Saran Adapun yang menjadi saran penulis adalah : Peranan dan Tugas Satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik Indonesia.

seringkali terjadi sebagai rangkaian tindakan lanjutan dari tindakan pembunuhan dengan tujuan agar bukti mayat tidak diketahui identitasnya. 3. Bahwa upaya-upaya yang dapat diambil dalam menanggulangi tindak pidana Mutilasi. Adalah sebagai berikut : - Upaya Penal Dapat dilakukan untuk menanggulangi kekerasan baik laporan masyarakat maupun temuan Kepolisian akan dilakukan tindakan tegas atau penegakan hukum secara tuntas dengan tujuan agar para pelu menjadi sadar dan jera untuk berbuat kembali. - Upaya Non Penal Sesuai dengan hakikat sumber terjadinya kriminsalitas penanggulangan kejahatan secara umum senantiasa dilakukan melalui upaya preventif dan refresif

B. Saran Adapun yang menjadi saran penulis adalah :

1. Perlunya penyuluhan hukum bagi masyarakat awam untuk mengetahui perbuatan yang dilarang atau tidak oleh hukum sehingga timbul kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum dalam rangka menciptakan budaya hukum yang baik di kota medan sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana Pembunuhan. 2. Hendaknya pemerintah dalam menentukan arah kebijaksanaan pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi lebih memperhatikan kesejahteraan Universitas Sumatera Utara masyarakatnekonomi lemah sebagai kelompok masyarakat terbanyak di kotamadya Medan. 3. Untuk kedepannya polisi harus bisa menciptakan polisi yang handal dalam melakukan tugasnya guna melakukan pengungkapan suatu kasus yang ditangani. Universitas Sumatera Utara BAB II PERANAN SATUAN RESERSE KRIMINAL DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA MUTILASI

