Pengukuran Efisiensi Kapasitas Perikanan

43 kapasitas dalam perikanan diartikan dalam dua basis yaitu basis ekonomi dan basis tehnis. Kedua basis ini didasarkan pada limit, bilamana limit tersebut dilewati maka over fishing akan dialami. Basis ekonomi adalah Maksimum Economic Sustainable Yield MESY dan basis tehnis adalah level input dan output. Fauzi A dan S Anna 2002 mengemukakan bahwa, dari perspektif teknologi, kapasitas diartikan sebagai seberapa besar jumlah ikan yang dapat ditangkap dengan sejumlah input tertentu aktifitas armada dan stok ikan itu sendiri. Dalam perspektif ekonomi, kapasitas perikanan tangkap atau bisa juga disebut efisiensi, pada dasarnya adalah merupakan fungsi dari input dan output. Kirkley dan Squires diacu dalam Fauzi A dan S Anna 2002 mengemukakan bahwa kapasitas perikanan adalah stok kapital maksimum dalam perikanan yang dapat dipergunakan secara penuh pada kondisi efisien maksimum secara tehnis pada waktu dan kondisi pasar tertentu. Stok kapital dapat berupa alat tangkap dan sumberdaya manusia. Kedua-duanya merupakan manifestasi dari upaya effort. Dengan demikian konsep dari kapasitas perikanan ini dapat juga disebut sebagai tingkat upaya yang tersedia available fishing effort. Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa secara implisit, konsep kapasitas perikanan membahas efisiensi sumberdaya perikanan, dimana inefisiensi terjadi manakala jumlah input yang digunakan atau jumlah output yang dihasilkan terlalu berlebihan yang pada akhirnya dapat menyebabkan sumberdaya perikanan mengalami degradasi.

2.3.2. Pengukuran Efisiensi Kapasitas Perikanan

Pengukuran kapasitas perikanan pada dasarnya adalah unik dan kompleks, karena kita akan berhadapan dengan stock-flow dari teknologi produksi, dimana input diaplikasikan pada sumberdaya dapat pulih untuk memproduksi flow dari output. Dalam konteks ini kita akan berhadapan dengan multiple stock, multiple species dan karakteristik stock yang fugitive Greboval dan Munro, Kirkley dan Squires, FAO diacu dalam Fauzi A 2002. Ada beberapa metode pengukuran yang dapat digunakan dalam menilai kapasitas perikanan, diantaranya ada dua pendekatan non parametrik yang sering 44 digunakan, yaitu metode peak to peak dari Klein dan teknik Data Envelope Analysis DEA yang dikembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhodes 1978 yang dikenal dengan metode CCR. Metode peak to peak merupakan indeksasi dimana satu periode penggunaan penuh dijadikan basis dalam indeksasi untuk menemukan pola pada periode sebelum atau sesudahnya Ward, 2001. Fauzi A dan Anna S 2002 mengemukakan bahwa metode peak to peak sangat cocok apabila digunakan pada data yang ekstrim, misalnya pada kondisi data yang hanya terbatas pada alat tangkap dan jumlah kapal. Metode terakhir adalah teknik Data Envelope Analysis DEA. Teknik ini dilakukan melalui pemograman matematis untuk melakukan baik maksimisasi output dengan kendala sejumlah input, maupun minimisasi input dengan kendala sejumlah output. Ward 2001. Korhumen et al, diacu dalam Fauzi A dan Anna 2002 mengemukakan bahwa DEA merupakan pengukuran efisiensi yang bersifat bebas nilai karena didasarkan pada data yang tersedia tanpa harus mempertimbangkan penilaian judgement dari pengambil keputusan. Salah satu keistimewaan dari teknik DEA adalah bahwa teknik ini dapat bekerja dengan keterbatasan data. Hal ini sesuai dengan kondisi field research untuk beberapa daerah tertentu yang tidak memiliki data base yang cukup. Dalam Fauzi A 2005 dikemukakan bahwa pengukuran efisiensi pada dasarnya merupakan rasio antara output dan input, atau : input output Efisiensi = Pengukuran efisiensi ini menjadi tidak tepat apabila kita berhadapan dengan data multiple inputs dan multiple outputs yang berkaitan dengan sumberdaya, aktifitas dan lingkungan yang berbeda, meskipun pengukuran efisiensi yang menyangkut multiple input dan multiple output dapat diatasi dengan menggunakan pengukuran efisiensi relatif yang dibobot sebagaimana dapat dinyatakan : 45 ... ... 2 2 1 1 2 2 1 1 + + + + = j j j j x v x v y w y w j unit dari Efisiensi ................................. 2.24 dimana : 1 w = pembobotan untuk output 1 j y 1 = jumlah output 1 dari unit j 1 v = pembobotan untuk input 1 j x 1 = jumlah input 1 ke unit jp namun pengukuran tersebut tetap memiliki keterbatasan berupa sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output. Keterbatasan tersebut kemudian dijembatani oleh Model DEA, dimana pada pemodelan ini efisiensi tidak semata-mata diukur dari rasio output dengan input melainkan juga memasukkan faktor pembobotan dari setiap output dan input yang digunakan. Oleh karena itu didalam Model DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum dengan kendala relatif efisiensi seluruh unit tidak boleh melebihi 100 persen. Secara matematis efisiensi dalam Model DEA merupakan solusi dari persamaan : ∑ ∑ = k kj k i ij i m m m y v y w E max .................................................................. 2.25 dengan kendala : 1 ≤ ∑ ∑ k kj k i ij i m m y v y w untuk setiap unit ke j ε ≥ k i v w , Pemecahan masalah pemrograman matematis di atas akan menghasilkan nilai yang maksimum, sekaligus nilai bobot dan v yang mengarah ke efisiensi. Jadi jika nilai menuju atau sama dengan 1, unit ke-m tersebut dikatakan efisien relatif terhadap yang lain. Sebaliknya, jika nilai lebih kecil dari 1, unit lain m E w 46 dikatakan lebih efisien, relatif terhadap unit m, meskipun pembobotan dipilih untuk memaksimisasi unit m.

2.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model DEA