ruang di kawasan Situ Gintung yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Seiring dengan perubahan peruntukan lahan, sawah-sawah telah berganti
menjadi kawasan terbangun seperti permukiman penduduk, kantor, hotel, sekolah, toko, dan bangunan untuk fasilitas masyarakat sekitar. Sementara itu
sempadan situ yang seharusnya menjadi daerah penyangga sedikit demi sedikit menghilang akibat berkembangnya kawasan terbangun.
Situ Gintung dan kawasan sekitarnya harus direncanakan dan ditata kembali secara ekologis. Untuk mengembalikan fungsi situ dan menjaga
keberlanjutannya diperlukan perencanaan ulang lanskap kawasan tersebut dengan memperhatikan karakteristik utama situ.
1.2 Permasalahan
Pada awalnya kawasan Situ Gintung merupakan daerah yang berfungsi sebagai tangkapan air dan sebagai pengendali banjir di wilayah Jakarta
Selatan. Kawasan sekitar Situ Gintung yang tadinya merupakan persawahan dan area terbuka kini mengalami alih fungsi lahan dengan dibangunnya
pemukiman, restoran, kawasan rekreasi, dan kawasan komersial lainnya. Pada jarak 30 meter dari tepi situ dan pada tubuh bendungan telah banyak didirikan
bangunan-bangunan.
Situ mengalami proses degradasi sedimentasi berupa lumpur yang mengakibatkan pendangkalan situ dan penyempitan saluran pembuangan.
Penyusutan luas dan pendangkalan situ berakibat kapasitas daya tampung air hujan menurun, sementara volume curah hujan terus meningkat hingga 2-
3 akibat perubahan iklim. Penutupan dan penyempitan saluran air menyebabkan penyaluran limpahan air hujan tidak dapat berfungsi maksimal.
Hal ini yang menyebabkan terganggunya ekosistem di sekitar kawasan Situ Gintung. Pada sisi lain pengelolaan kawasan Situ Gintung sangatlah minim,
sehingga keadaan Situ Gintung semakin mengalami degradasi sampai pada akhirnya terjadi bencana runtuhnya tanggul Situ Gintung.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun rencana lanskap Kawasan Situ Gintung pasca bencana.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat : a.
Memberikan bahan pertimbangan tentang perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung
b. sebagai bahan pertimbangan mengenai perencanaan pemanfaatan ruang dan
kegiatan di Situ Gintung.
1.5 Kerangka Pikir
Ide penelitian ini didasarkan pada lanskap kawasan Situ Gintung yang awalnya memiliki fungsi hidrologi sebagai daerah resapan air untuk kawasan
di sekitarnya. Kawasan di sekitar Situ Gintung yang seharusnya menjadi daerah penyangga badan situ kini beralih fungsi menjadi permukiman tanpa
memperhatikan keberlanjutan fungsi ekologis situ. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan tapak yang kemudian dapat dimungkinkan menjadi salah
satu penyebab bencana runtuhnya tanggul Situ Gintung. Oleh karena itu diadakan penelitian untuk mendapatkan perencanaan lanskap kawasan Situ
Gintung pasca bencana yang bertujuan mengembalikan fungsi hidrologi sekaligus ekologi tapak. Untuk merumuskan perencanaan kawasan pasca
bencana Situ Gintung akan digunakan konsep ruang pada Daerah Aliran Sungai DAS yang dikemukakan oleh Marsh 1991. Konsep ruang ini
membagi kawasan menjadi tiga satuan lahan yaitu satuan lahan pengembangan, satuan lahan penyangga, dan satuan lahan pengelolaan air
Gambar 1. Berdasarkan kesesuaian biofisik pada tapak akan didapatkan area-area yang cocok untuk masing-masing satuan lahan sehingga tercipta
lanskap kawasan Situ Gintung yang memiliki fungsi hidrologi dan ekologi. Bagan Kerangka Pikir Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Lanskap Kawasan Situ Gintung
Fungsi Hidrologi
Satuan Lahan Pengelolaan Air
Satuan Lahan Penyangga
Satuan Lahan Pengembangan
Konservasi Air Konservasi Ekologi
Pemukiman ; Rekreasi Alam
Rencana Lanskap Kawasan Situ Pasca Bencana Gintung
Gambar 1 Konsep Ruang Daerah Aliran Sungai Marsh, 1991
Gambar 2 Kerangka Pikir
Satuan Lahan Pengembangan
Satuan Lahan Pengelolaan Air Satuan Lahan Penyangga ruang terbuka
Bencana Alam Runtuhnya Tanggul Situ Gintung
Kerusakan Fisik dan Ekologi Situ Replanning
BAB II TINJAUAN PUSTAKA