78
penduduk asli menjadi tenaga kerja di perantauan, baik sebagai Tenaga Kerja Indonesia TKI ke Malaysia dan Singapura, maupun sebagai Tenaga Kerja
Domestik ke Wilayah Barat yaitu Pulau Sumatera dan Kalimantan utamanya Balikpapan dan Nunukan serta ke Bagian Timur yaitu Kepulauan Maluku
utamanya Ambon dan Pulau Papua utamanya Timika, Fak - Fak dan Jayapura.
4.2.2. Armada Penangkapan Ikan
Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko terdiri dari sampan dan
perahu. Sampan dan perahu terbuat dari kayu berkualitas tinggi seperti mahoni dan jati yang diperoleh dari Makassar dengan harga bervariasi. Sampan dengan
muatan 4-5 orang dijual antara Rp.700.000,00 sampai dengan Rp.1.500.000,00. Perahu dengan muatan 6-10 orang dijual antara Rp. 1.000.000,00 sampai dengan
Rp.3.000.000,00. Panjang sampan antara 4 sampai dengan 9 meter dengan lebar antara 0.60 sampai dengan 1.00 meter sedangkan panjang perahu antara 10 sampai
dengan 16 meter dengan lebar antara 1.00 sampai dengan 1.75 meter. Baik sampan maupun perahu dapat dilengkapi dengan mesin tempel yang
dikenal oleh para nelayan dengan sebutan “katinting”, yaitu motor tempel dari berbagai merek seperti Kubota dan Yanmar dengan kekuatan tenaga 5-10 pk.
Harga motor tempel bervariasi antara Rp.8.000.000,00 sampai dengan Rp.15.000.000,00. Mesin tempel tersebut diperoleh dengan cara membeli pada
toko yang berada di ibu kota Kabupaten secara tunai atau melalui bantuan dari pihak ke tiga.
Selama periode Tahun 1995 sampai dengan 2005, jumlah total armada penangkapan yang beroperasi pada Wilayah Perairan Teluk Lasongko
berfluktuatif dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Secara nominal terjadi peningkatan sebesar 22 unit selama periode Tahun 1995 sampai dengan
2005. Jumlah armada penangkapan terbanyak terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 543 unit dan ter rendah terjadi pada tahun 1998, yaitu sebanyak 472 unit.
Peningkatan terbanyak terjadi antara tahun 1998 – 1999, yaitu sebanyak 43 unit sebagai akibat dari peningkatan jumlah Sampan pada periode yang sama sebanyak
79
29 unit dari 296 unit pada tahun 1998 menjadi 325 unit pada tahun 1999. Peningkatan jumlah SampanPerahu Dengan Motor Tempel sebanyak 14 unit dari
176 unit pada tahun 1998 menjadi 190 unit pada tahun 1999. Penurunan terbanyak terjadi antara tahun 1999 - 2000 sebanyak 22 unit sebagai akibat dari penurunan
jumlah Sampan pada tahun 2000 sebanyak 15 unit dari 325 unit pada tahun 1999 menjadi 310 unit pada tahun 2000 serta penurunan jumlah SampanPerahu
Dengan Motor Tempel sebanyak 7 unit dari 190 unit pada tahun 1998 menjadi 183 unit pada tahun 1999. Perkembangan jumlah armada penangkapan secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 4., sedangkan perkembangan jumlah armada penangkapan secara visuil dapat dilihat pada Gambar 21.
50 100
150 200
250 300
350
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
Tahun Ju
m la
h u
n it
SampanPerahu Mawasangka Timur
SampanPerahu Dgn Motor Tempel
Mawasangka Timur SampanPerahu
Lakudo SampanPerahu Dgn
Motor Tempel Lakudo
SampanPerahu WPTL
SampanPerahu Dgn Motor Tempel WPTL
Gambar 21. Grafik Perkembangan Jumlah Armada Penangkapan, Diolah 2006.
Analog dengan penjelasan tentang perkembangan jumlah nelayan sebelumnya, penjelasan terhadap fluktuasi perkembangan jumlah armada
penangkapan oleh responden dan informan kunci menyatakan bahwa pola peningkatan jumlah armada penangkapan juga dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah eksodus korban kerusuhan Ambon yang masuk dalam kegiatan penangkapan di sekitar Wilayah Perairan Teluk Lasongko, namun dengan sifat
insidentil sementara sehingga trend perkembangan jumlah armada penangkapan
80
selama periode Tahun 1998 sampai dengan 2000 menunjukkan kenaikan kemudian menurun.
4.2.3. Alat Penangkapan Ikan