commit to user
lviii keasliannya karena adanya kasus pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi
di tahun 2007. Namun setelah tahun 2009 dengan telah dibentuknya perubahan internal Museum serta dilakukannya kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki citra
negatif Museum, jumlah kunjungan Museum telah mengalami penigkatan.
E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka Surakarta
Kasus yang terjadi sekitar November 2007 yaitu mengenai pemalsuan dan pencurian arca, pertama kali dicurigai oleh salah satu pegawai Museum yang
kemudian dilaporkan kepada Balai Pelestarian Peningglana Purbakala BP3 Jawa Tengah. Setelah BP3 melakukan pengecekan ke Museum ternyata benar bahwa
arca tersebut terlihat berbeda dari aslinya, yang perbedaan tersebut dapat diamati dari warna dan ukurannya. Pihak BP3 kemudian membuat Berita Acara
Pemeriksaan BAP yang ditandatangani oleh Lambang Babar Purnomo yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah ke Poltabes
Surakarta. Adapun koleksi arca yang telah dipalsukan yaitu Agastya, 2 arca Durga, Mahakala, Mahesa Sura Madini, dan Shiwa Mahadewa. Diketahui bahwa
arca yang palsu, sebenarnya sebelumnya sudah di pesan dahulu di daerah Muntilan Jawa Tengah.
Atas adanya laporan tersebut, dari pihak Kepolisian melakukan penyidikan. Dan setelah benar adanya tentang penemuan arca palsu dan yang asli
telah “keluar” dari Museum, maka pihak Kepolisian menyita arca-arca yang telah dipalsukan tersebut. Kasus ini mendapat perhatian serius dari Polda Jateng yang
langsung menurunkan tim guna mem
backup
aparat kepolisian Solo melanggar UU no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
commit to user
lix Selanjutnya pihak Kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi
dengan menanyai beberapa saksi-saksi yang dilakukan di ruang Kanit IV Ekonomi Poltabes Solo, yaitu dari pihak internal museum diantaranya pegawai
Museum Soemarni Wijayanti, Indrayana, Ambarwati, Jarwadi, Gatot dan Kepala Museum yang saat itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal
dengan sebutan Mbah Hadi, namun pada 27 Mei 2009 beliau telah wafat dikarenakan faktor usia dan kesehatan. Sedangkan saksi dari pihak eksternal
museum, pihak Kepolisian memeriksa Heru seorang penjual barang antik, dari pihak BP3 diantaranya Ketua Pokja BP3 Lambang, Hugo Kraijger seorang WNA,
dan seorang pengusaha Hashim Djojohadikusumo dikarenakan arca milik Museum Radya Pustaka yang dilaporkan dicuri ada di satu rumah di Jakarta
Selatan yang merupakan kediaman milik pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Hashim Djojohadikusumo ikut dijadikan sebagai saksi dalam kasus ini
dikarenakan kelima arca yang hilang ditemukan di kediaman Hashim. Pada 20 November 2007 tim Satreskrim Poltabes Solo bekerjasama dengan Polres Metro
Jakarta Selatan melakukan penyitaan 5 arca milik Museum Radya Pustaka dari kediaman Hashim di Kemang Jakarta Selatan untuk dibawa kembali ke Solo. Dan
pada 21 November 2007 pukul 16.00 WIB kelima arca tersebut sampai di Solo, arca-arca tersebut dibawa disebuah mobil bak terbuka dengan menggunakan jalur
darat. Menurut asisten sekaligus orang kepercayaan Hashim yang diperkirakan mengetahui lalu lintas barang-barang koleksi di rumah Hashim, saat melakukan
penyitaan kelima arca tersebut petugas Kepolisian tidak bertemu langsung dengna Hashim karena yang bersangkutan di luar negeri. Selain itu menurut pengelola
sejumlah yayasan sosial milik Hashim yaitu Fadli Zon menyatakan bahwa Hashim tidak terlibat dalam kasus pembelian arca yang telah hilang dari Museum tersebut.
commit to user
lx Menurutnya Hashim sering membeli barang-barang kekayaan Indonesia di luar
negeri diantaranya dibeli dari Belanda, New York, Hongkong untuk dibawa kembali ke Indonesia karena Hashim memang berencana membangun museum
dan membawa kekayaan cagar budaya Indonesia di luar negeri untuk di kembalikan ke tanah air.
