Cuplikan hal.62 Cuplikan hal. 192

Cuplikan ini adalah pernyataan Watanabe terhadap salah satu teman sekelasnya. Berdasarkan konteks cuplikan, Nagasawa sengaja tidak mendengarkan sang dosen dan tidak menyahut ketika dosen memanggil namanya padahal jelas dia berada di dalam ruangan kelas tersebut. Kesengajaan yang dilakukan oleh temannya ini masuk kedalam jenis perilaku menyimpang nonconform juga. Tindakan menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang dalam novel ini tidak selalu merupakan tindakan menyimpang yang di asumsikan sebagai tindak kejahatan besar seperti merampok,membunuh dan lain-lain. Melainkan pula berupa tindakan pelanggaran kecil. Penyimpangan perilaku seperti ini dapat dikatakan sebagai bentuk ketidakpatuhan yang bersifat lebih kepada motivasi diri, kebiasaan dan ketidakpedulian. Tidak ada unsur tertekan ataupun depresi, melainkan condong terhadap ego diri. Jadi amatlah wajar bila perilaku-perilaku menyimpang seperti ini terkadang tidak terlalu dipersoalkan karena tidak terlalu membahayakan

3.4.2 Tindakan yang Antisosial atau Asosial

Tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Di dalam novel “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami terdapat beberapa penyimpangan sosial yang terdapat di dalamnya, seperti seks bebas, mabuk, demonstrasi kampus lebian serta lainnya.

1. Cuplikan hal.62

....Waktu itu aku tidak mempunyai kata-katanya, tetapi setelah mencobanya ternyata memang mudah. Sangking mudahnya, aku jadi kurang bersemangat. Aku dan dia pergi ke Shibuya atau Shinjuku lalu masuk ke bar atau tempat-tempat hiburan tentu saja tempat- tempat yang biasa ia kunjungi , lalu mencari perempuan yang sedang berduaan dunia Universitas Sumatera Utara memang penuh dengan perempuan yang berduaan , lalu mengobrol, minum sake, setelah itu masuk hotel dan berhubungan seks Cuplikan diatas merupakan perilaku yang dilakukan oleh tokoh Watanabe dengan salah seorang temannya yang bernama Nagasawa. Tindakan yang dilakukan kedua tokoh dalam novel “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami ini menegaskan pula dengan perilaku menyimpang asosial atau anti sosial. Dengan status masih mahasiswa, pergi ke tempat hiburan malam dan berhubungan seks jelas melawan segala norma-norma ataupun aturan masyarakat. Analisis: Begitu gambalangnya digambarkan kehidupan sosial yang berkaitan dengan seks bebas serta minum berakohol ini ditangkap oleh sang penulis novel. Disini terlihat respon Watanabe terhadap pengaruh-pengaruh sosial yang terjadi di sekelilingnya. Penyimpangan ini jika di Indonesia termasuk kedalam penyimpangan normatif, didasarkan atas asumsi bahwa penyimpangan yang terjadi merupakan suatu pelanggaran dari suatu norma sosial. Norma dalam hal ini adalah suatu standar tentang “apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakkan atau dilakukan oleh warga masyarakat pada suatu keadaan-keadaan tertentu. Mabuk itu sendiri dalam masyarakat Jepang bukanlah merupakan suatu hal yang ditabuhkan karena sudah menjadi suatu kebiasaan atapun tradisi, terutama sebagai pekerja pelepas stress dan penghilang beban. Sering pula dijadikan suatu tradisi dalam perayaan ataupun pesta. Mungkin pula hal ini lahir dari kekosongan kontrol ataupun kendali sosial.

2. Cuplikan hal. 192

Universitas Sumatera Utara “Kenapa ia bunuh diri, tak seorang pun tahu alasannya. Sama dengan kasus Kizuki. Betul-betul persis. Usianya pun 17 tahun dan sebelumnya tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bunuh diri, tidak ada surat wasiat. Sama, kan? Cuplikan diatas merupakan pernyataan atas bunuh dirinya Naoko di tengah hutan. Dimana dijelaskan Naoko sendiri mengalami gangguan jiwa seperti terbeban berat akan hidup, kurang suka bersosial dan mudah menyerah. Hingga pada suatu hari,ia ditemukan telah mengakhiri hidupnya di tengah hutan. Segala alasan apapun mengenai bunuh diri, bunuh diri tetaplah merupakan tindakan menyimpang. Tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh Naoko termasuk dalam jenis asosial ataupun anti sosial. Bunuh diri atas dasar apapun merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan norma ataupun aturan-aturan masyarakat. Analisis: Dalam kasus ini, bunuh diri merupakan hal yang dapat dikatakan tidak asing lagi dalam kehidupan di Jepang. Tekanan dan tujuan hidup biasanya menjadi alasan yang paling mendasar untuk melakukan hal tersebut. Pada novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami terdapat 3 novel yang meninggal karena bunuh diri, yang dimana menyisakan duka bagi orang yang ditinggalkannya dan tidak sedikit mengubah pola pikir mereka akan kehidupan. Kemungkinan yang mendasari rasa tertekan itu adalah keinginan dan impiann yang tidak terpenuhi, tak jarang pula karena akumulatif perasaan terasingkan dari lingkungan keluarga. Ini jelas menghilangkan motif pada anak untuk selalu berusaha patuh atau berada dalam lingkungan norma keluarga. Akibatnya lebih jauh adalah mereka cenderung untuk menolak dan melawan setiap aturan.

3. Cuplikan hal.292