c. Adanya suasana masyarakat yang merasakan adanya perlindungan dari
segala macam bahaya.
d.
Adanya kedamaian dan ketentraman lahiriah. Upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya preventif, polri khusunya
satuan Reserse Kriminal dan aparat penegak hukum lainnya serta dukungan
swakarsa masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan dilakukannya kejahatan. Upaya ini meliputi memberikan himbauan-
himbauan kepada masyarakat mengenai kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat jangan sampai terjerumus melakukan kejahatan yang sangat
meresahkan masyarakat, memperkuat ibadah karena dengan ibadah yang baik bisa
menghindarkan diri dari tindak kejahatan.
60
B. Kendala–kendala yang di hadapi dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi
Dalam hal proses pengungkapan suatu tindak pidana pembunuhan mutilasi guna menemukan pelakunya atau tersangkanya agar dapat di jatuhi hukuman
maka tidak terlepas dari kerja keras pihak kepolisian khusunya satuan Reserse Kriminal yang mana satuaan ini bertugas sebagai pemberantasan kejahatan
menemui kendala-kendala atau hambatan-bambatan dalam proses
pengungkapannya yang menyebabkan tidak selesainya proses pengusutan.
Pengungkapan tindak pidana apa lagi tindak pidana Pembunuhan tidak semudah yang di harapkan oleh semua pihak apa lagi pihak Kepolisian khususnya
60
Hasil Wawancara dengan Iptu M. Idris Harahap di Polresta Medan tanggal 19 Juni 2010.
Universitas Sumatera Utara
satuan Reserse Kriminal dikarenakan pelaku kejahatan sudah barang tentu tidak akan sampai meninggalkan jejakbarang bukti yang nantinya akan bisa membuat
terungkapnya kejahatan yang dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian penulis yang di lakukan di Polresta Medan,
maka yang menjadi kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dihadapi satuan Reserse Kriminal dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan tersebut
antara lain 1.
Pelaku tidak tertangkap Proses pengungkapan tindak pidana Pembunuhan Mutilasi tidaklah mudah
ini membutuhkan kerja keras dari pihak kepolisian khususnya satuan reserse Kriminal dan bahkan akan menjadi terhambat, ini disebabkan tidak tertangkapnya
pelaku dari peristiwa Pembunuhan tersebut, bisa jadi pelaku dari Pembunuhan
tersebut telah melarikan diri dan bersembunyi keluar dari daerah dimana pelaku
tersebut tinggal.
Ini disebabkan karena masih kurangnya kemampuan pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan dalam menerapkan teknik-teknik penyelidikan
dalam mengungkap suatu perkara pidana yang telah terjadi, maka seringkali kasus-kasus yang agak sulit pembuktianya dibiarkan begitu saja sehingga tidak
dapat terungkap dengan tuntas. Tapi walaupun pelaku berhasil kabur dan tidak tertangkap pihak
Kepolisian tidak akan berhenti mengejar tersangka kemanapun ia lari seperti
contoh kasus pembunuhan Hj Siti Mariam Sibarani di Jalan Armada, kelurahan Teladan Barat, kecamatan Medan Kota. Yang berhasil di ungkap Polsekta Medan
Universitas Sumatera Utara
Kota yang mana pelakunya bernama TP alis Jait alis Topan alis Poltak 34, penduduk jalan pelajar, lingkungan VII, kelurahan Binjai Timur, Medan Denai,
yang disebut-sebut otak dari Pembunuhan Tersebut berhasil di tanggkap di
Jakarta.
61
2.
Kurangnya saksi yang di peroleh.
Dengan tertangkapnya pelaku Pembunuhan tesebut menunjukkan tidak hentinya pihak Kepolisian Khususnya satuan Reserse Kriminal dalam mengejar
dan menemukan Tersangka dari Pembunuhan yang terjadi demi memberikan rasa
nyaman kepada masyarakat dan tegaknya hukum di Negara Indonesia.
Saksi merupakan salah satu alat bukti untuk menjadi acuan dalam mengungkap tindak pidana apa lagi tindak pidana Pembunuhan yang dilakukan
oleh pihak Kepolisian Khususnya satuan Reserse Kriminal yang mana dengan saksi yang di peroleh akan sangat bisa membantu pihak kepolisian dalam mencari
dan menemukan pelaku tindak pidana Pembunuhan, karena saksi adalah orang
yang mengetahui atau yang menemukan telah terjadinya tindak pidana
Pembunuhan.
Kurangnya saksi yang diperoleh akan menjadi kendala-kendalahambatan- hambatan yang di hadapi oleh pihak Kepolisian Khususnya satuan Reserse
Kriminal dalam mengungkap kasus Pembunuhan, dengan kurangnya saksi yang
diperoleh akan membuat pihak kepolisian Khususnya satuan Reserse Kriminal akan bekerja lebih keras lagi dalam mencari dan mengumpulkan bukti yang
mengarah kepada pelaku kasus pembunuhan tersbut.
