Jenis Data Metode Pengumpulan Data Statistik Deskriptif Masing-masing Emiten

3.5 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yaitu dalam bentuk time series yang bersifat kuntitatif dimana datanya berbentuk angka-angka dan periode penelitian berkisar 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2011. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 480 pengamatan yang teerdiri dari 60 time series dan 8 cross section 8 perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum merupakan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia BI kota medan, www.bi.go.id dan www.yahoo.finance.com.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalaha studi kepustakaan library search, yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaaan berupa tulisan ilmiah, jurnal, artikel dan penelitian ilmiah lainnya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa kriteria: 1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama periode 2007-2011. 2. Tersedianya laporan perdagangan saham setiap emiten setiap bulan selama periode 2007-2011, sebagai penunjuk bahwa saham aktif diperdagangkan selama periode tersebut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam sektor pertambangan, terdapat 26 perusahaan yang sudah listed di Bursa Efek Indonesia, namun hanya 8 saham yang memenuhi kriteria tersebut. Berikut disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan Code 1 Bumi Resources, Tbk BUMI 2 Delta Dunia Makmur, Tbk DOID 3 Tambang Batubara Bukit Asam Persero, Tbk PTBA 4 Petrosea, Tbk PTRO 5 Medco Energi Internasional, Tbk MEDC 6 Timah Persero, Tbk TINS 7 Citatah, Tbk CTTH 8 Mitra Investindo, Tbk MITI Sumber : Yahoo Finance

3.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan model regresi ekonometrika metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS regresi linear berganda dan data panel dengan menggunakan model Fixed Effect Model. Analisis regresi ini merupakan suatu metode yang digunakan dalam menganalisis hubungan antarvariabel. Dan hubungan antarvariabel ini dinyatakan dalam bentuk persamaan yang dinyatakan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan beberapa variabel bebas X. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Untuk model multifaktor APT yang akan digunakan, penulis menggunakan dua model APT. Model APT tersebut adalah sebagai berikut : R i = β 1 R f + β 2 INF + β 3 VE + β 4 RER + β 5 JUB + € Ri = Return portofolio saham pada sektor ke i Rf = Imbal hasil asset bebas risiko β = Slope kepekaan saham i terhadap faktor k INF = Tingkat Inflasi di Indonesia KURS = Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap US VPS = Volume Perdagangan Saham JUB = Jumlah Uang Beredar M2 SBI = Suku bunga = Error Term Untuk pengujian model, langkah pertama yang dilakukan adalah meregresikan tiap saham dengan masing- masing variabel dalam model APT dengan menggunakan Ordinary Least Square OLS. Model yang dihasilkan dinyatakan signifikan apabila P Value dari F Stat lebih kecil dari level significance 5 dan setelah itu dilihat apakah model regresi memenuhi syarat Best Unbiased Estimator BLUE untuk mengetahui apakah terdapat pelanggaran asumsi klasik di dalam model.

3.7.1 Uji Akar Unit

Uji akar unit ini bertujuan untuk melihat apakah suatu data sudah stasioner atau tidak. Data yang stasioner sangat penting untuk digunakan pada data yang berbentuk time series karena data yang tidak stasioner bila diregres akan memunculkan regresi lancung, yaitu keadaan apabila antara variabel dependen UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan variabel independen sebenarnya tidak memiliki hubunganpengaruh. Pengujian untuk mengetahui ada tidaknya akar-akar unit ini dipergunakan Uji Augmented Dickey Fuller ADF. 3.7.2 Uji Asumsi Klasik 3.7.2.1 Multikolinieritas Pengujian asumsi klasik yang pertama adalah mengenai multikolinearitas. Sebuah model dikatakan mengalami multikolinieritas apabila terdapat hubungan linear yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas dari semua variabel bebas dari suatu model regresi. Masalah ini dalam model sebenarnya tidak dapat dihindari karena sulit untuk menemukan dua variabel bebas yang sama sekali tidak berkorelasi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah apakah multikolinearitas tersebut signifikan atau tidak. Akibat dari multikolinearitas adalah walaupun keberadaanya multikolinearitas tetap mampu menghasilkan model dengan koefisien determinasi tinggi, namun sering kali variabel bebas sedikit atau bahkan tidak ada yang signifikan. Pendeteksian mulitikolinearitas dapat dilakukan dengan cara : 1 Korelasi antarvariabel, artinya semakin tinggi nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa korelasi antarvariabel sangat erat, jika korelasi antar variabel bebas melebihi 0.8 atau – 0.8 maka dapat diduga bahwa terdapat multikolinearitas antar variabel dalam model. 2 Korelasi Parsial, yaitu dengan estimasi regresi terhadap model awal dan kemudian dibandingkan dengan i untuk variabel lain dengan mengubah variabel dependennya dan kemudian membandingkan nilainya nya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Metode paling sederhana dalam mengatasi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi kuat. Hal ini disebkan kolinieritas merupkan hubungan linear antara variabel bebas denagn variabel lainnya, sehingga dengan mengeluarkan salah satu variabel tentu akan mengatasi multikolinearitas.

3.6.2.2 Uji Autokorelasi

Digunakan untuk melihat apakah ada hubungan variabel-variabel dari serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu data time series. Autokorelasi dapat terjadi bila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini atau masa datang. Untuk menguji apakah hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka digunakan Digunakan untuk melihat apakah ada hubungan variabel-variabel dari serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu data time series. Autokorelasi dapat terjadi bila nilai variabel masa lalu memiliki pengaruh terhadap nilai variabel masa kini atau masa datang. Untuk menguji apakah hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka digunakan Uji Durbin-Watson DW, dimana ditentukan terlebih dahulu besarnya nilai kritis dari dan berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel independennya. d = Dimana: d = nilai Durbin Watson UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Σe i = jumlah kuadrat sisa Dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika d dl, berarti terdapat autokorelasi positif 2. Jika d 4 – dl, berarti terdapat autokorelasi negatif 3. Jika du d 4 – dl, berarti tidak terdapat autokorelasi 4. Jika dl d du atau 4 – du, berarti tidak dapat disimpulkan Uji DW secara umum sangat mudah untuk dilakukan, tetapi banyak peneliti yang lupa asumsi yang ada pada uji DW tersebut. Asumsi dari penggunaan uji DW dalam menguji autokorelasi adalah: variabel independen adalah nonstokastik, variabel error berdistribusi normal dan model regresi tidak termasuk variabel lag. Untuk mengatasi hal-hal tersebut sehingga muncullah test Breusch Godfrey test atau juga dikenal dengan LM test. Sehingga pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Serial Correlation LM test dimana terlebih dahulu digunakan estimasi regresi kemudian dibandingkan nilai probabilitasnya dengan tingkat signifikansi biasanya 5. 3.7.3 Uji Kesesuaian 3.7.3.1 Uji F Statistik Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Rumus untuk menghitung Keterangan: : : = Koefisien determinasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA k = Jumlah variabel independen N = Jumlah Sampel Pengujian ini menggunakan hipotesis : : = = ..................................................................... = 0 tidak ada pengaruh : ............................................................................ i = 1 Ada pengaruh Kriteria Pengambilan Keputusan adalah : 1 : = = diterima jika artinya variabel independen secara bersama- sama tidak berpengaruhnyata terhadap variabel dependen. 2 : diterima jika artinya variabel independen secara bersama - sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.7.4 Analisis Data Panel

Setelah menggunakan analisis model regresi ekonometrika metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS regresi linear berganda penelitian ini juga menggunakan analisis data panel. Data panel merupakan gabungan data cross section dan time series Panel pooled data. Regresi dengan menggunakan data panel disebut model regresi data panel. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel yaitu: Data panel merupakan gabungan dua data yakni data time series dan cross section yang mampu menyediakan data yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari kedua gabungan data tersebut dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel ommited variabel. Time series dalam penelitian ini berbentuk data bulanan mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Sehingga total pengamatan dari data time series adalah sebanyak 60 pengamatan. Data Cross section dalam penelitian ini berjumlah 8 emiten perusahaan dimana merupakan jumlah emiten tersebut merupakan sampel yang telah dipilih dari 26 rusahaan dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sebagai model penelitian data panel ini adalah sebagai berikut : R it = α + β 1 INF t + β 2 KURS t + β 3 VPS t + β 4 JUB t + β 5 SBI t Banyaknya unit waktuyang ada dalam setiap unit emiten ini akan mencirikan data panel tersebut seimbang atau tidak. Jika setiap emiten dalam + € R = Return portofolio saham untuk unit emiten ke-i dan waktu ke-t INF = Tingkat inflasi untuk unit waktu ke-t KURS = Perubahan nilai tukar rupiah untuk unit waktu ke-t VPS = Volume perdagangan saham untuk unit waktu ke-t JUB = Jumlah uang beredar M2 untuk unit waktu ke-t SBI = Suku bunga SBI untuk unit waktu ke-t α = Koefisien Intersep β = Koefisien Slope kepekaan saham i terhadap faktor k € = Error term i = Emiten saham t = Waktu pengamatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA setiap observasi mempunyai data dengan waktu yang sama maka data panel dikatakan seimbang balanced panel data, dan sebaliknya.

