Volume Perdagangan Saham Suku Bunga Suku bunga adalah harga aset finansial Yoopi, 2004. Suku bunga Bank

keuntungan perusahaan akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan harga saham perusahaan.

2.6.2 Volume Perdagangan Saham

Volume pedagangan saham merupakan satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu saham. Volume perdagangan saham merupakan keseluruhan dari nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor, sehingga melalui volume perdagangan dapat diketahui suatu informasi tentang saham yang ada di pasar modal. Melalui perdagangan saham ini dapat dilihat apakah individu menilai sesuatu melalui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan bagaimana informasi itu dapat menjadi suatu pertimbangan apakah akan di lakukan pembelian atau penjualan saham, sehingga informasi itu menghasilkan suatu keputusan perdagangan dan pada akhirnya diharapkan memperoleh keuntungan lebih. Volume perdagangan saham di pasar modal dapat dijadikan indikator penting bagi investor. Naiknya volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan kenaikan aktivitas jual beli saham oleh para investor di pasar modal. Perubahan volume perdagangan diukur dengan aktivitas volume perdagangan yang diukur dengan Trading Volume Activity TVA, dimana TVA merupakan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6.3 Jumlah Uang Beredar

Jumlah uang beredar money supply adalah total stok uang dalam perekonomian pada periode tertentu yang biasanya dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Mengenai jumlah uang beredar bukan hanya untuk uang yang beredar dan berada di tangan masyarakat, melainkan seluruh uang yang dikeluarkan secara resmi oleh bank sentral maupun bank umum. Ada dua defenisi yang jumlah uang beredar yang banyak dipakai, kedua defenisi ini disusun berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional dan pendekatan likuiditas.

2.6.3.1 Pendekatan Transaksional

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit narrow money yang dikenal dengan M1, karena pendekatan transaksional ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang diperlukan untuk keperluan transaksi. Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal tambah dengan uang giral. Dimana uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku sedangkan uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan rupiah yang sudah jatuh tempo.

2.6.3.2 Liquidity Approach

Pendekatakan ini mengartikan bahwa jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi. Pertimbangannya adalah sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibanding uang kertas, uang logam dan rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang dapat digunakan untuk kebutuhan transaksi. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti luas broad money yang dikenal dengan M2. Uang kuasi terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum. Jumlah uang beredar yang tinggi di masyarakat akan menimbulkan exces liquidity, yang mengakibatkan masyarakat akan mencari berbagai alternatif investasi untuk menyalurkan kelebihan dana tersebut. Apabila masyarkat memilih untuk menyalurkan dananya dengan berinvestasi di pasar modal dimana investasi di pasar modal maka akan mengakibatkan harga-harga saham akan semakin meningkat.

2.6.4 Kurs

Kurs adalah harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain. Kurs sering disebut dengan valuta asing ini adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap negara lain menimbulkan suatu nilai, yang disebut kurs valuta asing foreign exchange rate. Ketika mata uang relatif negara terapresiasi nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya, barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah asumsi harga barang domestik konstan di kedua negara. Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barangnegara tersebut yang di luar negeri menjadi lebih murah dan barang-barang luar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kurs valuta asing yang ditentukan dalam pasar bebas tergantung kepada permintaan dan penawaran mata uang asing tersebut. Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu disebabkan karena adanya perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing tersebut. Karena adanya perubahan dari kurs valuta asing tersebut maka di sini terdapat resiko terhadap perubahan tersebut yang disebut dengan exchange rate risk. Exchange rate risk merupakan resiko terhadap perubahan dalam exchange rate sejenis valuta yang mempunyai dampak yang tidak vafourable dalam cost untuk memperoleh revenue.

2.6.4.1 Jenis Nilai Tukar

Dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara Mankiw, 2003:127. Misalnya, jika nilai tukar antara dolar AS dan rupiah adalah 9000 per dolar, maka kita dapat menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat di mana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang- barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua negara. Hubungan nilai tukar riil suatu mata uang dengan nilai tukar nominal, harga barang domestik dan harga barang luar negeri dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal Rasio Tingkat Harga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus diatas, maka jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang barang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah, barang- barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah.

2.6.4.2 Sistem Valuta Asing

Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Ada 3 jenis sistem kurs valuta asing yang dipakai suatu negara, yaitu : a. Sistem kurs bebas, atau sering disebut juga sistem kurs mengambang. Dalam sistem ini tidak ada campur tangan pemerintah untuk menstabilkan nilai kurs. Nilai tukar kurs ditentukan oleh permintaan dan penawaaran terhadap valuta asing. b. Sistem kurs tetap, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar yang telah ditentukan. c. Sistem kurs terkontrolterkendali, dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang bersangkutan mempunyai kekuasaan eksklusif dalam menentukan alokasi dari penggunaan valuta asing yang tersedia. Warga negara tidak bebas untuk campur tangan dalam transaksi valuta asing. Capital inflows dan ekspor barang-barang menyebabkan tersedianya valuta asing. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perubahan nilai tukar sangat berdampak pada tingkat return ataupun risiko yang akan diterima oleh investor karena risiko perubahan nilai tukar paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian besar bisnisnya melakukan transaksi mata uang. Perubahan nilai tukar pada umumnya pada akhirnya dapat mempengaruhi arus kas yang akan diterima oleh perusahaan itu, sehingga akan berpengaruh pada pilihan investasi.

2.6.5 Suku Bunga Suku bunga adalah harga aset finansial Yoopi, 2004. Suku bunga Bank

Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. SBI dalam hal ini mengacu pada BI rate yang ditentukan oleh bank indonesia. SBI ini menjadi salah satu kebijakan moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Dengan menerbitkan dan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan dana yang beredar dimasyarakat. Pada umumnya investor akan menggunakan menggunakan tingkat suku bunga ini sebagai perbandingan dengan alternatif investasi lain, untuk memperoleh keuntungan mana yang lebih besar. Karena SBI ini diterbitkan oleh negara, sehingga SBI ini merupakan investasi yang bersifat bebas resiko, sehingga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor. Pada waktu pelelangan SBI, Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

2.7 Kerangka Konseptual

Adapun gambaran secara ringkas dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui kerangka konseptual di bawah ini adalah: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari kerangka pemikiran diatas dijelaskan hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel bebas, seperti tingkat inflasi, volume perdagangan, kurs dan jumlah uang beredar dalam hal ini adalah M2, serta tingkat suku bunga SBI. Masing-masing variabel bebas tersebut memiliki hubungan dan memberi pengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini adalah return saham sektor pertambangan. Tingkat Inflasi Volume Kurs JUB M2 Tingkat Pengembalian Saham Sektor Pertambangan SBI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA