Natural Subsystem Fishery System Model Charles Sebuah Opsi Pembangunan

18

2.1.1. Natural Subsystem

Charles A 2001 membagi subsistim ini ke dalam tiga komponen utama yaitu ikan the fish, ekosistemnya the ecosystem dan lingkungan biofisik the biophysical environment. Lebih lanjut Charles A 2001 mengemukakan bahwa komponen ikan dalam arti hewan laut dibagi ke dalam dua jenis yaitu ikan itu sendiri fish dan kerang-kerangan shellfish berdasarkan garis taksonomi taxonomic line. Kelompok Ikan kemudian dibagi lagi menjadi Ikan Pelagis pelagic dan ikan demersal demersal, sedangkan kelompok kerang-kerangan dibagi menjadi Krustasea crustaceans dan moluska mollucs. Berkaitan dengan pembagian jenis ikan tersebut, untuk sumberdaya perikanan Indonesia, Aziz et al 1988 mengemukakan bahwa sumberdaya ikan laut Indonesia pada dasarnya dikelompokkan berdasarkan taksonominya dan habitatnya. Pembagian ikan secara taksonomi terdiri dari ikan pisces dan non ikan mollusca, crustacea, holoturaeda, reptilia dan mamalia sedangkan berdasarkan habitatnya dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1 Ikan Pelagis, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada di kolom air terutama dekat permukaan 2 Ikan demersal, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada pada atau di dekat dasar perairan 3 Ikan karang, yaitu ikan yang kehidupannya terikat dengan perairan karang. Dalam perspektif itu, Fakultas Perikanan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Bau-Bau mencoba untuk membuat klasifikasi ikan berdasarkan habitatnya yang dominan pada perairan Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara secara detil berikut nama lokalnya, sebagaimana nampak pada Tabel 3. Komponen ke dua dalam natural system Model Charles adalah ecosystem. Menurut FAO 1995 diacu dalam Charles A 2001 mendefinisikan sebuah ekosistem sebagai berfungsinya atau berlangsungnya interaksi alamiah yang terdiri dari organisma hidup dan lingkungan alamiah disekelilingnya. Sedangkan The Convention of Biological Diversity mendefinisikan ekosistem 19 Tabel 3. Spesifikasi Kelompok Ikan Dominan pada Perairan Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. 20 Lanjutan Tabel 3. Sumber : Faperikan UNIDAYAN Bau-Bau, 2002 Diacu dalam Bappeda 2002. sebagai tempat berlangsungnya interaksi yang dinamis dan kompleks antara tumbuhan, hewan dan komunitas mikroorganisma dengan lingkungan alami yang 21 mendukungnya sebagai suatu unit yang fungsional. Dengan demikian ekosistem merupakan pranata jaring kehidupan utama antara lingkungan dan biota perairan yang fungsional. Sebagai sebuah tempat complex yang dinamis ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang paling produktif di dunia dan kaya akan diversitas. Ekosistem pesisir berada dalam wilayah pesisir, merupakan tempat dari suprasistim kehidupan yang sebenarnya. Dalam perspektif itu, The World Bank 1993 menggambarkan wilayah pesisir sebagai suatu daerah pertemuan antara darat dan laut, meliputi perbatasan lingkungan garis pantai dan perairan pesisir, terdapat delta-delta sungai, dataran- dataran pesisir, tanah-tanah basah, pantai dan gundukan pasir, karang-karang, hutan mangrove, laguna-laguna dan keistimewaan pesisir lainnya. Dahuri R 2000 menyatakan bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, dimana batas wilayah pesisir ke arah darat adalah jarak secara arbiter dari rata-rata pasang tinggi mean high tide, yaitu meliputi bagian daratan baik kering maupun terrendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. Batas ke arah laut adalah batas yurisdiksi wilayah suatu negara atau daerah yang dipengaruhi oleh proses alami di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan, pertanian dan pencemaran. Lebih lanjut Dahuri R 2000 mengemukakan bahwa ekosistem wilayah pesisir terdiri atas ekosistem pesisir yang secara permanen atau berkala tergenang oleh air inundated coast meliputi hutan mangrove mangrove forest, padang lamun sea grass bed, terumbu karang coral reefs, rumput laut sea weeds, estuaria estuary, pantai pasir sandy beach, pantai berbatu rocky beach dan laut terbuka ocean sedang ekosistem pesisir yang tidak tergenang air uninundated coast meliputi formasi pascarpae dan formasi baringtonia. Komponen ketiga dalam natural sub system Model Charles adalah lingkungan biofisik. Lingkungan biofisik perairan merupakan komponen penting dalam menentukan kualitas perairan. Lingkungan ini bisa diukur melalui parameter fisik kecepatan angin,amplitudo gelombang dan gejala pasang surut, 22 parameter biologi kondisi termoklin serta parameter kimia suhu, salinitas, pH dan DO. Pengukuran bertujuan untuk menilai assestment fakta geografis, kapasitas asimilatif, dan fenomena gaya pembangkit pasang. Dari fakta geomorfologis dapat diketahui karakteristik topografis dan morfologi suatu kawasan pesisir utamanya berkaitan dengan ekosistem pesisir serta tingkat kedalaman perairan. Dari fakta kapasitas asimilatif dapat diketahui kondisi eksisting fisika, kimia dan biologi yang mendukung proses penyesuaian species terhadap kondisi perubahan yang terjadi. Peristiwa respirasi, fotosintesis pada kondisi termoklin tertentu sangat mempengaruhi evolusi biologis biota perairan seperti plankton, detritus dan ikan, dalam beradaptasi dengan dinamika habitatnya. Dari fenomena gaya pembangkit pasang yang ditimbulkan oleh pola angin moonson dan gelombang serta pengaruh gaya gravitasi terhadap terjadinya perubahan pasang surut berguna untuk menyesuaikan portofolio kegiatan penangkapan pada musim-musim tertentu. Secara grafis, natural subsystem Model Charles nampak pada Gambar 6. Gambar 6. Struktur dari Natural Subsystem Model Charles Charles A 2001 23 Dari ketiga komponen tersebut issue yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan berbasis natural system adalah keberlanjutan dari segi ekologi baik yang berkaitan dengan motif ekonomi berdasarkan rejim pengelolaan open access dan common property ditunjukkan melalui terjadinya gejala overfishing ekonomi dan biologi dan overcapacity maupun melalui perilaku ketidakseimbangan ekosistem melalui degradasi lingkungan pesisir akibat kegiatan pembangunan dan pemukiman serta limbah yang dibuang ke lingkungan dengan tingkat yang mengancam kapasitas asimilatif biota perairan. Hal ini tentu mempunyai efek berantai terhadap keberlanjutan dari sisi sosialekonomi dimana ikan yang akan ditangkap menurun sehingga pendapatan menurun yang pada akhirnya menciptakan gangguan sosial dalam bentuk chaos yang berdimensi community. Rekomendasi kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan Model Charles didesign secara holistik, integral dan melembaga melalui modus penjatahan, pengaturan dan pelembagaan.

2.1.2. Human Sub System