpahan urusan yakni urusan wajib dan urusan pilihan, hal ini tertuang dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 Bab III pasal 7 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan. Urusan wajib yang dimaksud disini adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupatenkota, yang
berkaitan dengan pelayanan dasar sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Adapun yang menjadi komponen urusan pilihan ini mencakup : kelautan dan perikanan,
pertanian, kehutanan, energy dan sumber daya mineral, pariwisata, industry, perdagangan dan ketransmigrasian.
Keleluasan ayang diberikan oleh pemerintah pusat diharapkan mampu untuk memunculkan inisiatif dan kreativitas pemerintah daerah dalam mencari dan
mengoptimalkan sumber penerimaan dan Pendapatan Asli Daerah PAD, sebagai sumber prestasi bagi pemerintah daerah bersangkutan dalam pelaksanaan otonomi.
Kepariwisataan merupakan salah satu subsector andalan pembangunan nasional Indonesia, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan
perolehan devisa, kesempatan usaha, dan kesempatan kerja, sehingga dalam pembinaannya perlu dilaksanakan secara lebih optimal.
Daerah otonom dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi pemerintahan umum,
pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, social, penataan ruang,
pemukiman, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga. Kemandirian daerah otonom sering diukur dari kemampuan daerah dalam
meningkatkan PAD. Peningkatan PAD menjadi cerminan keikutsertaan daerah dalam membina penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan
di daerah. Kemampuan daerah otonom dalam meningkatkan PAD salah satunya mengarahkan
kebijakannya berupaya untuk mengembangkan sector pariwisata. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang pariwisata, menyebutkan penyelenggaraan
kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakuran rakyat, memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan membuka lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta
memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabtan antar bangsa.
1.6 Definisi Konsep
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama Singarimbun, 1995:45.
Dengan adanya konsep akan mempermudah dalam membatasi pemahaman yang jelas terhadap variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyusun definisi dari konsep yang akan digunakan sebagai berikut:
a Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang befokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan secara
khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
b Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi atas keadaan kekuataan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Analisis SWOT digunakan untuk mengamati lingkungan dalam dan luar perusahaan sebelum
mengeluarkan kebijakan bisnisnya. c
Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan
keterpaduan penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan
ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan failitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan
warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan
tempat tujuan wisata.
1.7. Sistematika Penulisan BAB I