15
sharaf adalah perubahan satu asal kata menjadi beberapa bentuk yangmenunjukkan makna yang berbeda.
Adapun yang menjadi bidang kajian nahwu adalah kalimat dilihat darisegi i’rab dan bina-nya, sedangkan sharaf yang menjadi objek kajiannya adalahkata
mufrad yang membentuk beberapa unit kebahasaan yang membentukbeberapa kalimat dan struktur.Kata yang dimaksud adalah isim-isim mu’rabdan fi’il
mutasharrif.Sedangkan fi’il-fi’il mabni dan fi’il-fi’il jamid tidakmenjadi kajian ilmu sharaf.
Walaupun terdapat perbedaan antara kedua ilmu tersebut, padahakikatnya kedua-duanya memiliki kaitan yang erat, karena sebagaimana dalambahasa lain
kalimat selalu berunsurkan kata-kata, demikian juga nahwu selaluberunsurkan sharaf, Oleh sebab itu ketika seseorang melakukan analisis nahwumaka tidak
akan lepas dari analisis sharaf.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Umum dalam Nahwu dan Sharaf
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yangada di dunia tentu memiliki unsur kespesifikan, misalnya dalam system gramatikanya. Oleh sebab itu tentunya
iamemiliki kaidah tersendiri tentangsistem gramatikanya. Sistem gramatika dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah nahwu dansharaf.
1. Sharaf
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kaidah-kaidah sharafterfokus pada struktur kata dan semua aspek perubahannya baik denganpenambahan
maupun dengan pengurangan. Para linguis Arab telah sepakat bahwa kata dalam bahasa Arab
Fushhasecara garis besar terbagi menjadi tiga yaitu isim, fi’il dan harf.Isim adalahsesuatu yang menunjukkan makna yang diacunya dan tidak terikat oleh
waktuseperti ﺪﻤﺤﻣ, ﺏﺎﺘﻛ, ﻞﺟﺭ dan sebagainya. Sedangkan fi’il adalah sesuatu
yangmenunjukkan makna yang independen akan tetapi terikat oleh waktu,
Universitas Sumatera Utara
16
seperti ﻰﻜﺑ,ﺐﺘﻛ dan sebagainya. Adapun harf adalah sesuatu yang
menunjukkansuatu makna yang tidak dapat berdiri sendiri, seperti ﻞﻫ, ﻲﻓ.
TammamHassan memiliki klasifikasi tersendiri tentang pembagian kata dalam bahasaArab.Ia membaginya menjadi tujuh, yaitu isim, shifah, fi’il, dhamir,
khâlifah, zharaf dan adât.
a Isim Nomina
Tamam Hassan membagi isim menjadi lima 1 isim mu’ayyan, yaituisim yang menunjukkan zat tertentu seperti
ﻞﺟﺭ, ﺏﺎﺘﻛ, ﺖﻴﺑ dan sebagainya,2 isim hadats atau isim ma’na, seperti isim mashdar, isim marrah dan isimhaiah, 3 isim
jinsi, seperti kata 4 , ﺏﺮﻋ, ﻞﺑﺇ, ءﺎﺴﻧ isim musytaq yangdidahului oleh mim zaidah
seperti isim zaman, isim makan dan isim alat. Olehkarena huruf mim maka dinamakan “mimiyyat”, 5 isim mubham, yaitu isim yang menunjukkan sesuatu
yang belum jelas. Oleh karena itu untuk kejelasanmaknanya diperlukan kata yang lain baik dengan sifat, idhafah maupun tamyiz.Seperti kata-kata yang
menunjukkan bilangan, timbangan, takaran, ukuran, arahdan waktu. Secara terperinci Tammam Hassan memberikan ciri spesifik isimsebagai
berikut, di antaranya yaitu: dari segi i’rab, isim menerima jar secaralafzhy, sementara jenis kata lainnya tidak menerima jar seperti fi’il, khawalif,dan adawât
kecuali shifah. Sedangkan dlamir dan zharaf yang di-jar-kanadalah posisnya atau dalam bahasa Arab disebut mahal i’rab-nya, karena semuadlamir dan zharaf
adalah mabniy kecuali bentuk mutsanna dari isim isyarahdan maushûl. Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa atas dasar inilah TamamHassan
memilah dhamir dari isim. Dari segi bentuk kata atau shighah, isim memiliki bentuk yang khasseperti
bentuk mashdar, isim marrah dan haiah, isim zaman, isim makan danisim alat, sebagaimana halnya kata sifah dengan lima bentuknya fâ’il, maf’ûl,shifah
musyabbahah, mubâlaghah dan tafdhil yang masing-masing memilikibentuk tersendiri.Karena ciri inilah Tammam Hassan membedakan bentukisim dari
bentuk shifah.
Universitas Sumatera Utara
17
Tanda lainnya adalah bahwa isim secara ortografi menerima tanwin dantanwin tersebut menunjukkan makna sesuatu yang masih umum
indifinite.Disamping menerima tanwin isim menerima imbuhan lawashiq, seperti adat al- ta’rif, ta’ ta’nits, ‘alamat tatsniyah dan jama’.Hal ini berlaku
juga untukbentuk shifah.Sisi lain yang membedakan isim dari shifah adalah dari segi makna yangditunjukkannnya, isim selalu merujuk kepada nama yang
ditunjuknyamusamma. Misalnya isim al-jinsi musamma-nya adalah jenis, isim mubhammusamma-nya adalah sesuatu yang belum jelas.
Sedangkan bentuk shifah tidakmenunjukkan kepada musamma, akan tetapi ia menunjukkan sesuatu yangdisifatinya maushuf, demikian juga halnya
fi’il, ia tidak menunjukkan kepadayang musamma akan tetapi ia menunjukkan adanya keterkaitan antara kejadiandengan waktu, sedangkan dhamir menunjukkan
secara mutlak kepada yang“hadir atau yang gaib”, zharaf menunjukkan kepada ruang dan waktusedangkan adat menunjukkan adanya relasi.
Yang di maksud adalah ‘alâqat isnad, takhshish, nisbah dan taba’iyyah.Darisisi isnad, isim selalu menempati posisi musnad ilaih kecuali
mashdar yangkadang-kadang dapat menempati posisi musnad.Dari segi takhshish, isim dapatmengungkapkan adanya makna gramatikal, ketika isim dalam keadaan
manshubiadapat menunjukkan maknataukid, hal, tamyiz dan sebagainya. Adapun dari segi nisbah isim dapat di-jar-kan yang menunjukkan adanya hubungan
maknabaik dengan huruf jar maupun dengan idhafah.
b Shifah Ajektiva
Kata Shifah atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata sifatadalah kata yang menerangkan sifat atau keadaan kata yang
disifatinyamaushuf. Dengan kata lain shifah adalah kata yang tidak menunjukkan suatunama. Dalam bahasa Arab shifah terdiri dari lima yaitu: shifah
al-fa’il, shifahal-maf’ul, al-mubalaghah, shifah al-musyabbahah dan shifah al- tafdhil.
Kelima jenis shifah tersebut masing-masing berbeda bentuk danmaknanya.Dari segi bentuknya masing-masing memiliki wazan pola
Universitas Sumatera Utara
18
katasendiri demikian juga halnya dari segi makna. Shifah al-fa’il dan al- maf’ulmenunjukkan bahwa sifat yang melekat pada maushuf yang disifati
tidakterjadi terus menerus atau terputus-putus inqitha’, shifah al- mubalagahmenunjukkan bahwa sifat atau keadaan maushuf berlebihan,
shifahmusyabbahah menunjukkan makna sifat yang tetap dan terjadi terus menerus,sedangkan shifah al-tafdhil menunjukkan suatu sifat atau keadaan yang
lebihsetelah dilakukan perbandingan dengan yang lain. Meskipun dalam beberapa hal terdapat persamaan ciri antara shifahdengan isim.
Dari sisi i’rab, sebagaimana pada isim, shifah menerima jar secaralafzhy. Tentu saja hal ini berbeda dengan dhamir dan zharaf ia menerima jartidak secara
lafzhy akan tetapi hanya menempati posisi jar saja mahal jar.Tamam Hassan, 98 -99.
