Jenis-Jenis Mutilasi Tujuan Penulisan Yang menjadi tujuan Penulisan skripsi ini adalah :

Disamping itu didalam bedah mutilasi itu sendiri memperguanakan metode secara tersistematis sehingga berbeda dengan tindak pidana mutilasi, yaitu sebagai berikut : 14 Mutilasi memiliki beberapa dimensi, seperti dimensi perencanaan direncanakan-tidak direncanakan, dimensi pelaku individu-kolektif, dan dimensi ritual atau inisiasi, serta dimensi kesehatan atau medis. Dengan demikian, perbuatan memutilasi tidak dapat dipukul rata sebagai tindakan kriminal yang a. Metode terbuka guillotine amputasi Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi b. Metode tertutup flap amputasi Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang diamputasi. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditarik suatu pemahaman jelas mengenai definisi mutilasi dalam kepentingan medis. Dalam sejarah peradaban manusia, sebenarnya terdapat tindakan mutilasi yang secara budaya dapat diterima atau dibenarkan. Atas dasar ini mutilasi tidak hanya terbatas pada tindakan memotong-motong tubuh manusia yang satu oleh manusia yang lain, tetapi juga mencakup tindakan yang menyebabkan luka tubuh, dan biasanya tidak menyebabkan kematian.

3. Jenis-Jenis Mutilasi

14 Supardi Ramlan,Ibid, hlm. 43 Universitas Sumatera Utara dapat dikenakan sanksi pidana. Darimutilasi memiliki beberapa dimensi, seperti dimensi perencanaan direncanakan-tidak direncanakan, dimensi pelaku individu-kolektif, dan dimensi ritual atau inisiasi, serta dimensi kesehatan atau medis. Dengan demikian, perbuatan memutilasi tidak dapat dipukul rata sebagai tindakan kriminal yang dapat dikenakan sanksi pidana. Dariberbagai macam jenis mutilasi, secara umum setidaknya tindak pidana mutilasi dibagi menjadi dua bagian yaitu: 15 Untuk dapat mengkategorikan mutilasi sebagai tindak pidana dipergunakan kategori bahwa sebuah tindakan haruslah memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tindakan telah tersebut didalam ketentuan hukum sebagai tindakan yang terlarang baik secara formil atau materil. pembagian tindakan yang terlarang secara formil atau materil ini sebenarnya mengikuti KUHP sebagai buku induk dari semua ketentuan hukum pidana nasional yang belaku. KUHP membedakan tindak pidana dalam dua bentuk, kejahatan misdrijven dan a. Mutilasi defensif defensive mutilation, atau disebut juga sebagai pemotongan atau pemisahan anggota badan dengan tujuan untuk menghilangkan jejak setelah pembunuhan terjadi. Motif rasional dari pelaku adalah untuk menghilangkan tubuh korban sebagai barang bukti atau untuk menghalangi diidentifikasikannya potongan tubuh korban. b. Mutilasi ofensif offensive mutilation, adalah suatu tindakan irasional yang dilakukan dalam keadaan mengamuk, “frenzied state of mind”. Mutilasi kadang dilakukan sebelum membunuh korban. 15 Karger Rand, The act of mutilation, Bloomingtoon university,1994, hlm. 72 Universitas Sumatera Utara pelanggaran overtredingen. sebuah tindakan dapat disebut sebagai kejahatan jika memang didapatkan unsur jahat dan tercela seperti yang di tentukan dalam undang-undang. Sampai saat ini belum ada satu pun ketentuan hukum pidana yang mengatur tindak pidana mutilasi ini secara jelas dan tegas. namun tidak berarti.

4. Pengertian Penyelidikan

Dokumen yang terkait

Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Studi Penyidikan di Polresta Medan dan Kejari Medan)

1 56 134

FUNGSI VISUM ET REPERTUM PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PERKOSAAN (Studi di Polresta Bandar Lampung)

2 18 65

PERAN RESERSE SEBAGAI PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN Peran Reserse Sebagai Penyidik Dalam Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Kasus Di Polresta Surakarta, Polres Sragen Dan Polres Sukoharjo).

1 9 20

TINJAUAN ETIOLOGI KRIMINAL TINDAK PIDANA PENCURIAN DI SURAKARTA (STUDI KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG TERJADI TAHUN 2014 DI POLRESTA SURAKARTA).

0 0 2

Psikologi Kriminal Psikologi kriminal Psikologi kriminal

0 1 11

Efektivitas Penyidikan Tindak Pidana Dalam Rangka Pencegahan Gugatan Praperadilan Pada Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Semarang

0 0 10

ABSTRAK PERAN PENYIDIK DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DENGAN CARA MUTILASI (STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG)

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Polresta Medan)

0 0 26

BAB II PERANAN SATUAN RESERSE KRIMINAL DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA MUTILASI A. Peranan dan Tugas Satuan Reserse Kriminal sebagai Polisi Republik Indonesia. - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Po

0 0 19

BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA MUTILASI A. Tinjauan Hukum Pidana Terkait Mutilasi Sebagai Kejahatan Terhadap Jiwa Dan Tubuh - Peranana Satuan Reserse Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Polresta Medan)

0 0 27