Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis tidak bisa diprediksi datangnya, ini dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Krisis tidak pernah memandang bulu karena bisa datang tanpa menunggu kesiapan dalam menghadapinya. Dan ketika krisis yang tidak pernah diperhitungkan terjadi, semua menjadi bingung, tanpa arah, dan kehilangan kendali. Begitu pula dalam suatu perusahaan atau organisasi. Ketika terjadi krisis, maka seluruh aktivitas organisasi bisa menjadi lumpuh. Ada beberapa jenis krisis berdasarkan penyebabnya, salah satunya adalah krisis yang terkait masalah kriminal. Krisis yang terkait masalah kriminal belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa industri misalnya industri Pariwisata. Seperti pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta. Museum Radya Pustaka adalah merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Didalam museum tersebut menyimpan banyak koleksi benda cagar budaya. Setelah dilakukan proses penyelidikan oleh pihak Kepolisian setempat, kasus yang terjadi di Museum ini diketahui bahwa motif utama kasus ini adalah bertujuan untuk mendapatkan uang dari hasil pencurian beberapa arca yang kemudian dijual kepada kolektor benda kuno. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa koleksi arca sebelumnya dipalsukan yaitu dengan cara dibuat tiruannya yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya, baru setelah itu arca yang asli digantikan dengan arca yang palsu untuk dibawa keluar dari museum dan dijual kepada kolektor. 1 commit to user xx Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta adalah suatu krisis bagi pihak Komite Museum, karena dengan adanya kasus ini media mem- blow up berita tersebut di koran lokal dan nasional tentang beberapa koleksi arca yang dipalsukan dan dicuri, yang dihubungkan dengan pihak internal terkait dalam kasus ini. Kasus ini berdampak pada munculnya citra negatif di mata masyarakat mengenai keaslian koleksi di Museum Radya Pustaka, seperti pada salah satu kutipan pernyataan di salah satu media cetak bahwa menurut kalangan sejarawan Solo menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa, agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka tersebut masih utuh Kompas, 2007. Dengan adanya kasus ini membuat Museum Radya Pustaka Surakarta ditutup sementara untuk kasus penyelidikan. Penutupan sementara ini membuat wisatawan yang ingin mengunjungi Museum menjadi tidak mendapatkan akses masuk ke dalam Museum. Hal ini berimbas pada turunnya jumlah pengunjung yang juga berpengaruh pada penurunan pendapatan museum yang didapat dari tiket masuk Museum. Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta ini menuntut pihak Komite untuk melakukan suatu strategi agar bisa keluar dari krisis tersebut sehingga dapat kembali memperbaiki citra Museum yang sempat negatif di mata masyarakat. Dalam manajemen krisis, strategi Public commit to user xxi Relations yang dipilih dan dijalankan oleh pihak Museum berupa Strategi Adaptif dan melakukan Pengendalian Program. Strategi adaptif adalah strategi untuk organisasi yang mengalami krisis, dimana krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan. Pihak Museum menjalankan strategi tersebut dengan cara berupa melakukan langkah- langkah seperti perubahan internal Museum, mengadakan publikasi baik di sekolah-sekolah maupun instansi, melui media massa, serta publikasi melalui pengadaan event-event seperti event Jamasan Rajamala, Ngisis RinggitWayang, Workshop Keris. Sedangkan Pengendalian Program adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju strategi adaptif, yaitu berupa pengangkatan pegawai baru dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk. Meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Sehingga dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pilihan strategi dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca. Dari uraian di atas, maka penelitian mengambil judul “Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta.” commit to user xxii

B. Perumusan Masalah