Kehidupan Sosial .1Interaksi dan Tindakan Sosial

1. Telaah terhadap karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio budaya yang mencerminkan suatu jaman. 2. Penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra terutama kedudukan sosial seorang penulis 3. Penelitian mengenai penerimaan masyarakat terhadap suatu karya sastra atau karya dari penulis tertentu. 4. Pengaruh sosiologi budaya terhadap penciptaan karya sastra Menurut Sapardi Djoko ada dua kecenderungan dalam telaah sosiologi terhadap sastra. Pertama pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses ekonomi-sosial belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra untuk menceritakan sastra. Sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar sastra itu sendiri. Kedua, pendekatan yang mengutamakan, teks sastra sebagai penelaan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks sastra untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan untuk lebih dalam lagi gejala sosial diluar sastra. Sapardi Djoko juga mengatakan jika karya sastra dinilai sebagai cerminan masyarakat, maka pandangan sosial masyarakat harus diperhitungkan. Dengan mengetahui latar sosial pengarang maka terjadilah persamaan-persamaan dengan apa yang diungkapkan di dalam karyanya dan juga agar tidak terjebak dalam subjektivitas yang sangat keras dalam mengungkapkan persepsinya, sebab sastra adalah persepsi seorang pengarang terhadap realitas sosial yang dihadapinya. 2.3 Kehidupan Sosial 2.3.1Interaksi dan Tindakan Sosial Universitas Sumatera Utara Secara teoritis setidaknya ada dua syarat agar terjadinya interaksi sosial, yaitu terjadi kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan,tetapi juga bergantung kepada adanya tanggapan terhadapan tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perilaku orang lain. Dalam komunikasi sering kali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain yang mana itu semua ditentukan oleh perbedaan konteks sosialnya. Dalam hubungan interaksi komunikasi hubungan pula, baik-buruknya suatu hubungan antar individu adalah bergantung daripada bagaimana kualitas kontak sosial dan komunikasi mereka. Interaksi yang dikatakkan baik itu seperti sering melakukan kontak sosial baik langsung ataupun tidak; serta disertai dengan komunikasi yang lancar antar kedua belah pihak. Tentu hubungan interaksi antar kedua pelaku yang kurang baik, adalah kurangnya terjadi kontak sosial baik langsung maupun tidak;serta kurang lancarnya hubungan antar kedua individu. Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk paling elementer dan yang paling pokok dalam komunikasi. Tetapi, pada masyarakat manusia, isyarat komunikasi yang dipakai tidaklah terbatas pada bentuk komunikasi ini. Hal ini disebabkan karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri dan juga sebagai subjek yang bertindak dan melihat tindakan-tindakannya seperti orang lain dapat melihatnya. Ketika berinterkasi, seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana anatara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan. Universitas Sumatera Utara Agar interaksi sosial dapat berjalan tertib dan teratur dan agar anggota masyarakat bisa berjalan dengan fungsi normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang ornag lain. Pertanyaan umum yangs sering muncul adalah : apakah perilaku tindakan kita sudah cukup pantas dihadapan X ataupun Y? Kalau kita biasa berbicara bebas dengan teman kita sendiri, misalnya apakah hal itu juga pantas kita bicarakan dengan orang tua? Seseorang atau kelompok yang telah mampu berempati dan menilai diri sendiri sesuai dengan pandangan orang lain disebut sebagai diri the self. Diri dibentuk dan diubah melalui interaksi dengan orang lain. Seseorang tidak dilahirkan dengan karakteristik serta kepribadian yang telah jadi, melainkan ia akan dibentuk oleh lingkungannya melalui simbol-simbol dan sosialisasi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri perilaku seseorang sebagai tanggapan terhadap situasi-situasi sosial tertentu sebagai pengambilan peranan Narwoko Suryanto 2007 ;22 Dalam diri terdapat dua komponen, yakni I dan Me. Perilaku yang diperbuat dengan memperhitungkan kemungkinan reaksi atau sikap-sikap orang lain mencerminkan apa yang disamakan dengan me. Sedangkan I adalah perwujudan dari identitas pribadi dari orang per- orang yang khas. Didalam kenyataan, peran yang harus dipentaskan atau dilakukan seseorang biasanya relatif beragam. Seseorang dalam hidupnya tidak mungkin hanya memerankan satu peran saja dalam hidupnya. Seperti contoh ; seorang dokter yang biasa menerima imbalan uang jasa dari pasiennya, jelas tidak mungkin ia akan menerapkan cara yang sama ketika suatu saat harus memeriksa salah satu anggota keluarganya yang sakit. Peran sebagai dokter atau peran sebagai ayah serta suami harus dilakukan secara terpisah tergantung konteks situasinya. Universitas Sumatera Utara Begitu pula kaitannya dengan peran sosial didalam hubungan interaksi kehidupan di masyarakat.

