3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Di sini pengarang
menceritakan orang lain dalam segala hal. Dalam hal ini, sudut pandang pengarang Haruki Murakam i dalam novelnya
“Norwegian Wood” hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakn orang lain dalam segala hal.
Pengarang Haruki Murakami hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita.
2.2 Studi Sosiologi Sastra
Agar dapat menganalisis dan mengapresiasikan karya sastra dengan baik, dipemempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis. Sastra dan
sosiologi memiliki persamaan yaitu mengambil manusia dan kehidupannya sebagai objeknya. Sosiologi sastra merupakan kehidupan sosial dan menunjukkan cara manusia mengahayati
masyarakat dan perasaannya. Welleck dan Warren dalam Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas
Darmono,1979:3 mengklasifikasikan sosiologi sastra sebagai berikut ; 1.
Sosiologi pengarang yaitu yang mempermasalahkan tentang status sosial, sosiologi politik dan lain-lain yang menyangkut pengarang.
2. Sosiologi karya sastra yaitu yang mempermasalahkan tentang apa yang
tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan.
3. Sosiologi sastra yaitu yang mempermasalahkan tentang pembaca dan
pengaruh sosial terhadap masyarakat. Sementara itu Umar Yunus 1986:1 mengatakan bahwa metode sosiologi sastra
dapat berupa :
Universitas Sumatera Utara
1. Telaah terhadap karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio budaya yang
mencerminkan suatu jaman. 2.
Penelitian mengenai penghasilan dan pemasaran karya sastra terutama kedudukan sosial seorang penulis
3. Penelitian mengenai penerimaan masyarakat terhadap suatu karya sastra atau
karya dari penulis tertentu. 4.
Pengaruh sosiologi budaya terhadap penciptaan karya sastra Menurut Sapardi Djoko ada dua kecenderungan dalam telaah sosiologi
terhadap sastra. Pertama pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses ekonomi-sosial belaka. Pendekatan ini bergerak
dari faktor-faktor di luar sastra untuk menceritakan sastra. Sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar sastra itu sendiri. Kedua,
pendekatan yang mengutamakan, teks sastra sebagai penelaan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks sastra untuk mengetahui
strukturnya, untuk kemudian dipergunakan untuk lebih dalam lagi gejala sosial diluar sastra.
Sapardi Djoko juga mengatakan jika karya sastra dinilai sebagai cerminan masyarakat, maka pandangan sosial masyarakat harus diperhitungkan. Dengan
mengetahui latar sosial pengarang maka terjadilah persamaan-persamaan dengan apa yang diungkapkan di dalam karyanya dan juga agar tidak terjebak dalam
subjektivitas yang sangat keras dalam mengungkapkan persepsinya, sebab sastra adalah persepsi seorang pengarang terhadap realitas sosial yang dihadapinya.
2.3 Kehidupan Sosial 2.3.1Interaksi dan Tindakan Sosial