A. Peranan dan Tugas Satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik Indonesia.

Istilah Polisi bersasal dari kata “Politea” atau Negara kota, di mana pada zaman yunani kuno manusia hidup berkelompok-kelompok, kelompok-kelompok manusia tersebut kemudian membentuk suatu himpunan, himpunan dari kelompok-kelompok manusia inilah yang merupakan kota polis. Agar kehidupan masyarakat di kota tersebut dapat tertata maka dibuatlah norma-norma. Norma-norma tersebut ditegakkan melalui suatu kekuatan, kekuatan inilah yang dinamakan kepolisian. 33 Negara Republik Indonesia adalah Negara bekas jajahan Belanda termaksuk peraturan-peraturan khusus yang mengatur tentang masalah polisi banyak diciptakan oleh Belanda. Hukum Kepolisian di Indonesia mengikuti Adapun pengertian polisi menurut Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah : “ Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri” 33 Yesmil Anwar , SH., M.SI. Dan Andang, SH., M.H. Sistem Peradilan Pidana, Bandung : Widya Padjadjaran, 2009, hal, 154. Universitas Sumatera Utara paham Belanda, yaitu Politea Recht, yang berarti sejumlah peraturan hukum yang mengatur hal polisi, baik segala tugas, fungsi maupun organ. Di dalam hukum Kepolisian terdapat dua arti, yaitu hukum Kepolisian dalam arti Materil adalah hukum yang mengatur polisi sebagai fungsi dan hukum Kepolisian dalam dalam arti Formal adalah hukum yang mengatur polisi sebagai organ. 34 Istilah hukum Kepolisian di Indonesia menurut Tata Bahasa “Istilah hukum Kepolisian adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata Hukum dan Kepolisian. Menurut kamus WJS POERWADINATA kata Kepolisian berarti urusan polisi atau segala sesuatu yang bertalian dengan polisi. Jadi menurut arti bahasa hukum Kepolisian adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan polisi” 35 Menurut Warsito Hadi Utomo, Fungsi dan Peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia dari masa kemasa selalu menjadi bahan perbincangan berbagasi kalangan, mulai dari praktisi hukum maupun akademis bahkan Sejak ditetapkannya Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indoenesia Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, ketetapan MPR RI No. VIMPR2000 dan ketetapan MPR RI No.VIIMPR2000, maka secara konstitusional telah terjadi perubahan yang menegaskan rumusan tugas, fungsi, dan parana Kepolisian Negara Republik Indonesia serta pemisahan kelambagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. 34 Ibid, hal 155. 35 WJS Poerwadinata dalam Yesmil Anwar, SH., M.SI. dan Adang, SH., SH. Universitas Sumatera Utara masyarakat kebanyakan pada umumnya mereka berusaha secara positif mengupas kedudukan, fungsi dan peranan Kepolisian tersebut. Upaya pengupasan masalah kepolisian itu dikarenakan adanya faktor kecintaan dari berbagai pihak kepada lembaga kepolisian dan ditaruhnya harapan yang begitu besar, agar fungsinya sebagai aparat penegak hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya. 36 Seiring dengan perubahan-perubahan sesuai dengan kebijakan polisi, maka citra kepolisian terus melekat, karena baik positif maupun negatif, sebagai pelaksana fungsi pemerintahan di bidang penegakan hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan tugas memrangai tingkah laku yang bervariatif atas ketertiban yang terjadi di masyarakat. Dinamika masyarakat yang terus berubah dengan cepat, diiringi dengan perubahan sosial. Budaya dan teknologi, sementara di sisi lain perkembangan tingkat kesejahteraan juga semakin kompleks menuntut tinggi peranan Kepolisian untuk mengatasi berbagai pelanggaran hukum yang terjadi. 37 Mengenai permasalahan aparat kepolisian di dalam penegakan hukum ditengah masyarakat gunan terciptanya kesan positif dari masyarakat terhadap aparat Kepolisian, menurut Soerjono Soekanto, “ kalau seorang anggota angkatan perang harus senantiasa siap tempur dan memelihara kemampuan tersebut dengan sebaik-baiknya, maka anggota polisi harus selalu siap menghadapi masalah- masalah kemasyarakatan yang merupakan gangguan terhadap keamanan. Masalah-masalah tersebut tidak hanya terbatas pada kejahatan dan pelanggaran 36 Wrsito Hadi Utomo dalam dalam Yesmil Anwar, SH., M.SI dan Adang. SH., M.H. 37 Ibid, hal 157. Universitas Sumatera Utara belaka, mungkin dia harus menolong orang yang sudah tua untuk menyebrang jalan raya yang padat dengan kendaraan bermotor, atau dia harus melerai suami istri yang sedang bertengkar, atau dia harus menolong orang yang terluka karena kasus tabrak lari dan lain sebagainya. Alangkah banyaknya tugas-tugas polisi, akan tetapi warga masyarakat memang mempunyai harapan yang demikian, warga masyarakat menghendaki polisi-polisi senantiasa “siap pakai” untuk melindungi masyarakat. Oleh karena masyarakat mengharapkan bahwa polisi akan dapat melindunginya, maka dengan sendirinya polisi harus mengenal lingkungan tempat dia bertugas dengan sebaik-baiknya. Pengenalan lingkungan dengan sebaik- baiknya tidak mungkin terjadi kalau polisi tidak manyatu dengan lingkungan tersebut. Keadaan akan bertambah buruk lagi apabila sama sekali tidak ada motivasi untuk mengenal dan memahami lingkungan tersebut, karena terlalu berpegang pada kekuasaan formal atau kekuasaan fisik belaka. Di dalam situasi-situasi tertentu, polisi mau tidak mau harus melaksanakan peranan yang aktual yang tidak dikehendaki oleh masyarakat, misalnya penerapan kekerasan, akan tetapi di dalam keadaan demikian perlu diteliti apakah kekerasan tersebut memang berasal dari polisi atau merupakan suatu akibat dari lingkungan. Polisi dan Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai aparat Negara dengan kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan yang luas menjadi penjaga tiranialisme sehingga mempunyai citra simbol penguasa tirani. Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu maka Negara yang bersangkutan dinamakan juga “Negara Polisi” dan dalam sejarah ketatanegaraan Universitas Sumatera Utara pernah dikenal suatu bentuk negara “Politea”, pemisahan Polri dari ABRI pada tanggal 1 April 1999 belum menjadi jaminan untuk terwujudnya Negara berdasarkan kedaulatan rakyat, apabila proses perubahannya akan tersesat pada pola Negara kepolisian seperti pada masa lampau yang diidentikan dengan kekuasaan tirani. 38 Tugas dan kewenangan Polri di bidang “administration of criminal justice” sebagai bagian dari ujung tombak peradilan pidana perlu ditumbuhkan kemahiran menghadapi perilaku kriminal berdasarkan doktrin “the criminal character of behavior”. Pengembangan tugas-tugas Polisi yang bersifat prospektif inilah yang masih mengalami keracunan dan bahkan tampa disadari bertentangan dengan standar serta asas-asas internasional, dengan telah selesainya rancangan Undang-unadang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan disahkannya RUU tesebut menjadi Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan revisi dari undang-undang Nomor 27 tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Maka pada pasca pemisahan TNI dan dalam secara independen berada dibahwa Presiden RI dan tidak lagi berada dibawah Panglima ABRI. 39 38 Ibid hal, 161. 