3.7.4.1 Model Data Panel

Dalam mengestimasi parameter dari persamaan dengan data panel, ada tiga model persamaan yang dapat diambil, diantaranya adalah Model Efek Tetap dan Model Efek Random. 1 Model Efek Tetap Fixed Effect Model Model ini dikembangkan oleh Breusch Pagan Agus Widarjono, 2006:260. Pada dasarnya setiap individu yang diobservasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda cross section. Salah satu cara mengetahui adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersepnya berbeda antar setiap perusahaan sedangkan slope koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. 2 Model Efek Random Random Effect Model Pada model ini, bukan dicerminkan oleh perbedaan intercept atau konstanta, tetapi perbedaan antar individu terdapat di error term dari persamaan. Metode FEM mempunyai keunggulan yaitu metode ini dapat membedakan efek individual dan efek waktu dan metode ini tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pakar ekonometrika menyimpulkan beberapa hal setelah membuat pembuktian dalam menentukan metode yang paling sesuai digunakan dalam data panel, yaitu : 1 Dalam data panel, jika jumlah runtun waktu lebih besar dibandingkan jumlah individu, maka disarankan untuk menggunakan metode FEM. 2 Dalam data panel, jumlah runtun waktu lebih sedikit dibandingkan jumlah individu, maka lebih disarankan untuk menggunakan metode REM. 3 Dalam penelitian ini jumlah waktu time series lebih besar daripada jumlah individu cross section yaitu jumlah waktu sebanyak 60 lebih besar daripada jumlah individu 8, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Efek Tetap Fixed Effect Model. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang telah diperoleh dan dikumpulkan, serta hasil pengolahan data dan pembahasan dari data yang telah diolah. Adapun urutan dari hasil penelitian dan pembahasan ini secara sistematis adalah deskripsi umum hasil penelitian variabel makroekonomi dan masing-masing emiten, pergerakan return pasar, uji stastioner data, dan pengujian asumsi klasik, analisis data berupa hasil regresi, dan pengujian variabel independen dan variabel dependen.

4.1 Statistik Deskriptif Masing-masing Emiten

Langkah awal pengujian statistik dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian statistik dari masing-masing emiten perusahaan yang menjadi variabel terikat. Dalam penelitian ini membahas return perusahaan sektor pertambangan, dimana ada terdapat 26 perusahaan namun hanya 8 delapan perusahaan yang memenuhi syarat kelengkapan data. Berikut dijelaskan statistik deskriptif masing- masing return saham emiten. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Emiten Perusahaan Periode 2007-2011 Mean Maximum Minimum Std.Dev Observations RBUMI 0.038781 0.80487 -0.53563 0.233516 60 RDOID 0.041133 0.92 -0.416 0.23985 60 RPTBA 0.041216 0.40740 -0.41444 0.15589 60 RPTRO 0.053322 1.525 -0.31111 0.251078 60 RMEDC 0.002927 0.286624 -0.42069 0.127091

