commit to user
xxix dengan publiknya. Disamping itu,
Public Relations
adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasi sikap publik.
Public Relations
harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang
sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh publik. Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran
Public Relations
adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat secara umum dan
stakeholders
secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah,
karyawan dan keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka. Dalam hal ini harus
mencerminkan 2 hal, yaitu Luhukay, 2008:25: 1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap
harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam atau pihak ketiga, menghindari media, berdiam diri alias
off the record
, ketidakjujuran, manipulasi data sebaiknya dihindari karena justru
berujung pada jatuhnya reputasi perusahaan. 2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya
membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan
harus menjadi wilayah perhatian dari
Public Relations
.
4. Manajemen Krisis
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis, yaitu Kasali, 1999: 231:
a. Identifikasi Krisis
commit to user
xxx Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi
Public Relations
perlu melakukan penelitian. Cara yang ditempuh untuk menidenifikasi krisis yaitu
memahami faktor-faktor penyebab krisis itu terjadi, bisa berupa hubungan kerja yang buruk, terkait dengan masalah kriminal, pergantian manajemen,
dan lain sebagainya. b. Analisis Krisis
Praktisi
Public Relations
sebelum melakukan komunikasi harus melakukan analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mulai dari
analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengkait. c. Isolasi Krisis
Untuk mencegah krisis menyebar luas harus diisolasi, dikarantina sebelum tindakan serius dilakukan. Tindakan isolasi ini bisa berupa suatu kegiatan
yang memerlukan penanganan khusus agar tidak terganggu dengan kegiatan lain yang sedang berlansung.
d. Pilihan Strategi Dalam buku Manajemen
Public Relations
Strategi Menjadi Humas Profesional oleh Morrisan menjelaskan Stephen Robbins 1990
mendefinisikan strategi sebagai:
“ The determination of the basic long-term goals and objective of an enterprise, and the adoption of course of action and the
allocation of resources necessary for carrying out this goals”
Artinya penentuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau
membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatan- kekuatan yang akan membantu atau yang akan menghalangi tercapainya
commit to user
xxxi tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang
diinginkan Morrisan, 2008: 152.
Menurut
Cultip-Center-Broom
, perencanaan strategis bidang humas meliputi kegiatan Morrisan, 2008: 153:
1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program.
2. Melakukan identifikasi khalayak penentu
key publics
. 3.
Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih.
4. Memutuskan strategi yang digunakan.
Perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan diambil. Dalam manajemen krisis, ada 3 macam strategi yang bisa
diterapkan dalam menagani krisis yang disebut strategi generik, yaitu Strategi Defensif, Strategi Adaptif, dan Strategi Dinamis Kasali,1994:232.
Mengingat manajemen krisis dan kehumasan krisis bergerak dalam satu formasi, keduanya harus bergerak kearah strategi yang sama, meskipun
masing-masing tetap memelihara ciri khasnya. Misalnya jika manajemen krisis memilih bertindak defensif, kehumasan krisis juga harus memilih
strategi yang sama agar pilihan keduanya kompatibel satu sama lain. Akan tetapi, penjabarannya strategi defensif oleh manajemen krisis berbeda
dengan penjabaran kehumasan krisis. Bila terdapat perbedaan strategi defensif, sementara kehumasan krisis memilih strategi dinamis, kekacauan
commit to user
xxxii akan terjadi. Berikut adalah pilihan-pilihan strategi bagi kehumasan krisis
Emeraldy dan Nasrullah, 2008:117: 1. Strategi Defensif
Strategi definsif atau strategi bertahan dapat dipilih apabila organisasi terancam oleh Koleks-1 atau Koleks-2, padahal organisasi sangat yakin
tidak melakukan suatu kesalahan, baik prosedural maupun legal. Ancaman itu dapat dikategorikan sebagai usaha penggerogotan yang
bila berhasil akan menimbulkan kekacauan dalam tubuh organisasi. Sementara itu, strategi adaptasi maupun dinamis dianggap terlalu
memakan biaya dan diprediksi dapat merusak hubungan baik dengan pihak penggerogot.
2. Strategi Adaptif Strategi Adaptif atau penyesuain diri cocok untuk organisasi yang
mengalami krisis karena Kolin atau Koleks-1. Artinya, krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu
menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan
perubahan.
3. Strategi Dinamis Strategi dinamis cocok untuk organisasi yang mengalami Krispa dan
Kripadi: tingkat bahaya yang dihadapi organisasi sudah demikian serius sehingga perlu digunakan langkah-langkah khusus. Strategi
dinamis memerlukan banyak unsur-unsur strategis, karena hal itu dianggap sebagai strategi yang mahal. Organisasi sebaiknya menilai
secara akurat tingkat krisis yang sedang dialami sebelum memilih strategi ini agar tidak terjebak dalam pemborosan.
e. Program Pengendalian Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju
strategi generik yang dirumuskan.
Dengan melakukan strategi yang tepat dapat memperbaiki kembali citra yang sempat negatif di mata masyarakat, sehingga akan terbentuk
kembali citra positif seperti yang sudah terbentuk sebelum krisis tersebut muncul.
Pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta strategi yang tepat dilaksanakan adalah Strategi Adaptif.
Sesuai dengan penjelasan dari strategi ini bahwa Museum telah melakukan
commit to user
xxxiii kelalaian yaitu pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum yang dilakukan
oleh pihak intern Museum sendiri, namun pihak Museum telah mengakui kepada publik tentang kesalahan tersebut karena tidak mungkin Museum
bersifat defensive menutup-nutupi kesalahan ini. Dalam pengertian Strategi Adaptif bahwa Museum telah mengalami
kelalaian. Akibatnya terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum. Kasus ini mendapat liputan luas oleh pers dan umumnya cenderung
memojokkan Museum tersebut. Opini yang berkembang di masyarakat menjadi negatif. Pemberitaan pers yang tendensius membuat citra Museum
menjadi terpuruk. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan Museum dalam menangani krisis ini adalah Emeraldy dan Nasrullah,
2008:123: 1. Membentuk tim baru yang bertugas memantau situasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan di kemudian hari. 2. Pemimpin Museum jangan sengaja menghilang untuk menghindari
tanggung jawab karena hal ini dapat semakin merugikan masa depan Museum.
3. Untuk meluruskan pemberitaan, Museum perlu mengundang para wartawan. Dalam hal ini pihak Museum tidak perlu bicara banyak apalagi
mengatur wartawan tentang apa yang hendak dilaporkan wartawan. 4. Pihak Museum mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan kasus
pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum, yaitu koleksi yang hilang, serta siapa yang terlibat dalam pemalsuan dan pencurian tersebut,
yang tentunya telah melalui penyelidikan dan penyidikan dari pihak Kepolisian.
commit to user
xxxiv 5. Mengadakan konferensi pers yang tujuannya untuk menyampaikan
permintaan maaf kepada publik atas pencurian yang telah terjadi. Konferensi pers ini diselenggarakan oleh pihak yang bertanggungjawab
atas pelaporan kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum kepada pihak Kepolisian.
Dalam Strategi Adaptif langkah-langkah yang diambil mencakup hal- hal yang lebih luas, seperti: mengubah kebijakan, modifikasi opersional,
kompromi, meluruskan citra Kasali, 1994:232.
5. Definisi Citra