39 Ibid hal,162. Menurut Undang-undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai alat Negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan di dalam negeri tercantum dalam pasal 13 secara rinci sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Menegakkan hukum. c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan ketentuan Pasal 13 tersebut di atas maka dapat kita ketahui bahwa pencegahan dan penanggulangan kejahatan yang meresahkan masyarakat merupakan salah satu tugas kepolisian dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyara kat. Adapun devriasi atau penjabaran tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan Pasal 14 adalah : 1. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas. a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. b. Menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan. c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan. d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional. e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum . f. Melakukan kordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. g. Melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap semuan tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainya . h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian . i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, warga masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia . j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara waktu sebelum di tanganni oleh instansi danatau pihak yang berwenang . k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian serta . l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 2.Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaiman dimaksud dalam ayat. 1 huruf f di atur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 40 a. Menerima laporan dan atau pengaduan. 1. Dalam hal melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 tersebut diatas, maka dalam Pasal 15 ayat 1 diuraikan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang : b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban umum. c. Mencegah dan menanggulangi tumbunya penyakit masyarakat. d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administrative kepolisian. f. Melaksanakan pemerikasaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan. g. Melakukan tindakan pertema di tempat kejadian. h. Mengambil sidik jari dan identitas lainya serta memotret seseorang. i. Mencari keterangan dan barang bukti. j. Menyelenggarakan Pusat InformasiKriminal Nasional. k. Mengeluarkan surat ijin dan atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat. l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serat kegiatan masyarakat. m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk semnetara waktu. 2. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan lainnya berwenang : a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan mesyarakat lainnya. b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor. c. Memberikan surat ijin mengemudi kendaraan bermotor. d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik. e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam. f. Memberikan izin operasiaonal dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan . g. Memberikan petunjuk, mendidik,, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian. h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional. 40 Undang-undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002. Universitas Sumatera Utara i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait. j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional. k. Melaksanakan kewenangan lain yang tremasuk dalam lingkup tugas kepolisian. 3. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dan d diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 41 Kepala Polisi Republik Indonesia Kapolri menetapkan, manyelenggarakan dan mengendalikan kebijakan teknis Kepolisian, sebagaimana tercantum dalam pasal 9 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tantang polri, Kopolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas : penyelenggaraan kegiatan perasional dan penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia. 42 Jika dilihat dari alasan keberadaannya tugas polri memiliki dua aspek, pertama aspek refresif yakni berupa penindakan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hukum, jadi polisi berfungsi sebagai seorang penegak hukum, sedangakan aspek yang kedua adalah tugas preventif yakni meliputi tugas perlindungan dan pencegahan terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran, dan untuk melaksanakan tugas keduanya itu terutama dalam menghadapi tantangan- tantangan yang lebih serius seperti huru hara, pemberontakan memerlukan kemampuan pemukul sehingga dibutuhkan keterampilan teknik dan taktik kemiliteran seperti kemampuan yang dimiliki pasukan Brimob.. 43 41 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia No.2 Tahun 2002 42 Op.cit hal, 163. 43 Op,cit, hal 181 Universitas Sumatera Utara Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang hukum Acara Pidana tanggal 31 Desember 1981 lembaran Negara Republik Indonesia 1981 nomor 76, maka Kepolisian yang dimaksud diatas dan dijabarkan oleh Undang-Undang Hukum Acara Pidana itu. Dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana, anggota Polri yang didalam hal ini berkualifikasi sebagai penyidik. a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang sebagai berikut: 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang adanya tindak pidana. 2. Mencari keterangan dan barang bukti. 3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri. 4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa : 1. Penangkapan, larangan, meninggalkan tempat, penggeledahan, dan penyitaan. 2. Pemeriksaan dan penyitaan surat. 3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik. 4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik. Sedangkan wewenang untuk mengadakan penangkapan, Penahanan, penggeledahan badan, pemasukan rumah, penyitaan dan pemeriksaan surat-surat dan sebagainya yang dimaksud juga dalam pasal 15 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 diatur dalam bab V pasal 19 sampai dengan pasal 49 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981. Universitas Sumatera Utara Sehingga peran dan tugas satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik Indonesia adalah sebagai bagian untuk melakukan proses Penyelidikan dan Penyidikannya guna membuat terang suatu tindak Pidana yang terjadi didalam masyarakat. Dan juga menjaga ketertiban, keamanan, kedamaian, ketenangan, kesehatan umum masyarakat, usaha-usaha ini juga bisa dilakukan berupa patroli, penyuluhan, penerangan-penerangan pendidikan, melakukan bantuan atau pertolongan dan sebagainya. Semuanya dijalankan oleh Kepolisian demi memberikan rasa nyaman kepada masyarakat dan sekaligus untuk mencegah tidak terjadinya suatu peristiwa tindak pidana.

