Perencanaan Pengelolaan Pariwisata PENDAHULUAN

1.5.3.1 Perencanaan Pengelolaan Pariwisata

Perencana berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang akan datang. Perencanan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi kebutuhan pariwisata masyarkat dimasa mendatang. Oleh karena itu kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan kemajuan teknologi dengan menerapkannya harus dimasukkan didalam perencanaannya tersebut. Selain itu sumber daya pengelolaan pariwisata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan industri pariwisata tersebut. Sebab dalam mengelola atau memanjemen pariwisata memerlukan keahlian dan pengalaman ,bahwa “ beberapa pun banyak modal yang dimiliki pembangunan tidak akan terlaksana kecuali disertai dengan sumber daya managerial yang mampu mengelola modal itu untuk pembangunan”. Menurut Soewarno 2002:378mengemukakan bahwa : “ pengelolaan adalah mengendalikan atau menyelenggarakan berbagai sumber daya serta berhasil guna untuk mencapai sasaran”. Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri dari hayati dan non hayati dimana masing-masing memerluka pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdayaguna agar tercapainya sasaran yang diinginkan. Tujuan perencanaan dan pengembangan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal mungkin apabila pemerintah ikut berperan. Peran pemerintah dalam perencanaan dalam pengelolan wisata sangat menentukan perkembangan suatu objek wisata contonya dapat kita lihat dalam penyediaan infrastruktur dan memperluas jaringan kerja aparatur pihak pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum keluar negri. Selain itu juga pemerintah berpartisipasi dalam hal penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan. Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan melalui kerja sama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah. Menurut Munasef 1995:1 : “ pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan sarana dan prasarana, barang dan jasa , fasilitas yang di perlukan guna melayani kebutuhan wisatawan”. Menurut Happy Marpaung 2002:79 menyatakan bahwa : “ Hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, infentarisasi dan evaluasi sebelum fasilitas swasta di kembangkan.Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai. A. Yoeti 1982:285 menyatakan bahwa : “ ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai satu industri, ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek wisata , adanya fasilitas aksesibilitas, dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Sedangkan Amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian ditempat-tempat tersebut sehingga serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksebilitas, artinya objek wisata harus mudah dicapai. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungannya agar pengembangan kepariwisataan tidak merusak lingkungan sebagaimana dikemukakan oleh Soemarwoto 2001:309 “ Pariwisata adalah industri yang lingkungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan”. Tanpa lingkungan yang baik maka tak mungkin pariwisata dapat berkembang. Karena itu pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata lingkungan itulah yang dijual. Pengembangan pariwisata disuatu wilayah ditentukan oleh tiga faktor yaitu : tersedia objek dan atraksi pariwisata, aksesibilitas dan fasilitas amenitas. Dalam membangun ketiga faktor tersebut harus diperhatikan terjaganya mutu lingkungan.

1.5.3.2 Batas Wilayah Pesisir Pantai