61
www. Harian Sinar Indonesia Baru 25 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
Kurangnya saksi yang diperoleh disebabkan kurang cepatnya Polisi Khususnya satua Reserse Kriminal dalam mendatangi TKP, tidak menguasai
teknik pencarian dan pengambilan barang bukti yang ada di TKP, tidak menguasai tekniks pembungkusan dan pengiriman barang bukti ke laboratorium criminal
labkrim yang mengakibatkan barang bukti tersebut tidak dapat diperiksa di labkrim.
Bahkan pihak kepolisian Khususnya satuan Reserse Kriminal cepat putus asa dalam melakukan penyelidikan, bila tidak berhasil mendapatkan informasi
yang diperlukan, langsung berhenti dan tidak ditindak lanjuti hanya menunggu datangnya informasi dari masyarakat.
3. Pemanggilan
Masih adanya penyidikpenyidik pembantu yang melakukan pemanggilan baik terhadap tersangka maupun terhadap saksi yang tidak dilayanai sesuai waktu
yang telah dicantumkan dalam surat penggilan, orang yang dipanggil dibiarkan lama menunggu bahkan sama sekali tidak dilayani atau disuruh pulang dan
disuruh kembali lagi pada hari yang lain dengan seenaknya tanpa memperhatikan tenggang waktu dan kesibukan saksi, yang terkesan tidak mau tau atau organ, hal
ini meyebabkan seseorang enggan untuk membantu penyidik memberikan informasi atau keterangan yang di butuhkan untuk proses pengungkapannya.
4. Penangkapan
Masih banyaknya anggota Reserse Kriminal yang belum menguasai dan memahami serta penerapan teknik dan taktik penangkapan, belum sepenuhnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, sehingga sering ditemukan melakukan
Universitas Sumatera Utara
penangkapan tanpa menggunakan surat perintah penangkapan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada, masih ditemukan adanya polisi yang salah tangkap
terhadap orang yang bukan pelaku kejahatan, akibat kurang jelinya polisi atau terlalu gegabah dalam melaksanakan tugasnya.
5. Penahanan
Pihak kepolisian seringkali salah dalam melakukan penahanan adalah terlambat membuat Surat Perintah Penahanan atau perpanjangan penahanan atau
terlambat memberikan tembusannya kepada keluarga tersangka, bahkan penyidikpenyidik pembantu sering melupakan tentang hak-hak tersangka yang
terkait masalah penahanan, seperti misalnya tahanan tidak boleh dikunjungi keluarganya atau penasehat hukumnya tanpa asalan yang jelas, pada waktu
dilakukan penahan tidak dilakukan pemeriksaan kondosi kesehatannya. Bahkan masih adanya polisi yang memanfaatkan kewenangan penahanan
terhadap tersangka digunakan untuk menekut-nakuti seseorang untuk mendapatkan materi.
6. Penyitaan.
Dalam melakukan tugasnya pihak kepolisian khususnya satuan Reserse Kriminal sering melakukan tindakan yang ceroboh dalam penyimpanan barang-
barang sitaan sebagai barang bukti yang akan menambah petunjuk yaitu tanpa diberi lebel atau hilang dalam penyimpanan, masih adanya anggota kepolisian
yang kurang menguasai teknik dan taktik penyimpanan khususnya dalam pengambilan bendan-benda yang seharusnya dapat dijadikan barang bukti tetapi
Universitas Sumatera Utara
tidak disita dan masih adanya tindakan penyitaan yang dilakukan penyidik tidak dilengkapi dangan Surat Perintah dan Surat Izin Penyitaan.
7. Pemeriksaan
Pihak kepolisian khususnya satuan reserse kriminal masih menggunakan cara kekerasan untuk mendapatkan pengakuan dari tersangka ataupun tidak dapat
mengendalikan emosi karena keterangan tersangka yang berbelit-belit, masih adanya polisi yang bertindak sebagai penyidik merekayasa Berita Acara
Pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan materi dari pihak-pihak yang diuntungkan , maupun untuk kepentingan tertentu, dan masih adanya
penyidik yang tidak menguasai unsur-unsur pasal atau penafsiran pasal, sehingga Berita Acara Pemeriksaan yang telah dibuat tidak memenuhi unsur-unsur pasal
pidana yang diterapkan, tidak menguasai uraian kasus yang terjadi sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berbelit-belit dan membingungkan yang
diperiksa, tidak mampu menerapkan keterampilan bertanya sehingga pertanyaan- pertanyaan tidak berkembang, dalam pemeriksaan masih adanya unsure menekan
sehingga yang diperiksa tidak bebas atau kurang leluasa sekedar menuruti kemauan pihak kepolisian yang bertugas sebagai penyidik dan pada akhirnya
penyidik tidak memperoleh keterangan yang berkembang disamping itu dalam persidangan bisa tidak diakui oleh tersangka atau saksi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Pada akhir penulisan skripsi ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan
yang berupa inti sari dari penguraiaan skripsi ini. Kesimpulan ini juga merupakan
jawaban dari permasalahan-permasalahan yang di ajukan pada awal penulisan skripsi ini sekaligus merupakan hasil pengujian hipotesa yang telah dilakukan
dalam pembahasan materinya. Maka dari penguraian skripsi ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan Satuan Reserse Kriminal dalam mengungkap tindak pidana
Mutilasi, diantaranya :
a. Melakukan Penyelidikan
Setelah diketahuinya suatu peristiwa tindak pidana yang terjadi maka pihak kepolisian akan langsung melakukan Penyelidikan tentang tindak
pidana tersebut, kegiatan penyelidikan ini dimaksudkan untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti permulaan atau barang bukti yang cukup .