2.3.2 Perilaku Menyimpang Kehidupan sosial

Fenomena perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat sangat menarik untuk dibicarakan. Menurut Narwoko dan Suryanto 2007 :98 mengungkapkan bahwa sumbangan sosiologi sendiri cukup signifikan dalam memetakan berbagai bentuk perilaku, reaksi, masyarakat yang ditimbulkannya. Kajian tentang perilaku menyimpang dipelajari oleh sosiologi karena berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai yang telah ditegakkan di masyarakat. Selain itu melalui teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang dikembangkannya, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan menyimpang. Definisi tentang perilaku menyimpang menurut Narwoko dan Suryanto ada empat yakni ; 1. Statistikal. Definisi secara statistikal ini adalah segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan. 2. Absolut dan mutlak Definisi perilaku menyimpang yang berangkat dari jenis absolut dan mutlak ini adalah berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu atau berlaku tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat. Kelompok absolutis berasumsi bahwa aturan- aturan dasar dari masyarakat sudahlah jelas dan anggotanya harus menyetujui tentang apa yang disebut sebagai menyimpang dan bukan. Penerapan definisi Universitas Sumatera Utara menyimpang absolut ini biasanya terjadi dalam komunitas di pedesaan atau masyarakat yang masih teguh memegang adat-istiadat. 3. Reaktif Perilaku menyimpang menurut kaum reaktivis adalah bila berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Artinya apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen kontrol sosial dan kemudian mereka memberi cap atau tanda terhadap si perilaku, maka perilaku itu dianggap telah menyimpang. Demikian pula si pelaku dianggap telah menyimpang.biasanya kaum reaktivis tidaklah mengecap penyimpangan sosial berdasarkan pengertian biologis yang dimana merupakan dari keturunan orang tua ataupun genetika. 4. Normatif Sudut pandang ini didasarkan atas asumsi bahwa penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial. Norma dalam hal ini adalah suatu standar tentang apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakan atau dilakukan oleh warga masyarakat pada suatu keadaan tertentu. Pelanggaran- pelanggaran terhadap norma seringkali diberi sanksi-sanksi oleh penonton sosialnya. Yang dimana norma pada konsepnya sebagai suatu evaluasi atau penilaian dari tingkah laku yang dianggap baik atau seharusnya tidak terjadi. Secara keseluruhan definisi normatif dari perilaku menyimpang adalah tindakan atau perilaku menyimpang dari norma-norma dimana tindakan-tindakan tersebut tidak di setujui atau mendapatkan celah serta sanksi negatif dari masyarakat. Perilaku menyimpang itu sendiri secara umum terbagi ke dalam tiga golongan Narwoko dan Suyanto, 2007 101 antara lain sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang ada, contoh tindakan nonconform itu, misalnya memakai sandal butut ke kampus atau ke tempat-tempat formal, membolos atau meninggalkan jam pelajaran kemudian menitip tanda tangan ke teman, merokok di area larangan merokok, membuang sampah pada temoat yang tidak semestinya, dan sebagainya. 2. Tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau tindakan umum. Bentuk tindakan asosial itu antara lain ; menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinganan untuk bunuh diri, minum minuman keras, menggunakan narkotika atau obat-obatan berbahaya, terlibat di dunia prostitusi atau pelacuran, penyimpangan seksual homo seksual dan lesbianisme dan sebagainya. 3. Tindakan tindakan kriminal yang nyata melanggar aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa keselamatan orang lain. Tindakan kriminal itu misalnya, pencurian, pembunuhan, korupsi, perampokan dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya, baik yang tercatat dikepolisian maupun yang tidak karena tidak dilaporkan oleh masyarakat, tetapi nyatanya mengancam keselamatan masyarakat. Perilaku-perilaku menyimpang yang terdapat dalam novel “Norwegian Wood” ini hanya terdapat dalam golongan pertama dan golongan kedua, maka dari itu penulis mencoba menganalisis perilaku yang tergambar dalam novel “Norwegian Wood” tersebut dalam tindakan nonconform dan asosial. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah