“Kenapa ia bunuh diri, tak seorang pun tahu alasannya. Sama dengan kasus Kizuki. Betul-betul persis. Usianya pun 17 tahun dan sebelumnya tidak memperlihatkan
tanda-tanda akan bunuh diri, tidak ada surat wasiat. Sama, kan?
Cuplikan diatas merupakan pernyataan atas bunuh dirinya Naoko di tengah hutan. Dimana dijelaskan Naoko sendiri mengalami gangguan jiwa seperti terbeban
berat akan hidup, kurang suka bersosial dan mudah menyerah. Hingga pada suatu hari,ia ditemukan telah mengakhiri hidupnya di tengah hutan. Segala alasan apapun
mengenai bunuh diri, bunuh diri tetaplah merupakan tindakan menyimpang. Tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh Naoko termasuk dalam jenis asosial
ataupun anti sosial. Bunuh diri atas dasar apapun merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan norma ataupun aturan-aturan masyarakat.
Analisis:
Dalam kasus ini, bunuh diri merupakan hal yang dapat dikatakan tidak asing lagi dalam kehidupan di Jepang. Tekanan dan tujuan hidup biasanya menjadi alasan
yang paling mendasar untuk melakukan hal tersebut. Pada novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami terdapat 3 novel yang meninggal karena bunuh diri, yang
dimana menyisakan duka bagi orang yang ditinggalkannya dan tidak sedikit mengubah pola pikir mereka akan kehidupan.
Kemungkinan yang mendasari rasa tertekan itu adalah keinginan dan impiann yang tidak terpenuhi, tak jarang pula karena akumulatif perasaan terasingkan dari
lingkungan keluarga. Ini jelas menghilangkan motif pada anak untuk selalu berusaha patuh atau berada dalam lingkungan norma keluarga. Akibatnya lebih jauh adalah
mereka cenderung untuk menolak dan melawan setiap aturan.
3. Cuplikan hal.292
Universitas Sumatera Utara
.....Tak ingin minum beer bersama? Sekedar menghabiskan malam itu bukanlah hal yang sulit, jikalau kita berdua bisa lakukan bu, respon Nagasawa . “Ibu lesbian.
Betul. Mau bagaimanapun menutupinya sampai matipun ibu tetap lesbian.”....
Cuplikan diatas adalah percakapan antar seorang guru terhadap muridnya Nagasawa teman asrama Watanabe. Pada saat itu, dalam pembicaraan yang cukup
serius, terdapat penyimpangan sosial yang pertama yakni sang guru memberitahukan bahwa ia adalah penyuka sesama jenis,sehingga walau bagaimanapun sang murid
menggodanya, ia akan tetap penyuka sesama jenis. Pernyataan yang dilemparkan sang guru,jelas termasuk kedalam jenis tindakan menyimpang asosial atau anti sosial.
Terdapat juga penyimpangan yang kedua yakni, sang murid Nagasawa yang menggoda sang guru, mengajak minum beer dan menghabiskan malam. Dari
pernyataan cuplikan diatas, perkataan sang murid jelas sudah menyimpang bagaimana mungkin seorang murid menggoda gurunya sendiri.
Analisis:
Hidup seperti ini akhirnya menggiring manusia ke dalam jurang kehausan jiwanya. Seperti banyak yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel “Norwegian
Wood” karya Haruki Murakami , kehausan yang bertanya akan keberadaan dirinya. Di satu sisi bisa saja dia menemukan dirinya sebagai satu unit sederhana, sepotong
icon dalam relasi budaya yang tercipta. Atau juga kesadaran bahwa ia bukan hasil dari suatu esensi kepribadian, melainkan suatu proses terus-menerus yang dikonstruksikan
dalam masyarakat. Hal ini dimana menunjukan peran kelompok dalam pembentukan kepribadian
merupakan hal yang mendasar. Contoh kecil lainnya ; kelompok keluarga yang menurunkan nilai-nilai dan pola-pola pandangan hidup. Setidaknya sebagai pondasi
Universitas Sumatera Utara
awalmeskipun pada akhirnya nanti terjadi proses pencampuran apa yang diterima dari luar dan keluarga.
Segala sesuatu yang menjadi faktor umum tentu saja tidak akan berarti tanpa adanya faktor penerimaan dari individu yang bersangkutan. Dan semua hal yang
dilakukan oleh individu sebenarnya bergantung pada sebuah nilai. Didalam masyarakat yang terus berkembang, nilaipun secara beriringan pun turut berubah.
Pergeseran nilai dalam bentuk ini juga mempengaruhi pola pikir, eksistensi diri serta jalan hidup seseorang. Lewat proses-proses sosialisasi individu-individu masyarakat
belajar memahami dan mengetahui tingkah. Artinya hanya lewat proses sosialisasi itulah, seseorang dapat menerima,memilah, dan membentuk dirinya sendiri. Pertama-
tama diaaktif menginterpretasikan makna dari apa-apa yang disampaikan kepadanya, atau apa apa makna yang dia saksikan atau hayati. Pada langkah selanjutnya dia aktif
meresapkan dan mengorganisir hasil interpretasinya itu ke dalam ingatan,perasaan dan batinnya hingga pada perilaku.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Setelah membahas mengenai tokoh utama Watanabe dan kehidupannya dalam skripsi yang berjudul “Analisis Sosiologis Kehidupan Sosial tokoh Watanabe dalam novel
Norwegian Wood karya Haruki Murakami, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Novel Norwegian Wood merupakan hasil karya Haruki Murakami yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan sosial yang dilakukan oleh tokoh Watanabe. Dimana
kehidupan sosial didalamnya sama seperti kehidupan anak muda lainnya. Mabuk- mabukkan, cabut pelajaran, tidak menjaga kebersihan asrama, segala tindakan
menyimpang seperti nonconform dan asosial yang terdapat dalam kehidupan sosial tokoh Watanabe. Hubungan interaksi antara Watanabe dengan teman dekatnya,
dengan sahabat-sahabatnya mulai dari yang menjalin hubungan akrab hingga tidak, yang dimana membuat warna dalam hari-hari kehidupan Watanabe.
2. Tokoh dalam novel dapat menjadi sebuah pelajaran tentang kehidupan sosial yang
seiring terjadi. Tokoh Watanabe yang dimana mengalami banyak fase sulit. Kematian sahabat, teman dekat, kisah cinta yang gagal bukan menjadikan dia sama seperti
teman-temanya yang bunuh diri di akhirnya, malahan sang tokoh Watanabe tetap melanjutkan hidupnya dan mengubur masa lalunya yang kelam. Walau dia terikut
dalam penyimpangan sosial yang ada di dalam novel tetapi dia masih mampu untuk mengontrol dirinya untuk tidak sampai melakukan tahap penyimpangan asosial
seperti bunuh diri ;layaknya yang lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang baik