b. Melakukan Penyidikan
Penyidikan Ini dilakukan setelah selesainya proses penyelidikan yang ditandai dengan keluarnya surat perintah penyidikan oleh pejabat
yang berwenang di instansi penyidik, dengan diterimanya laporan atau
Universitas Sumatera Utara
pengaduan atau informasi tentang telah terjadinya kejahatan dan pelaku kejahatan tersebut tidak dengan sendirinya surat perintah penyidikan
dikeluarkan, c.
Melakukan Olah Tempat Kejadian Perkara Untuk mencari barang bukti yang tertinggal di Tempat Kejadian
Pembunuhan, mengambil Sdik Jari Korban, mengambil Foto Korban, dan membawa korban kerumah sakit untuk dilakukan Visum. Ini dilakukan
untuk mencari barang bukti mengenai kematian korban.
d. Memeriksa saksi-saksi
Tujuannya adalah memintai keterangan pada seseorang yang mengetahuimelihat peristiwa pembunuhan yang nantinya akan menjadi
bukti untuk pihak Kepolisian Khususnya Satuan Reserse Kriminal dalam
mengungkap tindak pidana Pembunuhan tersebut.
e. Melakukan VisumOtopsi
Ini dilakukan untuk mengetahui tentang kematian korban dari tindak pidana Pembunuhan apakah di pukul dengan menggunakan bendan
tumpul, ditikam menggunakan pisau, atau dicekik menggunakan tali.
f. Mencari Tersangka
Ini dilakukan setelah adanya bukti-bukti yang kuat mengenai ciri- ciri dari tersangka yang melekukan tindak pidana Pembunuhan tersebut.
g. Penangkapan
Ini dilakukan dan dijalankan berdasarkan prosedur yang telah berlaku, seperti yang berwenang harus mengeluarkan surat perintah
Universitas Sumatera Utara
penangkapan. penangkapan ini dilakukan terhadap orang yang diduga keras melakukan kejahatan berdasarkan bukti-bukti yang telah mengarah kepada
tersangka. h.
Penyelesain dan penyerahan berkas perkara Ini dilakukan setelah hasil pemeriksaan tersangka dan saksi serta
kelengkapan bukti yang diperoleh, unsur-unsur tindak pidana. Penyerahan berkas perkara merupakan kegiatan pengiriman berkas
perkara berikut penyerahaan tanggung jawab atas tersangka dan barang buktinya kepada penuntut umum.
2. Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Mutilasi sebagai berikut ; Kejahatan mutilasi merupakan suatu jenis tindak pidana yang digolongkan ke
dalam bentuk kejahatan yang tergolong sadis rare crime oleh karena objek kejahatan tersebut adalah manusia baik dalam kondisi hidup maupun telah
meninggal. Intensitas tindak pidana mutilasi mengalami peningkatan baik dalam bentuk latar belakang, motif maupun bentuk, yang keseluruhannya bertujuan
untuk menghilangkan jejak pelaku terhadap terjadinya suatu peristiwa pidana pembunuhan. Mengenai ketentuan hukum pidana yang mengatur, KUHP
sebenarnya memberikan pengaturan yang bersifat dasar, misalnya mutilasi sebagai salah satu bentuk penganiayaan, penganiayaan berat atau tindak pembunuhan.
Hanya saja memang sangat diakui dalam kasus yang terjadi, sangatlah jarang pelaku melakukan mutilasi bermotifkan penganiayaan. tindakan mutilasi
Universitas Sumatera Utara
seringkali terjadi sebagai rangkaian tindakan lanjutan dari tindakan pembunuhan dengan tujuan agar bukti mayat tidak diketahui identitasnya.
3. Bahwa upaya-upaya yang dapat diambil dalam menanggulangi tindak pidana
Mutilasi. Adalah sebagai berikut :
- Upaya Penal
Dapat dilakukan untuk menanggulangi kekerasan baik laporan masyarakat maupun temuan Kepolisian akan dilakukan tindakan tegas atau penegakan
hukum secara tuntas dengan tujuan agar para pelu menjadi sadar dan jera untuk berbuat kembali.
- Upaya Non Penal
Sesuai dengan hakikat sumber terjadinya kriminsalitas penanggulangan kejahatan secara umum senantiasa dilakukan melalui upaya preventif dan refresif
B. Saran Adapun yang menjadi saran penulis adalah :