B. Peranan dan Tugas Satuan Reserse Kriminal dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi.

Dokumen yang terkait

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Studi Penyidikan di Polresta Medan dan Kejari Medan)

1 56 134

FUNGSI VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi di Polresta Bandar Lampung)

2 18 65

PERAN RESERSE SEBAGAI PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Peran Reserse Sebagai Penyidik Dalam Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polresta Surakarta, Polres Sragen Dan Polres Sukoharjo).

1 9 20

TINJAUAN ETIOLOGI KRIMINAL TINDAK PIDANA PENCURIAN DI SURAKARTA (STUDI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG TERJADI TAHUN 2014 DI POLRESTA SURAKARTA).

0 0 2

Psikologi Kriminal Psikologi kriminal Psikologi kriminal

0 1 11

Efektivitas Penyidikan Tindak Pidana Dalam Rangka Pencegahan Gugatan Praperadilan Pada Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang

0 0 10

ABSTRAK PERAN PENYIDIK DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN CARA MUTILASI (STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG)

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Polresta Medan)

0 0 26

BAB II PERANAN SATUAN RESERSE KRIMINAL DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA MUTILASI A. Peranan dan Tugas Satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik Indonesia. - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Po

0 0 19

BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA MUTILASI A. Tinjauan Hukum Pidana Terkait Mutilasi Sebagai Kejahatan Terhadap Jiwa Dan Tubuh - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Polresta Medan)

0 0 27