60 RTINS

0.011878 0.471698 -0.91941 0.195836 60 RCTTH 0.019038 0.775 -0.2069 0.13646 60 RMITI 0.024728 0.705426 -0.33636 0.199031 60 RIHSG 0.016569 0.201315 -0.31421 0.079592 60 Sumber:Hasil Pengolahan Data Gambar 4.1 PT. Bumi Resources, Tbk Perbandingan pergerakan return BUMI dan IHSG Sumber:Hasil Pengolahan data -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 2007 2008 2009 2010 2011 RB UMI RIHS G UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pengembalian return BUMI masih berada diatas return pasar IHSG, hal ini terlihat jelas pada tahun 2009 dimana return bumi menjadi return yang tertinggi maximum selama periode pengamatan yaitu sebesar 80.48, dan dan rata-rata return bumi lebih besar 3,87 dibanding dengan return pasar yang hanya sekitar 1,65 . Namun disisi lain ternyata tingkat risiko bumi juga menunjukkan angka yang cukup tinggi pula yaitu sekitar 23,35 . Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keuntungan suatu saham, maka tingkat resiko juga semakin besar Gambar 4.2 PT. Delta Dunia Makmur, Tbk Perbandingan pergerakan return DOID dan IHSG -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 2007 2008 2009 2010 2011 RDOID RIHSG Sumber:Hasil Pengolahan data Untuk DOID, menunjukkan pada umumnya return saham DOID ini masih berada di atas return pasar. Ini terlihat dari nilai rata-rata DOID yang menunjukkan rata-rata return DOID sebesar 4.11 sedangkan nilai rata-rata return pasar hanya berkisar 1,65. Walaupun bila diperhatikan pada periode tahun 2008 return DOID sempat mengalami penurunan yang cukup jauh bahkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mencapai titik terendah selama periode penelitian yaitu minus 0.53, namun demikian tingkat resikonya juga cukup tinggi yaitu sebesar 23.35. Meskipun demikian beberapa tahun kemudian terjadi kenaikan return yang cukup meningkat yaitu pada tahun 2009 sekitar 92, menunjukkan saham ini sangat diminati dipasaran. Gambar 4.3 PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk Perbandingan pergerakan return PTBA dan IHSG -.6 -.4 -.2 .0 .2 .4 .6 2007 2008 2009 2010 2011 RPTBA RIHSG Sumber:Hasil Pengolahan data Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata return PTBA lebih besar dibandingkan dengan return pasar pada awal hingga pertengahan periode pengamatan. Dapat dilihat dibeberapa tahun periode penelitian return PTBA mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari return pasar hingga mencapai tingkat tertinggi maximum sebesar 44,58. Jika dilihat dari periode pengamatan, lebih baik memilih saham IHSG karena rata-rata return PTBA lebih besar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.4 PT. Petrosea, Tbk Perbandingan pergerakan return PTRO dan IHSG -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2 1.6 2007 2008 2009 2010 2011 RPTRO RIHS G Sumber:Hasil Pengolahan data Return perusahaan petrosea ini, mengalami return tertinggi maximum jauh melebihi return pasar pada awal tahun 2009 , sehingga bila disimpulkan nilai rata- rata return saham PTRO ini masih lebih tinggi dari return saham pasar. Ini menyimpulkan bahwa harga saham PTRO ini masih lebih tinggi dari harga pasar di beberapa waktu selama periode pengamatan. Gambar 4.5 PT Medco Energi Internasional, Tbk Perbandingan pergerakan return MEDC dan IHSG -.5 -.4 -.3 -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 2007 2008 2009 2010 2011 RMEDC RIHS G Sumber:Hasil Pengolahan data UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pergerakan return saham MEDC dengan return pasar menunjukkan pergerakan yang berfluktuatif. Pada tahun 2008 return saham perusahaan menunjukkan nilai tertinggi dari return pasar, namun pada akhir tahun itu juga menunjukkan penurunan nilai dengan return dan mencapai titik terendah selama periode penelitian. Namun, bila dilihat nilai rata-rata perbandingan antara retun saham dengan return pasar, return saham MEDC masih berada diatas return pasar walaupun tidak terlalu tinggi. Gambar 4.6 PT Timah Persero, Tbk Perbandingan pergerakan return TINS dan IHSG -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 2007 2008 2009 2010 2011 RTINS RIHSG Sumber:Hasil Pengolahan data Pada awal tahun pengamatan, return saham TINS menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari return pasar. Namun pada tahun 2008, mencapai titik terendah lebih rendah dari return pasar yaitu minus 0.91 sedangkan return pasar mencapai titik terendah sebesar -0.31. Bila dilihat secara keseluruhan selama periode pengamatan return pasar lebih tinggi dari return TINS. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.7 PT Citatah, Tbk Perbandingan pergerakan return CTTH dan IHSG -.4 -.2 .0 .2 .4 .6 .8 2007 2008 2009 2010 2011 RC TTH RIHS G Sumber:Hasil Pengolahan data Pada saham CCTH, votalitasnya cukup tinggi. Return CTTH pada awal pengamatan menunjukkan return yang tinggi hingga mencapai titik return maksimal selama periode pengamatan yaitu sebesar 77.5 dengan tingkat resiko sebesar 13 menunjukkan high risk high return, dan bila dilihat nilai return rata- rata saham RCTTH lebih tinggi dari return pasar. Gambar 4.8 PT Mitra Investindo, Tbk Perbandingan pergerakan return MITI dan IHSG -.4 -.2 .0 .2 .4 .6 .8 2007 2008 2009 2010 2011 RMITI RIHSG Sumber:Hasil Pengolahan data UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Untuk MITI, memiliki nilai return tertinggi pada awal periode pengamatan sebesar 70.54, sedangkan return pasar selama periode pengamatan memiliki nilai return sebesar tertinggi 20.01. Apabila dibandingkan nilai rata-rata kedua return saham ini, return saham TINS memiliki return saham yang lebih tinggi dari return pasar terpaut sekitar 8 sebesar 24.72. Tingkat resikonya sebesar 19.90. Jika dilihat secara keseluruhan masih lebih menguntungkan jika melakukan investasi di IHSG karena resikonya lebih kecil. 4.2 Statistik Deskripstif Variabel Makroekonomi Tabel 4.2