akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa disektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara
menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta
penghapusan terhadap subsidi atas nilai tukar valuta asing, sehingga teori ini menurut moneterisme dapat dinotasikan sebagai berikut :
inflasi = f kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif 4. Teori Ekspektasi
Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan
optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logika untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang
ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi dapat dinotasikan menjadi : Inflasi = f ekspektasi adaftif, ekspektasi rasional.
2.6.1.2 Asal Inflasi
Ditinjau dari asal terjadinya, maka inflasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Domestic Inflation
Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan shock dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak inflasi. Kenaikan harga-harga terjadi secara absolut,
akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya inflasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Imported Inflation
Adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena
dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diprodukasi didalam
negeri.
2.6.1.3 Bobot Inflasi
Inflasi jika ditinjau dari sudut bobotnya, dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a. Inflasi Ringan Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi
dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10 per tahun.
b. Inflasi Sedang Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara
10 – 30 per tahun atau melebihi dan digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
c. Inflasi Berat Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30
– 100 per tahun. Pada kondisi demikian, sektor – sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Inflasi Sangat Berat Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan
laju pertumbuhan melampaui 100 per tahun, sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II 1939-1945 . Untuk keperluan perang terpaksa harus
dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.
2.6.1.4 Mengukur Inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
1.
Indeks harga konsumen IHK atau consumer price index CPI, adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
2.
Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi.
IHP ini sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian
akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
3.
Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas- komoditas tertentu.
4.
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Kenaikan inflasi adalah sinyal negatif bagi investor di pasar modal, karena inflasi akan meningkatkan pendapatan dan biaya-biaya bagi perusahaan. Jika
peningkatan biaya melebihi peningkatan pendapatan akibat inflasi, maka otomatis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keuntungan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan harga saham perusahaan.
2.6.2 Volume Perdagangan Saham