BAB III PELAKSANAAN IZIN TATA RUANG DAN MENDIRIKAN
BANGUNAN KOTA MEDAN
A. Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Medan
1. Sejarah Singkat Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan
Cikal bakal Kota Medan adalah Medan Putri, sebuah kampung kecil yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari Jalan
Putri Hijau sekarang. Kampung Medan Putri sendiri dibangun pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus, cucu Singa Maraja yang memerintah negeri Berkerah di
dataran tinggi Karo dan termasuk dalam wilayah Raja Urung asal Kato, di Deli. Perkembangan Kota Medan juga tidak terlepas dari keberadaan
Kesultanan Deli yang diproklamasikan oleh Tuanku Panglima Perungit, yang memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Aceh pada tahun 1669. Berdasarkan
isi Politiek Contract atau perjanjian politiknya dengan Pemerintah Hindia Belanda padatahun 1907, daerah kekuasaan Kesultanan Deli meliputi:
a. Wilayah Deli Asli, yaitu wilayah pesisir pantai mulai dari sekitar kiri dan
kanan Sungai Deli, yang didiami suku bangsa Melayu, termasuk Kampung Medan Putri.
b. Wilayah-wilayah Urung Negheri, yaitu; Wilayah Hamparan Perak, Sunggal,
Kampung Baru, Sinembah Patumbak, yang didiami suku Melayu di hilir dan Suku Karo di hulu.
44
44
http:balitbang.pemkomedan.go.idtinymcpukgambarfileChristy20Marintan.pdf diakses tanggal 1 Juni 2016.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang mendorong kampung Medan Putri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertama, posisinya yang sangat strategis karena
terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Karenanya Kampung Medan Putri
sejak awal telah berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan transit yang cukup penting. Kedua, adanya, kebijakan Sultan Deli pada tahun 1863,
untuk memberikan tanah di Tanjung Spassi dekat Labuhan seluas 4000 bahu, 1 bahu-0,74 ha secara erfpacht 20 tahun kepada Mienhuys Van der Flak dan Elliot
dari Firma Van Keeuwenen Mainz and Co, untuk dijadikan lahan perkebunan tembakau.
Kualitas yang sangat baik dari tembakau yang dihasilkan kemudian mendorong berkembangnya perkebunan-perkebunan tembakau hingga mencapai
22 perusahaan. Berkembangnya perkebunan tembakau juga, mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan dan eksport. Tahun 1879,
lbukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, dan 1 Maret 1887, Ibukota Residen Sumatera Utara dipindahkan pula dari Bengkalis ke
Medan. Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan
juga dipindahkan dengan selesainya pembangunan Istana Maimun pada tanggal 18 Mei 1891 yang menjadikan Ibukota Deli resmi pindah ke Medan. Dengan
demikian Perkembangan Kota Medan menjadi pusat perdagangan juga telah mendorongnya menjadi Pusat Pemerintahan.
45
45
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Kota Medan secara historis tidak terlepas dari perkembangan perkebunan tembakau yang ada. Perkebunan tembakau tersebut
ternyata mempekerjakan orang-orang Cina dari Swatow Tiongkok, Singapura, Malaya Tamil dari Penang, dan orang-orang pribumi yaitu Minangkabau dan
Jawa. Kebijakan ketenagakerjaan inilah yang kemudian berdampak beranekaragamnya etnis, yang berdomisili di Kota Medan saat ini. Oleh
karenanya, masyarakat Kota Medan saat ini adalah campuran dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia seperti suku Melayu, Batak, Cina, Jawa, Minang,
Karo dan sebagainya. Adanya heterogenitas suku yang berdiam di Kota Medan juga menimbulkan banyak corak budaya yang ada sehingga berdampak
beragamnya nilai-nilai budaya yang dikenal. Sangat diyakini, hidupnya nilai-nilai budaya dapat menjadi potensi besar
dalam mencapai kemajuan. Adanya keragaman suku sebagainya tentunya merupakan potensi, kekuatan sekaligus kesempatan bagi Kota Medan untuk
menjadi kota yang memiliki wajah sendiri, yang berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Adanya pluralisme ini juga merupakan benteng untuk tidak unculnya
isu-isu primordialisme yang dapat meretakkan sendi-sendi kehidupan sosial. Pada awal pembentukan permukinian di Kota Medan, terdapat kelompok-kelompok
hunian berdasarkan kesukuan seperti Kampung Mandailing, Pecinan, Pemukiman Belanda. di Polonia, dan sebagainya. Saat ini, perumahan-perumahan yang
terbentuk telah merupakan pembauran berbagai suku, walaupun di beberapa wilayah terdapat etnis dominan, seperti permukiman tionghoa, kayo, minang,
Universitas Sumatera Utara
melayu dan sebagainya. Oleh karenanya, pembangunan perumahan harus dalam mempertimbangkan kekayaan budaya sebagai rahmat Tuhan tersebut.
Bidang penataan kota dan bangunan pada awalnya merupakan bagian dari pekerjaan umum. Pengawasan bangunan dan planologi perencanaan wilayah dan
kota sampai dengan tahun 1950 dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pada tahun 1950, Dinas Pekerjaan Umum dipisah menjadi 2 dua dinas, yaitu Dinas
Pekerjaan Umum dan Dinas Pengawasan Bangunan. Pada tahun 1963, Dinas Pengawasan Bangunan dimekarkan menjadi 2 dua dinas; yaitu Dinas
Pengawasan Bangun-Bangunan dan Dinas Planologi. Dalam hal ini, Dinas Planologi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tingkat II
Medan tanggal 22 Juni 1963 terhitung mulai 1 Juli 1963. Pada tahun 1978 dibentuk Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan
yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 10 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II
Medan. Penyempurnaan terhadap organisasi Dinas Tata Kota dilakukan pada tahun 1987 yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Dati II Medan No. 1
tahun 1987 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota Kotamadya Dati II Medan. Adapun Susunan organisasi dan tata, kerja Dinas
Bangun-bangunan Kotamadya Dati II Medan diatur dalam Perda No. 13 Tahun 1987.
46
46
Ibid
Pada tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun 2001 tentang
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan Organisasi dan Tata, Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan; dibentuk Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan yang
merupakan penggabungan kembali fungsi pengawasan bangun-bangunan dan penataan ruang kota dalam satu dinas; sebagaimana sebelum tahun 1963.
Penggabungan Dinas Tata kota dengan sebagian Dinas Bangun-Bangunan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan perizinan dan
penataan ruang serta penataan bangunan oleh Pemerintah Kota Medan. Pada tahun 2009 awal dibentuklah Dinas Tata, Ruang dan Tata, Bangunan sebagai pengganti
Dinas Tata, Kota dan Tata, Bangunan akibat penyesuaian terhadap kebijakan PP 41 yang mengatur Struktur Organisasi dan Tata, Laksana Pemerintahan Daerah.