dijalani terpidana berkurang menjadi penjara selama 4 tahun. Sedangkan yang disebut remisi adalah pengurangan hukuman masa pidana yang diberikan kepada
narapidana apabila ia berkelakuan baik di dalam Lembaga Permasyarakatan dan diberikan setiap hari-hari besar. Perbedaan lainnya adalah pengurangan hukuman
grasi diberikan oleh Presiden sedangkan remisi diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM.
c Penghapusan pelaksanaan pidana komutasi
Bentuk grasi yang terakhir adalah penghapusan pelaksanaan pidana. Pidana yang awalnya diputuskan atas seorang terpidana dapat dihapuskan apabila
grasinya dikabulkan. Contohnya pidana penjara selama 4 tahun dapat ditiadakandihapuskan karena terpidana mendapat grasi.
B. SYARAT-SYARAT PEMOHON GRASI
Pihak-pihak yang ingin mengajukan permohonan grasi kepada Presiden harus memenuhi syarat yaitu:
1. Permohonan grasi hanya dapat diajukan oleh terpidana yang dijatuhi
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; 2.
Permohonan grasi hanya dapat diajukan oleh terpidana yang dijatuhi: a
pidana mati; b
pidana penjara seumur hidup; c
pidana penjara peling rendah 2 dua tahun; Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan grasi adalah antara lain
sebagai berikut:
1 Terpidana
Pasal 6 ayat 1 UU No. 22 Tahun 2002 menyebut terpidana berada dalam urutan pertama untuk mengajukan permohonan grasi.
2 Kuasa Hukum
Dalam Pasal 6 ayat 1 menegaskan juga bahwa kuasa hukum dapat mengajukan permohonan grasi dan terpidana harus memberi surat kuasa khusus
terlebih dahulu kepada kuasa hukumnya untuk mewakilinya mengajukan grasi. 3
Keluarga Terpidana Keluarga terpidana juga dapat mengajukan permohonan grasi. Tidak
seperti kepada kuasa hukum, keluarga dapat mengajukan tanpa harus surat kuasa melainkan ada syarat lainnya yaitu terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
dari terpidana. Pasal 6 ayat 2 tidak menentukan bentuk persetujuannya sehingga dapat ditafsirkan bisa berbentuk persetujuan lisan, nemun yang paling baik dan
tepat, berbentuk persetujuan tertulis baik autentik atau dibawah tangan
31
a Istri atau suami,
. Penjelasan Pasal 6 ayat 2 menjelaskan mengenai siapa yang dimaksud keluarga
terpidana yaitu:
b Anak kandung,
c Orang tua kandung, atau
d Saudara kandung terpidana.
31
Ibid hal 203
Dalam hal terpidana dijatuhi pidana mati, permohonan grasi dapat diajukan oleh terpidana mati tanpa persetujuan terpidana.
4 Menteri Hukum dan HAM
Didalam Pasal 6A UU No. 5 Tahun 2010 memberi wewenang kepada Menteri Hukum dan HAM untuk meneliti dan melaksanakan pengajuan
permohonan grasi. Pengajuan permohonan grasi diajukan secara tertulis oleh terpidana, kuasa
hukumnya, atau keluarganya, kepada Presiden. Pengajuan permohonan hanya dapat diajukan 1 satu kali dan diberikan batasan waktu yaitu paling lama
diajukan dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetaap.
Undang-Undang No. 22 Tahun 2002 jo. Undang-Undang No. 5 Tahun 2010 tentang grasi tidak menetapkan syarat atau pembatasan terhadap pihak yang
dapat mengajukan grasi dari jenis tindak pidana yang dilakukan. Seharusnya hal-hal tersebut tercakup dalam perundang-undangan grasi
karena pembatasan jenis pidana sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian grasi. Misalnya terpidana korupsi tidaklah boleh disamakan dengan terpidana
kasus pencurian biasa atau terpidana kriminal biasa lainnya, dirasakan kurang memenuhi rasa keadilan masyarakat apabila terpidana korupsi diberikan grasi
tanpa ada pembatasan tertentukhusus. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,
membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat
merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita
menuju masyarakat adil dan makmur.
32
Pemikiran ini didasari atas kenyataan dalam proses hukum yang kita lihat akhir-akhir ini. Sulitnya penanggulangan tindak pidana korupsi terlihat dari
banyak diputusbebasnya terdakwa kasus tindak pidana korupsi atau minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding dengan apa yang
dilakukannya. Hal ini sangat merugikan negara dan menghambat pembangunan bangsa, jika hal ini terjadi secara terus menerus dalam waktu yang lama tentu
dapat meniadakan rasa keadilan dan rasa kepercayaan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan oleh warga negara. Permasalahan korupsi menjadi
masalah nasional yang harus ditangani secara sungguh-sungguh oleh pemerintah dan aparat penegak hukum khususnya dengan memberikan penghukuman yang
jelas dan tegas terhadap para pelaku tindak pidana korupsi. Acuan inilah yang harus pemerintah perhatikan dalam merumuskan berbagai kebijakan perundang-
undangan agar lebih berpihak kepada rakyat. Begitu pula terhadap terpidana kasus kejahatan serius extra ordinary
crime lainnya seperti kasus narkotika dan terorisme, harus ada pemberlakuan pengaturan khusus dalam hal pemberian grasi.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2010 dalam bagian Penjelasan hanya menyebutkan bahwa dalam memberikan keputusan atas suatu permohonan grasi,
32
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2006, hal 1
Presiden perlu mempertimbangkan secara arif dan bijaksana hal-hal yang terkait dengan tindak pidana yang telah dilakukan oleh terpidana, khususnya terhadap
tindak pidana yang dilakukan secara berulang-ulang residif, tindak pidana kesusilaan, dan tindak pidana yang dilakukan secara sadis dan berencana.
Perumusan kebijakan ini menyiratkan bahwa kepada pelaku tindak pidana residif, tindak pidana kesusilaan, dan tindak pidana yang dilakukan secara sadis
dan berencana, Presiden haruslah berpikir dua kali dalam memberikan pengabulan grasi kepada terpidana tersebut.
C. Prosedur Tata Cara Pengajuan Permohonan Grasi