c Fi’il Verba
Fi’il adalah kata yang menyatakan suatu perbuatan dan zaman kala.115Makna perbuatan tersebut berlaku pula untuk semua bentuk
derivasinyaisytiqaq.Adapun makna zaman kala dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisisharfy melalui shighah bentuk kata dan sisi nahwy melalui siyaq
kontekskalimat.Zaman kala dalam tataran sharfy merupakan tugas dari shighah, sedangkan dalam tataran nahwy, zaman kala merupakan tugas dari
siyaqkonteks kalimat.Fi’il madhi meskipun berdasarkan shighah- nyamenunjukkan zaman kala lampau, kadang-kadang dapat menunjukkan
suatuperbuatan pada zaman kala kini atau mendatang.Demikian sebaliknyakadang-kadang fi’il mudhari’ verba kini dan mendatang juga
dapatmenunjukkan suatu perbuatan pada zaman kala lampau. Dengan demikian zamankala dalam tataran nahwu bergantung kepada
qarinah-nya.Dalam literatur linguistik Arab fi’il telah banyak dibahas, bahkan dapatdikatakan bahwa hampir seluruh buku gramatika bahasa Arab memasukkan
fi’il Zaman kala pada dasarnya adalah gejala bahasa yang sifatnya universal yangdimilki semua bahasa apapun di dunia, hanya saja perwujudannya bervariasi
Universitas Sumatera Utara
19
pada masing-masingbahasa. Tidak seperti dalam bahasa lainnya, dalam bahasa Arab unsur zaman kalamelekat pada fi’il verba. Tammam Hassan: 104.
Sebagai bagian dari bahasannya yang temasuk di dalamnya adalah sistem zamanatau yang dalam bahasa Inggris sering disebut tenses. Fi’il berdasarkan
bentuksharfy-nya terdiri dari tiga bentuk yaitu madhi, mudhari’ dan amr.Ketigabentuk fi’il tersebut masing-masing memiliki bentuk dan makna yang
berbeda.Tamam Hassan memberikan ciri-ciri spesifik fi’il, di antaranya dapat dilihatsebagaimana berikut ini:
1 Berdasarkan i’rab: Secara khusus fi’il khususnya mudhari’ menerimajazm. Pada fi’il mudhari’ pun meskipun secara lafzhy tidak menerimatidak menerima
jazm, pada dasarnya ia juga dapat menempati posisimahal jazm ketika ia menjadi syarth didahului
ﺍﺫﺇ . Hal ini tidakberlaku pada fi’il amr. 2 Berdasarkan Shighah: Fi’il memiliki wazan pola kata tersendiri.Misalnya fi’il
tsulatsi memiliki wazan sendiri yang terdiri dari enam.Demikian wazan untuk fi’il tsulatsi, sedangkan untuk selain tsulatsimasing-masing memiliki wazan
sendiri.Darishigahtersebut, maka bentuk fi’ildapat dibedakan dari bentuk kata lainnya.
3 Berdasarkan ilshaq imbuhan: Dalam hal ini fi’il menerima dhamirmuttashil, lam amr, huruf mudhara’ah dan ta’ ta’nits.
4 Berdasarkan al-tadham sanding kata: Berdasarkan hal ini fi’il dapatdisandingkan dengan
ﺪﻗ, ﻑﻮﺳ, ﻢﻟ, ﻦﻟ, ﺔﻴﻫﺎﻨﻟﺍﻻ . Untuk fi’il lazimintransitif agar menjadi transitif dapat disandingkan dengan huruf jar.Misalnya: kata
ﻡﺎﻗ yang berarti berdiri adalah fi’il lazim, ketikadisandingkan dengan huruf jar seperti
ﺏ sehingga menjadi
ﺐﻣﺎﻗ makaartinya menjadi transitif yaitu “melaksanakan”. 5
Berdasarkan dalalah-nya:
fi’il mengandung dua dalalah
yaitudalalah“perbuatan” dan “zaman”. Kedua dalalah tersebut terkandungsecara implisit dalam fi’il.
6 Berdasarkan ta’liq: fi’il selalu menempati posisi musnad dan hal inilah salah satu yang membedakannya dari bentuk kata lainnya seperti isimyang hanya
menjadi musnad ilaih.
Universitas Sumatera Utara
20
d Dlamir pronomina
Dlamir adalah kata yang mengandung makna “hadir” dan “gaib”.Karena tidak memiliki bentuk khusus, Tamam Hassan memisahkanpembahasannya dari
bentuk kata lainnya.Dlamir yang mengandung makna “hadir” adalah ﺎﻧﺃ untuk
orangpertama tunggal mutakallim wahdah dan ﻦﺤﻧ untuk orang pertama
jamakmutakallim ma’a al-ghair.Adapun untuk orang kedua mukhathabadalah,
ﺎﻤﺘﻧﺃ, ﻢﺘﻧﺃ, ﻦﺘﻧﺃ , sedangkan untuk orang ketiga ghaibadalah ﻮﻫ , ﻲﻫ, ﺎﻤﻫ, ﻢﻫ, ﻦﻫ . Dlamir-dlamir tersebut termasuk ke dalamdlamir munfashil yaitu
dlamir yang dapat berdiri sendiri. Di samping ituterdapat juga dlamir muttashil yaitu yang tidak dapat berdiri
sendiri. Dlamirmuttashil terdiri atas sembilan yaitu: . ﺕ, ﺎﻧ, ﻭ, ﺍ, ﻥ, ﻙ, ﻱ, ﻩ, ﺎﻫ.Dari
sisi ta’liq, dlamirmemiliki peranan penting dalam mengikat bagian-bagian dari kalimat.Misalnya dlamir mengikat mubtada dengan khabar, antara hal dan
shahibal-hal dan shilah dengan maushul.Tammam Hassan :106 -107.
e Khawalif
Khawalif adalah kata yang digunakan untuk mengekspresikansesuatu hal yang bersifat emosional. Dalam bahasa Arab khawalif terdiriatas empat jenis,
yaitu: a isim fi’il: seperti ﺕﺎﻬﻴﻫ, ﻪﺻ ; b isim shaut:seperti ﺄﻫﺄﻫ ha ha untuk
bunyi tertawa; c shighah ta’ajjub: memilikidua wazan yaitu ﻞﻌﻓﺃﺎﻣ dan ﻪﺒﻠﻌﻓﺃ
seperti ﻦﺴﺣﺃﺎﻣ ; d madah memujidan dzam mencela, seperti ﻢﻌﻧ dan
. ﺲﺌﺑKhawalif merupakan kata yang digunakan untuk mengekspresikansesuatu,
dalam bahasa tulis biasanya ditandai dengan tanda seru .Khawalif pada dasarnya adalah idiom, oleh sebab itu urutan katanya tidak boleh dipisahkan.Dari
segi ta’liq, khawalif berperan sebagai musnad.Maka tidaklah salah jika para ulama nahwu banyak yang menganggapnyasebagai fi’il.
f Zharaf Adverbia
Secara sederhana zharaf adalah kata yang menunjukkan keteranganwaktu dan tempat.Para ulama nahwu memaknai zharaf secara lebih luasbaik dari aspek
bentuk kata maupun maknanya. Tammam Hassan :108.
Universitas Sumatera Utara
21
g Adât Partikel
Adât adalah kata yang tidak memiliki makna sendiri, kecuali jikadihubungkan dengan kata yang lain dan ia menunjukkan adanya ta’liq
ataukaitan antar unsur dalam kalimat. Adât terbagi menjadi dua yaitu adât yang asli al- adât al-ashliyyahseperti huruf jar dan huruf ‘athf dan adât yang telah
berubah al- adât almuhawwalahseperti berubahnya kata ﻦﻣ dan ﺎﻣ menjadi
makna syarth Tammam Hassan:119 dan istifham. Ta’liq dengan menggunakan adât dalam bahasa Arabsangatlah masyhur karena sebagian besar jumlah
kalimat baik jumlahkhabariyyahmaupun insyaiyyah banyak bergantung kepadanya kecualipada jumlah yang mutsbat seperti:
ﻲﻠﻌﻣﺎﻗ dan amr seperti ﻢﻗ.Misalnyapada jumlah insyaiyyah thalabiyyah seperti nida menggunakan adât
nida,nahyi menggunakan adât nahyi, dan istifham mengunakan adât istifham.Jika dibandingkan dengan bentuk kata lainnya, adât memilikikarakteristik sendiri.
Dari segi rutbah urutan kata, adât merupakanawalan, seperti huruf jar mendahului majrur, huruf ‘athaf mendahuluima’thuf-nya, huruf istitsna
mendahului mustatsna. Selain itu adât jugamembutuhkan kata lainnya karena tanpa kata lain adat tidak akan memilikimakna, misalnya huruf jar tidak akan
bermakna kecuali disandingkandengan majrur. Oleh karena itu adât tidak memiliki makna leksikal.
2 Nahwu
Semua bahasa di dunia memiliki sistem gramatika sendiri dengankarakteristiknya masing-masing tidak terkecuali dalam hal ini bahasa
Arab.Nahwu merupakan bagian dari sistem gramatika bahasa Arab yangberkaitan dengan struktur kalimat di samping sharafyang berkaitan denganstruktur kata.
Menurut Tammam Hassan yang menjadi tema sentral dari system gramatika bahasa Arab dalam tataran nahwu adalah al-ta’liq.SecaraUrutan
dalamadatadalah urutan yang permanen dan tidak dapat diubah-ubah,karena ia membatasi makna yang dimaksud. Maknanya akan jelas jika dikaitkan dengan
kata lain, terperinci ia membahas al-ta’liq dari dua sisi yaitu lafzhy dan ma’nawy.
Universitas Sumatera Utara
22
Dalam hal ini terdapat dua istilah yang dikemukakannya yaitu al- ‘alâqahal-siyâqiyyahyang kemudian disebutnya sebagai al-qarâin
alma’nawiyyahdan yang kedua ia sebut dengan istilah al-qarâin allafzhiyyah.Al- qarâin al-ma’nawiyyah terdiri dari lima, yaitu: 1 al-isnâd,seperti relasi antara
mubtada’ dengan khabar, antara fi’il dengan fâ’il ataudengan nâib fâ’il; 2 takhshish, seperti makna yang terdapat dalam maf’ulbih, hal, tamyîz, istitsnâ’ dan
ikhtishâsh; 3 nisbah, makna yang terdapatdalam idhafah dan makna yang dikandung dalam huruf jar. Misalnya
ﻦﻣmengandung makna “memulai” dan ﻰﺘﺣ “mengakhiri”; 4 taba’iyyah,seperti dalam badal, ‘athaf, na’at dan taukid dan 5
maqam.Qarinah iniberlaku untuk semua ta’bir. Dari limaqarinah tersebut takhshish-lah yang maknanya lebih luasdi
antaranya adalah ia memiliki relasi makna:ta’addiyah maf’ul bih,ghaiyyah maf’ul li ajlih, mudhari’ yang manshub, ma’iyyah maf’ulma’ah, zharfiyyah
maf’ul fih, taukid maf’ul muthlaq, mulâbasah hal,tafsir tamyiz, ikhrâjistitsnâ, mukhâlafah ikhtishâsh.Sedangkan al-qarain al-lafzhiyyah terdiri
dari delapan yaitu : a al-‘alâmah al-i’râbiyyah tanda i’rab;b al-rutbah urutan kata; c shighah bentuk. d al-muthâbaqah persesuaian; e al-rabthu
relasi antarkata;f al-tadlâmm sanding kata;g al-adât partikel; dan h al- naghmahintonasi.Mukawwinâtuhâ, Anwâ’uhâ, Tahîlluhâ: 6
a I’rab I’rab 127 merupakan aspek dari sistem gramatika bahasa Arabyang cukup
mendapat perhatian dari para ahli nahwu. I’rab tidakdapat dipisahkan dari makna, oleh karena itu ia merupakan bagianintegral dari makna, seperti dalam maf’ul
terkandung maknamaf’uliyyah. b Rutbah urutan kataword order
Rutbah atau urutan kata tidak hanya merupakan bagian daripembahasan nahwu akan tetapi ia juga merupakan bagian daripembahasan ilmu balaghah
dalam pembahasan taqdim-ta’khir. Yangmembedakan adalah rutbah dalam balaghah untuk tujuan gaya bahasasebuah struktur sedangkan dalam nahwu untuk
struktur itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
23
Dalam nahwu rutbah tersebut terdiri atas dua yaitu rutbah mahfuzhahdan ghair mahfuzhah. Rutbah mahfuzhah adalah urutan kata yang permanen dan tidak
dapat dipindah-pindahkan karena akan merusakmakna, seperti maushul mendahului shilah, maushuf mendahului shifah,taukid setelah muakkad dan
beberapa partikel dalam uslub syarth,istifham, huruf jar dan sebagainya. Sedangkan rutbah ghair mahfuzhahadalah rutbah yang elastis dan dapat berubah-
ubah urutannya, sepertimubtada, fa’il, maf’ul bih dan sebagainya. Tammam Hassan:205
I’rab adalah perubahan harakat akhir kata karena kedudukan posisinya dalamkalimat.Hanya bahasa Arab yang memiliki sistem I’rab, oleh karena itu
tidaklah salah jika I’rab dipandang sebagai ciri khas atau karakteristik dari bahasa Arab.Tammam Hassan:207.
c Shighah bentuk kata Dalam bahasa Arab masing-masing kata memiliki bentuknyamasing-
masing seperti fi’il, isim, shifah dan sebagainyafa’il, naib fa’il,mubtada dan sebagainya masing-masing menuntut bentuk kata tertentuyaituisim, tamyiz
menuntut isim nakirah, mudhaf dan mudhaf ilaih sertamajrur menuntut bentuk isim dan sebagainya.
d MuthâbaqahTathâbuq persesuaianagreement MuthâbaqahTathâbuq
persesuaianagreement adalahpersesuai-an antarkata dalam sebuah struktur.Muthabaqah terjadidalam:
1 I’rab rafa’, nashab dan jar 2 Syakhsh takallum, khithab, ghaib
3 ‘Adad ifrad, tatsniyah, jamak 4 Nau’ tadzkir, ta’nits
5 Ta’yin ta’rif, tankir MuthâbaqahTathâbuq persesuaianagreementdalami’rabberlaku untuk
isim dan shifah, muthabaqah syakhsh biasanya dalamdlamir, ‘adad untuk isim dengan isim, shifah dengan shifah, dlamirdengan dlamir, muthabaqah nau’ dalam
isim, shifah dan dlamir,sedangkan muthabaqah ta’yin hanya berlaku untuk isim.Tammam Hassan:211– 212.
Universitas Sumatera Utara
24
MuthâbaqahTathâbuq persesuaianagreementadalah salah satuqarinah yang menguatkan hubungan makna antarkata dalam sebuahstruktur kalimat
bahasa Arab. Oleh karena itu ia dimasukkan ke dalamqarinah lafzhiyyah. e Rabth relasi
Rabth adalah qarinah lafzhiyyah qarinah lafzhiyyah yangmenghubungkan antarkata, yaitu seperti yang terdapat pada maushuldan shilah-nya, mubtada’
dengan khabar ,man’utdengan na’at, syarthdengan jawab-nya dan sebagainya. Rabth ini dapat dibuat dengandlamir seperti dalam maushul, huruf jumlah
haliyah, isim isyarah,mengulang kata atau makna seperti pada taukid dan sebagainya.Tammam Hassan: 215.
f Tadlâmm sanding kata Tadlâmm adalah bersandingnya dua unsur kata dalam sebuahstruktur
sehingga menjadi satu unsur. Seperti antara jar dengan majrur,huruf ‘athf dengan ma’thuf, mudlaf dan mudlaf ilaih dan sebagainya.Salah satu unsur tersebut di
antaranya ada yang dapat dihilangkan danada juga yang tidak dapat dihilangkan. Seperti maushuf dapatdihilangkan seperti pada kalimat :
ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﻢﻠﻌﺗﺃyang dimaksud adalah
ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ. Demikian juga halnya di antara dua unsur tersebut ada yangdapat dipisahkan ada juga yang tidak.Yang tidak boleh dipisahkanseperti pada shifah
dengan maushuf, ‘athif dengan ma’thuf, jar danmajrur dan sebagainya.Tammam Hassan: 217 223
g Adât Adât dipandang sebagai qarinah lafzhiyyah yang tidak kalahpentingnya
dalam bahasa Arab.Adât ini terdiri dari dua jenis yaitu: ayang masuk ke dalam jumlah adawat nafyi, taukid, istifham, nahyidll.; dan b yang masuk ke dalam
mufrodat huruf jar, ‘athf, ma’iyyah,ta’ajjubdll..Tammam Hassan:226. h Tanghim intonasi
Tanghim adalah qarinah lafzhiyyah yang ada dalam bahasa lisandan ia dapat dipahami memalui konteks kalimat. Oleh karena iadigunakan dalam bahasa
lisan maka tidak menjadi qarinah lafzhiyyahdalam bahasa tulisan.Untuk mewakili tanghim dalam bahasa tulisanbiasanya ditandai dengan tanda baca. Seperti tanda
untukmenunjukkan takjub.
Universitas Sumatera Utara
25
2.5Tujuan Insya’
Tentunya setiap kegiatan belajar mempunyai tujuan. Maka tujuan Insya’menurut Mahmud Yunus 1981:75:
a. Supaya teliti memilih kata-kata dan susnan kalimat yang indah
b. Supaya bagus susuna karanga dan halus perasaan serta kelihatan kesenian
dalam susunan kata-kata. c.
Membiasakan murid-murid, supaya sanggup membentuk pendapat- pendapat yang betul dan pikiran yang benar.
2.6 Jenis- Jenis Kesalahan Yang Terjadi dalam Insya’ a. Kesalahan Bidang Sintaksis nahwu