Setelah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, pihak Kepolisian menetapkan 4 tersangka dalam kasus ini. Dimana 3 diantaranya adalah
2 pegawai Museum dan yang 1 adalah Kepala Museum, sedangkan 1 tersangka lagi adalah dari luar Museum. Menurut Kepala Satuan Reskrim Poltabes Solo,
Ajun Komisaris Syarif Rohman, tersangka-tersangka tersebut yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan
Museum dan Suparjo alias Gatot sebagai Petugas keamanan Museum yang keduanya bertindak sebagai eksekutor yang memindah dan mengganti arca yang
asli dengan yang palsu, Mbah Hadi sebagai Kepala Museum yang mengawasi secara langsung saat pertukaran arca, dan dari luar Museum adalah Heru Suryanto
seorang pedagang barang antik di Solo sebagai makelar penjual koleksi Museum. Menurut pengakuan tersangka, dari 5 arca buatan abad IV-IX yang hilang, yang
dijual masing-masing Arca Ciwa Mahadewa seharga 35 Juta Rupiah, Arca Durgamahisasuramardhini seharga 200 Juta Rupiah, Agastya seharga 90 Juta
Rupiah, Mahakala seharga 100 Juta Rupiah, dan Durga Mahisasuramardhini seharga 80 Juta Rupiah. Total penjualan sekitar 800 Juta Rupiah.
Pada 21 November 2007, Pemerintah Kota Solo, Komisi IV DPRD, Keraton Kasunanan Surakarta, Yayasan Radya Pustaka dan BP3 Jateng menggelar
rapat koordinasi untuk membahas penagganan Museum Radya Pustaka. Hasil pertemuan itu menyepakati Museum Radya Pustaka ditutup untuk umum.
commit to user
lxi Museum hanya beroperasi atau buka untuk kepentingan inventarisasi dan sepakat
untuk segera melakukan inventarisasi benda-benda bersejarah di dalam Museum Radya Pustaka. Setelah itu dilanjutkan dengan membahas pengelolaan museum
setempat kedepannya dalam sebuah presidium. Dalam pertemuan itu, Kepala BP3 Jateng Tri Hatmaji menginginkan agar ketika dilakukan inventarisasi juga
didampingi oleh pengelola Museum, Yayasan Radya Pustaka, Pemkot, dan juga Poltabes Solo agar diperoleh data terbaru yang nantinya bisa diakses kepolisian
untuk menelusuri keberadaan benda-benda bersejarah yang hilang dari Museum Radya Pustaka, dan selama proses inventarisasi tidak ditutup sehingga pelayanan
masyarakat tetap berjalan agar inventarisasi ini juga tidak berkesan menghambat pelayanan masyarakat tersebut. Dalam inventarisasi digunakan hasil inventarisasi
tahun 1992, sehingga bisa dilihat berapa kerusakan benda-benda bersejarah di Museum.
Pada tanggal 23 November 2007 tersangka Heru Suryanto, Suparjo alias Gatot, dan Jarwadi memeragakan adegan saat mengambil arca dalam rekonstruksi
di Museum Radya Pustaka dilakukan rekonstruksi. Dijelaskan dalam adegan 1-3 tersangka Heru Suryanto masuk ke Museum ditemui saksi Ambarwati. Heru minta
bertemu Mbah Hadi untuk berkonsultasi tentang hari baik dan hari buruk. Setelah itu Heru mulai membujuk Mbah Hadi bahwa ia berminat membeli arca di
Museum tersebut. Adegan 4-10 Tersangka Heru melakukan pemotretan dan pengukuran 5 arca museum. Hal itu diketahui saksi Ambarwati dan Indrayana,
keduanya adalah pegawai Museum. Adegan 11 Tersangka Heru menemui Mbah Hadi sambil membaa hasil pemotretan aca. Ia kembali menyatakan ingin membeli
araca. Semula Mbah Hadi menolak, tapi setelah dijanjikan akan diganti dengan arca tiruan yang mirip, Mbah Hadi mau menjual arca. Adegan 12-13 Tersangka
commit to user
lxii Heru dan Mbah Hadi melakukan transaksi jual beli arca di kediaman Mbah Hadi
di Semanggi Solo. Di tempat tersebut, uang penjualan arca diserahkan ke Mbah Hadi. Adegan 14-28 Tersangka Heru, Mbah Hadi, Gatot dan Jarwadi mengganti
arca Agastya asli dengan yang palsu. Arca yang asli kemudian dibawa kerumah Heru. Adegan 29-30 Hugo Kraijger seorang WNA melihat arca asli di rumah
Heru di Gentan Baki Sukoharjo. Selanjutnya arca dibawa ke Jakarta.Adegan 11- 30 terjadi di bulan Juli 2007 Pada adegan 31-67 adalah transaksi kembali
dilakukan Mbah Hadi dan Heru. Para tersangka lalu mengambil arca Mahesa Sura Madini, Durga Mahesa Sura Mahini, Arca Siwa Mahadewa, Arca Mahakala dan
diserahkan ke Hugo Kraijger. Kejadian tersebut terjadi pada September dan November 2007.
Pada 26 November 2007 Museum Radya Pustaka disegel untuk sementara waktu bagi masyarakat umum. Penyegelan dilakukan aparat untuk kepentingan
penyidikan atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, agar. tidak mengalami hambatan dengan kunjungan wisatawan yang datang. Petugas Kepolisian
memasang garis polisi
Police Line
di pagar museum sebagai tanda larangan bagi masyarakat umum untuk memasuki kawasan tersebut.
Sampai pada proses persidangan kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka pada 19 Februari 2008 digelar di Pengadilan
Negeri Solo. Walaupun Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah yang juga sebagai Ketua tim untuk penyelidikan Museum dan sebagai saksi ahli yaitu
Lambang Babar Purnomo tewas hampir disaat proses persidangan, namun proses sidang tetap berjalan karena menurut Kasi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Solo,
Tatang Agus menjelaskan bahwa keterangan Lambang sudah tercantum dalam berkas perkara. Lambang telah memberikan keterangan dibawah sumpah saat
commit to user
lxiii dilakukan pemeriksaan kasus ini. Dan dari keterangan tersebut dapat dibacakan
didepan majelis hakim saat persidangan. Para tersangka dijerat Pasal berlapis yakni UU Cagar Budaya no.51992 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun
serta Pasal 363 KUHP dengan hukuman paling lama 7 tahun penjara. Pihak Kepolisian menjelaskan bahwa dari hasil otopsi atas meninggalnya saksi ahli
Lambang Babar Purnomo, terdapat luka sayatan di kepala sedangkan leher bagian depan juga retak. Setelah Lambang wafat, maka saat proses persidangan
digantikan oleh Dra. Zaimul Azzah M.Hum yang juga dari BP3 Jawa Tengah. Untuk masa penahanan, Mbah Hadi divonis 1,5 tahun dipotong masa
tahanan. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum JPU yakni selama 2 tahun. Ketua Majelis Hakim saat persidangan kasus tersebut,
Ganjar Susilo ketika membacakan putusan di Pengadilan Negeri Solo menilai tindakan terdakwa telah merugikan pemerintah dan yayasan Radya Pustaka Solo.
Yang meringankan hukuman terdakwa adalah terdakwa telah bekerja di museum selama 50 tahun dan usianya sudah tua. Sedangkan untuk terdakwa Jarwadi dan
Gatot masing-masing divonis 1,2 tahun karena terbukti turut membantu memindahkan, memperdagangkan benda-benda cagar budaya. Untuk terdakwa
Suryanto sebagai makelar penjualan 6 arca koleksi museum divonis 1,5 tahun dipotong masa tahanan. Selain Pasal 26 UU RI Nomor 5 Tahun 1992, terdakwa
juga dikenai pasal 263 ayat 1 KUHAP tentang pemalsuan surat. Setelah proses persidangan selesai, barang bukti arca palsu yang
sebelumnya disimpan di Rubasan yaitu rumah untuk penyitaan barang-barang bukti kemudian dihancurkan dan arca yang asli telah ditemukan kemudian
dikembalikan lagi ke Museum Radya Pustaka.
commit to user
lxiv Kemudian pada 27 Desember 2007 oleh Ketua Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya Pemerintah Kota Surakarta Drs Handartono sudah membuka Museum Radya Pustaka tetapi sifatnya masih intern karena untuk pembersihan dan
penataan koleksi yang ada. Dan pada awal tahun, tepatnya 14 Januari 2008 Museum Radya Pustaka kembali dibuka untuk umum, sekaligus dalam rangka
menandai
Visit Indonesia Year 2008
, sehingga sudah bisa dikunjungi lagi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara seperti biasa.
commit to user
lxv
BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA