Rumah Singgah Pamade, Jakarta Selatan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial Republik Indonesia

 Rumah singgah diperuntukkan sebagai tempat persinggahan anak-anak jalanan yang bekerja di jalanan sebagai pengasong yang menjual koran, gula- gula, tukar uang, bahkan pengemis.  Rumah tersebut tidak menampung anak-anak secara permanen tapi hanya untuk waktu tertentu. Konsep ideal dari rumah singgah ini adalah anak-anak yang berada di jalanan dapat singgah di rumah untuk melakukan kegiatan yang positif misalnya, bagai yang putus sekolah dapat memperoleh pelajaran informal, dapat bermain, memperoleh tambahan gizi seperti minum susu atau bubur kacang ijo atau aktivitas lainnya yang merupakan pemenuhan hak anak-anak, yang tidak bisa diperoleh di rumahnya. Sayangnya, saat ini sebagian rumah singgah mengalami pasang surut artinya berfungsi ketika ada dana yang mendukung, saat dana habis, rumah singgah mandeg. Inilah yang banyak terjadi, ada proyek ada program. Dari sore hingga malam kita disambut serta dihibur oleh mereka, kelompok anak-anak pengamen jalanan menunjukan kebolehan dengan bernyanyi, sementara kelompok penyemir sepatu memperlihatkan kepada kita kalau mereka bukan penyemir yang asal-asalan tapi profesional.

2.5.2 Rumah Singgah Pamade, Jakarta Selatan

Rumah Singgah Anak Jalanan PAMADE beralamat di Jl. Salihara 42, Pasar Minggu – Jakarta Selatan. Sebagian besar dari mereka bekerja pada waktu malam dengan alasan karena menghindari kejaran trantib dan teriknya matahari. Gambar 2.13 Aktivitas di Rumah Singgah Kurnia Jakarta Sumber : Internet . Di rumah singgah ini memang tidak didaptkan pendidikan formal, tetapi di rumah singgah ini mereka diajarkan untuk mengasah kreativitas. Setiap komunitas yang datang berkunjung akan dihibur oleh berbagai atraksi-atraksi yang menunjukkan kebolehan-kebolehan mereka seperti penampilan karya musik. Selain itu, di rumah singgah ini mereka juga diajarkan untuk membuat ketermpilan kerajinan tangan. Kemudian, mereka menjualnya. Hal ini dikembangkan bukan dalam arti untuk mengeksploitasi anak jalanan, tetapi untuk mengajarkan mereka untuk mandiri dan mampu menghidupi diri dengan cara yang lebih positif. Gambar 2.14 Rumah Singgah Pamade Jakarta Sumber : Internet Gambar 2.15 Hasil karya Rumah Singgah Pamade Jakarta Sumber : Internet

2.5.3 Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial Republik Indonesia

Pusat Pengembangan ini berada di Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur IV. Pusat pengembangan ini berada di bawah pegelolaan Departemen Sosial Republik Indonesia. Pusat Pengembangan ini menampung anak-anak yang kurang beruntung, seperti anak jalanan. Disini anak-anak jalanan mendapatkan pelatihan dan pengembangan skill yang diharapkan nantinya bisa menjadi bekal hidup mereka. Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan di kawasan Cipayung, Jakarta Timur bisa menampung 100 orang anak jalanan. Pada Pusat Pengembangan ini anak-anak jalanan dididik pengetahuan umum dan juga pengetahuan dasar, juga dilatih kegiatan-kegiatan seperti:  Menjahit  Menata rambut salon  Belajar computer  Belajar bahasa yang baik dan benar  Menggambar  Bengkel las Selain itu, pada Pusat Pengembangan terdapat fasilitas-fasilitas, seperti :  Sarana dan prasarana panti  Perpustakaan  Ruang konsultasi Gambar 2.16 Pusat Pengembangan Sosial Anak Jalanan di Jakarta Sumber : Internet  Poliklinik  Ruang menonton  Ruang data dan informasi  Bengkel workshop kterampilan Semanya itu dilakukan untuk mempersiapkan mereka agar jika sudah keluar dari panti dapat mandiri dengan dibekali keterampilan. Mereka tinggal di panti selama enam bulan dan setelah mahir diberikan modal berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 1,5 juta untuk modal usaha dan pengembaliannya dengan mencicil. Kedepannya, pemerintah berencana akan mengembangkan program Out Rich yakni pelayanan pendampingan pergi keluar panti, Family Bisch Care atau pengasuhan terbaik bagi anak adalah dilakukan oleh keluarganya sendiri.

BAB III ELABORASI TEMA

3.1 Latar Belakang Tema

Letak lahan yang berada di daerah perkotaan yang padat bangunan dan juga intensitas kendaraan yang cukup tinggi, membuat pemilihan tema green menjadi kebutuhan. Selain itu, dengan adanya isu-isu global warming, maka tema green dapat dijadikan salah satu jawaban untuk perancangan yang mendukung go green. Selain itu juga dengan tema green diharapkan mampu merealisasikan keinginan untuk menciptakan suasana alamiah dan ramah lingkungan bagi para anak jalanan, dengan harapan mereka bisa merasakan suasana yang homey, nyaman dan merasa aman. Dengan usaha untuk menapilkan suasana natural, diharapkan juga anak-anak jalanan mendapatkan pelajaran untuk lebih bersahabat dengan alam.

3.2 Pengertian Tema

Kata Green, berasal dari bahasa inggris yang berarti “Hijau”, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun tumbuhan yang berklorofil, atau mewakili lingkungan dan alam. Kata Green dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu sama seperti ketika kata postmodernisme dan dekonstruksi muncul beberapa tahun lebih awal. Pada saat kemunculan istilah green menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah green itu sendiri. Namun setelah muncul beberapa kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi arsitektur ramah lingkungan.