Latar Belakang Proyek PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Dalam perkembanganya, anak memerlukan lingkungan dan aktivitas pendukung guna menunjang proses belajarnya. Namun sangat disayangkan tidak semua anak mendapatkan pendidikan yang layak. Negara Indonesia yang merupakan Negara berkembang, mengalami krisis ekonomi mulai tahun 1997. Kondisi inilah yang juga mengakibatkan kebanyakan penduduk dengan status sosial menengah ke bawah tidak lagi mampu membiayai anak-anak mereka untuk mengecap pendidikan. Hal ini menjadi salah satu alasan terbesar mengapa banyak anak-anak sering turun ke jalanan dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka sehari-hari di jalanan. Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child Konvensi tentang Hak-hak Anak. Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya H.A Soedijar, 1988 : 16. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang. Seiring berjalannya waktu maka jumlah anak jalanan pun secara drastis bertambah. Hal ini dapat kita lihat terjadi di beberapa kota besar yang ada di Indonesia termasuk Medan. Pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu penggusuran anak-anak jalanan oleh petugas dan aparat keamanan. Menurut UUD Pasal 34 ayat 1 mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal inilah yang membuat ,mental mereka semakin rusak dan merasa bahwa mereka dianggap sebagai sampah masyarakat. Bahkan tidak jarang di dalam kehidupanya, mereka menjadi korban trafficking dan perbudakan. Oleh karena itu dibutuhkanlah wadah bagi mereka untuk mendapatkan pengajaran baik ilmu pengetahuan dan juga pendidikan agama. Dimana wadah ini akan menjadi tempat bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan ilmu pengetahuan, pengembangan pola pikir untuk berkreasi dalam berbagai bidang seperti menggambar, melukis, seni tari, bermain musik, menjahit, menciptakan handycraft, olahraga dan juga bela diri. Hal ini juga sangat didukung dengan adanya isu-isu bahwa pemerintah akan melakukan pengadaan fasilitas bagi anak jalanan, dan juga maraknya LSM yang mengajak kita untuk memelihara anak jalanan melalui kampanye “Save Stret Child” yang diadakan September 2011 lalu. Selain itu salah satu lembaga yang menangani anak jalanan di Kota Medan yaitu PKPA Pusat Kajian dan Perlindungan Anak sedang mengembangkan sebuah program 2011-2013 yaitu program pengentasan anak jalanan dengan melakukan penarikan 100 orang untuk tinggal menetap di sanggar penampungan yang akan dibuat dan 150 anak yang akan datangpergi darike sanggar tersebut. Wadah yang akan dibuat ini dinamakan dengan Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan. Dalam wadah ini, anak-anak jalanan akan mendapatkan pendidikan setara jenjang usia mereka, dan juga akan diberikan pelatihan agar mereka dapat hidup mandiri. Sebelum menelaah lebih dalam, maka akan terlebih dahulu dilakukan pembahasan etimologis dari Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan itu sendiri. Pusat Pengembangan ini pada dasarnya berbasis seperti rumah singgah. Rumah singah dianggap paling tepat menjadi jawaban bagi pengentasan anak jalanan. Menurut Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan Juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap system nilai dan norma di masyarakat. Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain : a. Sebagai tempat pertemuan meeting point pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan. b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan social bagi anak jalanan. c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya. d. Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya. e. Pusat informasi tentang anak jalanan f. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak. g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social. h. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan. Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga dilakukan melalui program-program : a. Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak permanen. b. Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan berada atau langsung ke jalanan. c. Community based strategi, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak jalanan baik keluarga maupun lingkungannya. Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak PPKA diharapkan mampu memberi solusi permasalahan akan anak-anak jalanan di Kota Medan. Tempat ini akan menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak jalanan, dimana mereka akan mendapatkan pendidikan ilmu pengetahuan, agama dan juga pengembangan kreativitas yang dapat mereka gunakan sebagai bekal hidup mereka di masa yang akan datang. Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu pembinaan dan pengembangannya pemberdayaan dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas generasi bangsa termasuk didalamnya anak jalanan tidak dapat dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja dan keterampilan kerja. Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keadaan yang mantap, stabil dan seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ditanganinya dengan baik masalah anak jalanan akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan social serta stabilitas nasional kita di masa yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan