commit to user
xxii
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan
pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai strategi
Public Relations
dalam manajemen krisis sebagai usaha untuk memperbaiki citra museum terkait pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya
Pustaka Surakarta. 2.
Bagi Museum Radya Pustaka Surakarta Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dan berarti mengenai strategi
Public Relations
pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca dalam memperbaiki citra Museum Radya
Pustaka.
commit to user
xxiii
E. Telaah Pustaka
1. Pengertian Krisis
a. Definisi Krisis
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “krisis”, yang berarti “keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang
harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau melarikan diri.
Dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan “
wei-ji
” dan mempunyai dua arti, yaitu “bahaya” dan “peluang“.
Two side in the same coin
Nova, 2009: 54. Krisis
Public Relations
adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas
perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa krisis
Public Relations
hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan
dimana saja.
b. Tahapan Krisis
Krisis bisa datang dari mana dan kapan saja. Bencana alam, kesalahan manusia, dan kecelakaan industri dapat menyebabkan suatu
krisis. Kadang kadang, penyebab krisis adalah manajemen itu sendiri. Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecahan masalah dari
krisis yang timbul dengan menggunakan berbagai cara yang mungkin dilakukan. Diawali dengan rasa percaya diri yang tinggi, menggunakan
semua kemampuan dan keahlian yang dimiliki, dan diakhiri dengan
commit to user
xxiv kemampuan untuk meminimalkan kemarahan dan ketakutan publik tanpa
membahayakan
cash flow
atau reputasi perusahaan. Jika seseorang manajer berhasil mengatasi krisis tanpa diketahui oleh publik maka
manajer tersebut telah membuktikan kapasitas dan kemampuannya Nova, 2009:109.
Menurut Steven Fink, konsultan krisis terkemuka dari Amerika, ada 4 tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami
adalah sebagai berikut Kasali, 1999: 225: 1. Tahap Prodromal
Krisis pada tahap ini sudah mulai muncul. Tahap prodromal sering disebut pula
warning stage
karena memberi sirene tanda bahaya mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi. Mengacu pada
definisi krisis, tahap ini juga merupakan bagian dari
turning point
.
2. Tahap Akut Inilah tahap ketika orang mengatakan: “telah terjadi krisis”.
Krisis yang akut sering disebut sebagai
the point of no return
. Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu
menyebar luas. Namun, beberapa besar kerugian lain yang akan muncul amat tergantung dari para aktor yang mengendalikan krisis.
3. Tahap Kronik Tahap ini sering juga disebut sebagai
the clean up phase
atau
the post mortem
. Sering pula tahap ini disebut sebagai tahap
recovery
atau
self analysis
. Di dalam perusahaan, tahap ini ditandai dengan perubahan struktural. Mungkin penggantian manajemen, mungkin
commit to user
xxv penggantian pemilik, mungkin masuk nama-nama baru sebagai pemilik
atau mungkin pula bangkrut dan perusahaan dilikuidasi.
4. Tahap Resolusi penyembuhan
Tahap ini adalah tahap penyembuhan pulih kembali dan tahap terakhir dari tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu
tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap
ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali keadaan semula
prodromal stage
. Bila sedang dalam proses penyembuhan tahap resolusi tidak dapat menahan diri, dan bila
penyembuhan tidak tuntas benar, akan kembali lagi ke tahap prodromal.
Tindakan apapun yang dilakukan adalah lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindari melakukan penyangkalan di hadapan publik dan
media, serta berbohong untuk menyembunyikan krisis karena ini dapat membuat publik akan kehilangan kepercayaan dan masalah menjadi
berlipat ganda. Tindakan lain adalah memilih juru bicara yang terlatih, untuk memperoleh simpati publik. Tidak semua data dan informasi harus
dipublikasikan karena dapat merugikan. Langkah terakhir adalah melakukan investigasi penyebab awal krisis sehingga krisis yang sama
dapat dihindari di masa mendatang.
2.
Public Relations
commit to user
xxvi Secara singkat publik dapat diartikan sekelompok orang yang memiliki
kepentingan yang sama. Sedangkan pengertian publik dalam
Public Relations
secara lebih spesifik adalah sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan
Public Relations
artinya, kelompok yang harus senantiasa dihubungi dan diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi
Public Relations
Kasali, 1999:10.
Di dalam
Public Relations
, terdapat 2 macam publik, yaitu Moore, 1988: 5:
1. Publik Intern: Adalah publik yang meliputi orang-orang yang bekerja di dalam atau membentuk bagian yang integral dari suatu
organisasi. 2. Publik Ekstern: Adalah orang-orang yang ada di luar kelompok yang
dilayani atau dipengaruhi, melayani atau mempengaruhi organisasi.
Public Relations News
menjelaskan lebih spesifik definisi mengenai hubungan masyarakat yang menekankan tanggung jawab khusus bahwa
Public Relations
adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, megidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur seorang individu
atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan
publik. Definisi berikutnya disarankan
Public Relations
adalah suatu filsafat sosial dari manajemen yang dinyatakan dalam kebijakan beserta
pelaksanaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-
commit to user
xxvii peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha
memperoleh saling pengertian dan itikad baik Moore, 1988: 6.
Baskin Aronoff dan Lattimore mendefinisikan gambaran humas yang lebih detail sebagai berikut Lattimore, 1997:5
“ Public Relations is a management function that helps achieve organizational, objective, define philosophy and facilities
organization change.
Public Relations
practitioners communicate with all relevant internal and external publics to
develop positive relationship and to create consistency between organizational goals and societal expectations; public relations
practitioners develop, execute and evaluate organizational programs that promote the exchange of influence and
understanding among an organization’s constituent parts and publics.”
Artinya
Public Relations
Humas Hubungan Masyarakat adalah alat dari manajemen untuk membantu mencapai tujuan organisasi, merumuskan filosofi
organisasi dan menjadi fasilitator dalam perubahan sosial. Pejabat Humas menjalin komunikasi dengan seluruh publik baik internal maupun eksternal
untuk membangun relasi yang positif dan untuk menjaga konsistensi dari realisasi antara tujuan organisasi dan harapan dari lingkungan sosial di sekitar
organisasi. Pejabat Humas mempunyai tugas dan wewenang untuk mengembangkan, mengimplementasikan, serta melakukan evaluasi kegiatan-
kegiatan organisasi yang bertujuan mempertemukan dan menghasilkan rasa saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.
Graeme David Sterne menjelaskan bahwa Jo Shaw, J. White, Coombs, dan Holladay dalam jurnal
Media Perceptions of Public Relations in New Zealand
mendefinisikan bahwa:
commit to user
xxviii “
Public relations was generally perceived as publicity to cultivate favourable perceptions for clients. This is consistent
with the view that sees public relations as primarily media relations.”
Artinya
Public Relations
pada umumnya dianggap sebagai publisitas untuk menumbuhkan persepsi yang menguntungkan untuk klien. Hal ini konsisten
dengan pandangan bahwa melihat
Public Relations
sebagai hubungan utama dengan media Jurnal: 2010, 4-31.
3. Krisis
Public Relations
a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis
Public Relations
Ada banyak kasus krisis
Public Relations
yang terjadi. Dalam setiap krisis ada 5 langkah berikut penting untuk diketahui, yaitu Nova,
2009:172: 1. Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi
respon kepada publik. Bentuk respon ini bisa berupa memberitahukan kepada publik tentang
kasus yang telah terjadi. 2. Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan
lebih mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada perusahaan tersebut berbohong.
3. Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga masyarakat, media akan menciptakan cerita versi mereka sendiri
apabila perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau gosip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi
lebih
baik perusahaan
mengatakan yang
sebenarnya.Dalam memberikan informasi hendaknya secara bertahap dan runtut.
4. Penting untuk memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis.
5. Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan.
b. Peran
Public Relations
dalam Krisis Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan, biasanya dapat
dilakukan melalui
Public Relations
yang menjembatani antara organisasi
commit to user
xxix dengan publiknya. Disamping itu,
Public Relations
adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi sikap publik.
Public Relations
harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang
sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh publik. Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran
Public Relations
adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat secara umum dan
stakeholders
secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah,
karyawan dan keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka. Dalam hal ini harus
mencerminkan 2 hal, yaitu Luhukay, 2008:25: 1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap
harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam atau pihak ketiga, menghindari media, berdiam diri alias
off the record
, ketidakjujuran, manipulasi data sebaiknya dihindari karena justru
berujung pada jatuhnya reputasi perusahaan. 2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya
membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan
harus menjadi wilayah perhatian dari
Public Relations
.
4. Manajemen Krisis
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, yaitu Kasali, 1999: 231:
a. Identifikasi Krisis
commit to user
xxx Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi
Public Relations
perlu melakukan penelitian. Cara yang ditempuh untuk menidenifikasi krisis yaitu
memahami faktor-faktor penyebab krisis itu terjadi, bisa berupa hubungan kerja yang buruk, terkait dengan masalah kriminal, pergantian manajemen,
dan lain sebagainya. b. Analisis Krisis
Praktisi
Public Relations
sebelum melakukan komunikasi harus melakukan analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mulai dari
analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengkait. c. Isolasi Krisis
Untuk mencegah krisis menyebar luas harus diisolasi, dikarantina sebelum tindakan serius dilakukan. Tindakan isolasi ini bisa berupa suatu kegiatan
yang memerlukan penanganan khusus agar tidak terganggu dengan kegiatan lain yang sedang berlansung.
d. Pilihan Strategi Dalam buku Manajemen
Public Relations
Strategi Menjadi Humas Profesional oleh Morrisan menjelaskan Stephen Robbins 1990
mendefinisikan strategi sebagai:
“ The determination of the basic long-term goals and objective of an enterprise, and the adoption of course of action and the
allocation of resources necessary for carrying out this goals”
Artinya penentuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau
membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatan- kekuatan yang akan membantu atau yang akan menghalangi tercapainya
commit to user
xxxi tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang
diinginkan Morrisan, 2008: 152.
Menurut
Cultip-Center-Broom
, perencanaan strategis bidang humas meliputi kegiatan Morrisan, 2008: 153:
1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program.
2. Melakukan identifikasi khalayak penentu
key publics
. 3.
Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih.
4. Memutuskan strategi yang digunakan.
Perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Dalam manajemen krisis, ada 3 macam strategi yang bisa
diterapkan dalam menagani krisis yang disebut strategi generik, yaitu Strategi Defensif, Strategi Adaptif, dan Strategi Dinamis Kasali,1994:232.
Mengingat manajemen krisis dan kehumasan krisis bergerak dalam satu formasi, keduanya harus bergerak kearah strategi yang sama, meskipun
masing-masing tetap memelihara ciri khasnya. Misalnya jika manajemen krisis memilih bertindak defensif, kehumasan krisis juga harus memilih
strategi yang sama agar pilihan keduanya kompatibel satu sama lain. Akan tetapi, penjabarannya strategi defensif oleh manajemen krisis berbeda
dengan penjabaran kehumasan krisis. Bila terdapat perbedaan strategi defensif, sementara kehumasan krisis memilih strategi dinamis, kekacauan
commit to user
xxxii akan terjadi. Berikut adalah pilihan-pilihan strategi bagi kehumasan krisis
Emeraldy dan Nasrullah, 2008:117: 1. Strategi Defensif
Strategi definsif atau strategi bertahan dapat dipilih apabila organisasi terancam oleh Koleks-1 atau Koleks-2, padahal organisasi sangat yakin
tidak melakukan suatu kesalahan, baik prosedural maupun legal. Ancaman itu dapat dikategorikan sebagai usaha penggerogotan yang
bila berhasil akan menimbulkan kekacauan dalam tubuh organisasi. Sementara itu, strategi adaptasi maupun dinamis dianggap terlalu
memakan biaya dan diprediksi dapat merusak hubungan baik dengan pihak penggerogot.
2. Strategi Adaptif Strategi Adaptif atau penyesuain diri cocok untuk organisasi yang
mengalami krisis karena Kolin atau Koleks-1. Artinya, krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu
menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan
perubahan.
3. Strategi Dinamis Strategi dinamis cocok untuk organisasi yang mengalami Krispa dan
Kripadi: tingkat bahaya yang dihadapi organisasi sudah demikian serius sehingga perlu digunakan langkah-langkah khusus. Strategi
dinamis memerlukan banyak unsur-unsur strategis, karena hal itu dianggap sebagai strategi yang mahal. Organisasi sebaiknya menilai
secara akurat tingkat krisis yang sedang dialami sebelum memilih strategi ini agar tidak terjebak dalam pemborosan.
e. Program Pengendalian Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju
strategi generik yang dirumuskan.
Dengan melakukan strategi yang tepat dapat memperbaiki kembali citra yang sempat negatif di mata masyarakat, sehingga akan terbentuk
kembali citra positif seperti yang sudah terbentuk sebelum krisis tersebut muncul.
Pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta strategi yang tepat dilaksanakan adalah Strategi Adaptif.
Sesuai dengan penjelasan dari strategi ini bahwa Museum telah melakukan
commit to user
xxxiii kelalaian yaitu pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum yang dilakukan
oleh pihak intern Museum sendiri, namun pihak Museum telah mengakui kepada publik tentang kesalahan tersebut karena tidak mungkin Museum
bersifat defensive menutup-nutupi kesalahan ini. Dalam pengertian Strategi Adaptif bahwa Museum telah mengalami
kelalaian. Akibatnya terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum. Kasus ini mendapat liputan luas oleh pers dan umumnya cenderung
memojokkan Museum tersebut. Opini yang berkembang di masyarakat menjadi negatif. Pemberitaan pers yang tendensius membuat citra Museum
menjadi terpuruk. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan Museum dalam menangani krisis ini adalah Emeraldy dan Nasrullah,
2008:123: 1. Membentuk tim baru yang bertugas memantau situasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan di kemudian hari. 2. Pemimpin Museum jangan sengaja menghilang untuk menghindari
tanggung jawab karena hal ini dapat semakin merugikan masa depan Museum.
3. Untuk meluruskan pemberitaan, Museum perlu mengundang para wartawan. Dalam hal ini pihak Museum tidak perlu bicara banyak apalagi
mengatur wartawan tentang apa yang hendak dilaporkan wartawan. 4. Pihak Museum mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan kasus
pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum, yaitu koleksi yang hilang, serta siapa yang terlibat dalam pemalsuan dan pencurian tersebut,
yang tentunya telah melalui penyelidikan dan penyidikan dari pihak Kepolisian.
commit to user
xxxiv 5. Mengadakan konferensi pers yang tujuannya untuk menyampaikan
permintaan maaf kepada publik atas pencurian yang telah terjadi. Konferensi pers ini diselenggarakan oleh pihak yang bertanggungjawab
atas pelaporan kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum kepada pihak Kepolisian.
Dalam Strategi Adaptif langkah-langkah yang diambil mencakup hal- hal yang lebih luas, seperti: mengubah kebijakan, modifikasi opersional,
kompromi, meluruskan citra Kasali, 1994:232.
5. Definisi Citra
Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang
dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Citra dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman, kepercayaan,
perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang
disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra. Dengan demikian citra merupakan salah satu aset
terpenting dari perusahaan atau organisasi yang selayaknya terus menerus dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan
hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk atau perusahaan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan pelanggan terhadap
perusahaan. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang
dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat, dari upaya
commit to user
xxxv komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra positif
yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses yang
panjang. Karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber
sepanjang waktu. Citra Perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus mengembangkan
kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain Kasali, 1999: 196.
Usaha untuk mempublikasikan kepada masyarakat mengenai strategi yang dilakukan memerlukan kerjasama dengan media massa. Hal ini bertujuan
agar strategi yang telah diterapkan dalam kegiatan-kegiatan nyata dapat diliput oleh pihak media massa sehingga bisa disebarkan secara cepat kepada
masyarakat luas. Dan masyarakat mengetahui mengenai usaha memperbaiki citra negatif. Hal ini juga bermanfaat bagi pihak media massa yaitu pihak
media mendapat berita atas kegiatan sebagai usaha untuk memperbaiki citra tersebut.
6.
Media Relations
Hubungan Pers di saat Krisis
a. Pengertian
Media Relations
Media berita menjadi faktor utama dalam
Public Relations
yang mengontrol arus publisitas melalui saluran-saluran komunikasi umum yang
amat penting. Hubungan dengan media
media relations
yang semula merupakan hubungan kerja yang sederhana antara petugas
Public Relations
dengan beberapa rekan redaktur karena meningkatnya jumlah
commit to user
xxxvi media dan karena publisitas telah berperan lebih penting dalam
Public Relations
. Para redaktur menyadari bahwa bagian
Public Realtions
merupakan sumber berita asli dan sumber informasi teknis, dan bahwa mereka membantu mengembangkan kisah berita, gambar, artikel dan
bahan penunjang lainnya. Sedangkan para petugas
Public Relations
memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai media masssa, kebutuhan dan kebijaksanaan editorionalnya, khalayak, dan masalah
pengoperasionalnya Moore, 1988: 181.
Media relations
atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun profesi humas suatu organisasi,
untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa, dalam rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang
balance
Nova, 2009:208: Dalam profesi humas, hubungan media seringkali juga dipahami
sebagai penanganan krisis, dengan memberitakan hal-hal positif tentang perusahaan saat perusahaan sedang dilanda berita negatif. Pada saat krisis,
cara terbaik penaganan hubungan media oleh humas adalah mengakui dan memperbaiki kesalahan dengan menginformasikan usaha-usaha ke depan.
Dalam hal ini baik media massa maupun humas berada dalam posisi saling memanfaatkan dan saling diuntungkan simbiosis mutualisme, karena
dengan liputan media maka adanya suatu krisis dapat memberikan citra positif untuk organisasi dan disaat yang sama media massa mendapatkan
berita Nova, 2009: 209. Ehsan Khodarahmi mendefinisikan
Media Relations
sebagai berikut Jurnal: 2009: 535 – 540:
commit to user
xxxvii
“ Media relations should not be used when issues and crises rise; it is essential to have constant liaison with top media
owners in order to be informed about what is going on in the market.”
Artinya hubungan terhadap media sebaiknya tidak digunakan ketika masalah dan krisis timbul; itu adalah penting untuk memiliki
hubungan yang konstan dengan pemilik media atas agar informasi tentang apa yang terjadi di pasar.
b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat
Media Relations
Philip Lesley, penulis
Public Relations Handsbook
mengemukakan fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut Nova,
2009:210: 1. Fungsi pasif dan pelayanan
Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers dan tidak melakukan inisiatif tertentu.
Contohnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik yang datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan
melayani dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya jawab ini biasanya dilakukan secara spontan.
2. Fungsi setengah aktif Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang
berbagai kejadian di organisasi kepada berbagai media.
commit to user
xxxviii Contohnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut
krisis dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal
memberikan informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak Museum.
3. Fungsi aktif Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati
kalangan media. Contohnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak
maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers. Yang menjadi juru bicara dalam
konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, dalam hal ini misalnya anggota yang termasuk didalam komite Museum, pegawai
Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pengelola Purbakala
Jawa Tengah.
Analisis Frank Jefkins pada tujuan pokok diadakannya hubungan pers adalah untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman. Jadi, bukan
semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan organisasi atau klien demi mendapatkan citra produk atau sosok yang lebih indah
daripada aslinya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa,
commit to user
xxxix setidaknya dalam suatu masyarakat yang demokratis Munandar: 1995,
171.
Adapun manfaat
media relations
adalah sebagai berikut Nova, 2009:211:
1. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab organisasi dan media massa.
2. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan.
3. Penyampaian perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mempu memberikan pencerahan bagi publik.
Aktivitas untuk menjalin hubungan baik dengan pers dapat dilakukan dengan mengirimkan siaran pers perusahaan ke media,
menyelenggarakan konferensi pers, memformulasikan isu penting di organisasi yang menarik untuk media, menyelenggarakan ramah tamah
dengan media, menyelenggarakan kunjungan lapangan untuk pers, menyelenggarakan acara-acara khusus, wawancara khusus, menyediakan
menjadi narasumber media dan monitoring pemberitaan media.
c. Bentuk Kegiatan
Media Relations
commit to user
xl Dalam praktek hubungan pers terdapat beberapa bentuk kegiatan
yang melibatkan insan pers. Kegiatan ini baku dilakukan oleh lembaga yang menguasai praktik-praktik kehumasan profesional, baik diluar negeri
maupun Indonesia. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng Abdullah dalam buku “
Press Relations
Kiat Berhubungan dengan Media Massa” adalah sebagai berikut Nova, 2009:212:
1. Penyebaran siaran pers Penyebaran siaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang
dibagikan kepada para wartawan atau media massa yang dituju. Siaran Pers memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa. Kegiatan
pembuatan dan penyebaran siaran Pers ini merupakan kegiatan hubungan pers yang paling efisien.
2. Konferensi pers atau jumpa pers Konferensi Pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun
setelah terjadi peristiwa penting dan besar. 3. Kunjungan pers
Kunjungan pers atau yang biasa disebut
pers tour
adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di
lingkungannya, maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga atau instansi terkait.
4. Resepsi pers Resepsi pers adalah mengundang para insan media massa dalam
sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu berita. Acaranya bisa berupa jamuan makan, kemudian dilanjutkan
dengan hiburan.
5. Peliputan kegiatan Peliputan kegiatan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara
kegiatan pers lainnya. Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan tertentu, khususnya yang mempunyai
nilai berita. Media massa diundang untuk meliput kegiatan tersebut.
6. Wawancara pers Jika lima kegiatan diatas merupakan prakarsa dari organisasi maka
wawancara pers merupakan inisiatif dari pihak media massa. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara yang dipersiapkan dan
wawancara spontan.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai penelitian deskriptif, penelitian ini
commit to user
xli memaparkan suatu permasalahan keadaan peristiwa sebagaimana adanya
sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta
fact finding
. Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor, “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat diamati Maleong, 2002:3.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi pengukuran. Dalam penelitian
data kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaannya tergantung penelitiannya sebagai alat pengumpulan data utamanya peneliti
sebagai instrumen utama. Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan bersifat terbuka dan
lentur menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang mungkin berubah Sutopo, 2002: 36.
Penelitian ini dapat dideskripsikan dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan mengumpukan
gejala-gejala yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara harapan teori dan kenyataan.
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang
berlaku di lapangan.
commit to user
xlii c.
Membuat perbandingan atau evaluasi antara teori yang ada dengan kondisi lapangan.
d. Menemukan hal yang perlu dilakukan di lapangan dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Museum Radya Pustaka yang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi 421 Solo.
3. Teknik Penarikan Sample
Teknik penarikan sample yang dipakai peneliti adalah dengan teknik
Purposive Sampling
yang mana peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang mantap. Sumber data yang digunakan dalam
Purposive Sampling
sebagai yang mewakili informasinya Sutopo, 2002:56. Dalam penelitian ini yang menjadi informan yaitu Sekretaris Komite yang baru
yang dipilih setelah terjadinya kasus dan Pemandu Museum yang menjadi staff Museum dari terjadinya kasus hingga saat ini masih bekerja di Museum Radya
Pustaka Surakarta. Dengan demikian diharapkan peneliti mendapat informasi secara akurat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode Wawancara
commit to user
xliii Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui strategi
Public Relations
yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dalam memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca, yaitu
dengan mewawancarai pihak internal Museum misalnya anggota Komite Museum maupun dengan pegawai museum.
b. Studi Pustaka dan Dokumen
Dokumen yang digunakan oleh peneliti adalah dokumen yang resmi yang berasal dari internal dan eksternal Museum. Dokumen internal adalah
dokumen yang berasal dari dalam Museum. Sedangkan dokumen eksternal adalah bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial
misalnya majalah, buletin atau pernyataan dan berita yang disiarkan melalui media masa.
5. Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang
sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini mengusahakan hal tersebut dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi data adalah bentuk
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data Ada 4
macam teknik triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber data, metode, peneliti, dan teori. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah teknik
triangulasi sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif Sutopo, 2008: 78.
commit to user
xliv Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakanya secara pribadi. c.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang. e.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan.
Sedangkan untuk Reliabilitas data dilakukan dengan reduksi data, yang merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada
di dalam
fieldnote
catatan dari lapangan.
6. Analisis data
Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, dalam artian data- data hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan
konsep-konsep yang ada. Analisis data penelitian ini menggunakan
Flow Model of Analysis
.
F low Model of Analysis
Masa Pengumpulan Data
↓
Data Reduction
commit to user
xlv
↓
Data Display
↓
Conclusion Drawing
Gambar 1.1
Flow Model of Analysis
Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, Alfabeta, 2009, hal 247
Data Reduction atau reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari
fieldnote
catatan dari lapangan. Reduksi data dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang
pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data
berupa singkatan,
coding
, memusatkan tema, membuat batasan permasalahan, menulis memo. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian
kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. Data display merupakan suatu penyajian data yang meliputi berbagai
jenis matriks, gambar, atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan dan table sehingga dapat membentuk suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Conclusion drawing
penarikan kesimpulan adalah proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal hingga akhir kesimpulan
yang perlu diverifikasikan yang dapat berupa suatu pengulangan, sebagai
commit to user
xlvi pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran peneliti pada waktu menulis
dengan melihat kembali
fieldnote
catatan dari lapangan.
G. Sistematika Penulisan