commit to user 7
dari pihak sekolah ke orang tua murid mengakibatkan keadaan tersebut tidak dapat dicegah secara dini. Jika hal ini tidak segera diatasi akan mempengaruhi
pencapaian tujuan belajar mengajar secara menyeluruh. Permasalahan-permasalahan
yang telah
dikemukakan di
atas melatarbelakangi judul ”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain
Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”. Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual
Games Dan Groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara
individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar ?
2. Adakah perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara
kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun? 3.
Adakah pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar?
commit to user 8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan
gerak dasar, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui : 1.
Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
2. Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok
umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun. 3.
Pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat : 1.
Secara teoritik untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel- variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
meningkatkan kemampuan gerak dasar. 2.
Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
3. Sebagai masukan bagi guru penjaskes di SD Muhammadiyah Program Khusus
Surakarta untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.
commit to user
9
aBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. KAJIAN TEORI
1. Perkembangan dan Belajar Gerak
Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil
apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian
selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang
menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa. Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti
berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula Gagne dalam Brophy 1990 : 129, mengemukakan bahwa “ Hirarki belajar adalah
dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks “. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : 1 Belajar
signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya menyiapkan kelas dengan bunyi bel. 2 Belajar respon stimulus yaitu belajar
suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan 3 Belajar diskriminasi
yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama supaya
mempunyai respon
pada perbedaan
ciri individu,
misalnya mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat
commit to user 10
ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan
guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif. Piaget dalam Brophy 1990:134 menyatakan dalam pembelajaran gerak
disebut “ Skema Sensor Motorik ” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan
gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang
korektif. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams 1991:134 bahwa “ Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan
balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya “. Pada pembelajaran keterampilan gerak
penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif.
Menurut Winarno Surakhmad 1992:24 bahwa “ Metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh
pengertian yang mendalam dari guru akan memperbesar minat belajar murid- murid, sehingga mempertinggi hasil belajar ”
.
Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari
bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar
commit to user 11
secara optimal yang berupa perubahan-perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak
dasar yang berbeda. Nana Sudjana 2000:25 menyatakan bahwa “ Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru “. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : a proses belajar-mengajar
yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. b program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. c
Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan
kegiatan-belajar, d
pembentukan kompetensi
profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi
penyampaiannya. e pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan
dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, f kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan
kompetensi, g materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang. Pendidikan jasmani adalah disiplin akademik yang bersifat
interdisipliner
pengembangannya sangat bergantung dari ilmu yang menyangga psikologi, kesehatan. filsafat, pendidikan, pengajaran dan sebagainya. Untuk dapat
mengembangkan pendidikan jasmani sebagai disiplin, prasyarat mutlak yang harus dilaksanakan adalah insan akademik pendidikan jasmani untuk
mengeksplorasi ilmu-ilmu penyangganya, tanpa menguasai ilmu penyangga pendidikan jasmani akan semakin jauh tertinggal, karena pengembangan konsep
commit to user 12
dan teori ilmu penyangganya maju dengan pesat. Ilmu pengajaran merupakan salah satu penyangga pendidikan jasmani, baik teoritis maupun praktis.
Pengajaran pendidikan jasmani tidak akan berkembang tanpa mengikuti perkembangan ilmu pengajaran. Demikian pula ilmu pengajaran itu tidak akan
berkembang tanpa mengikuti perkembangan teori belajar. Menurut Gagne dalam Sugiyanto 1998:267, bahwa “ belajar adalah suatu
perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan “. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Toeti Soekamto 1992:71, bahwa “ Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting di dalamnya
meliputi pemilihan metode mengajar yang dipakai, sumber belajar yang dipakai, harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai ”. Oleh karena kompleksitas
pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan akademiknya
mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya. Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut Magill 1980:8 adalah “ Perubahan dari individu yang didasarkan dari
perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek ”. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak
keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya,
kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali. Dalam
commit to user 13
menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas
gerak tertentu. Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya. Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif
Guiford dalam Magill l980:2, menamakan “
intelectual activities
” yaitu “ kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir ”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
commit to user 14
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:201, bahwa “ Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia dewasa “. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.
Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak. Sumber. Pate, Rotclla dan McClenaghan 1993:202
commit to user 15
Perkembangan gerak adalah suatu proses yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dimana secara bertahap dan bersinambung gerakan individu
meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi dan tidak trampil ke arah penampilan gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada
akhirnya ke arah penurunan ketrampilan menyertai terjadinya proses menua. Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap pra-
keterampilan dan tahap perbaikan keterampilan. Dalam masing-masing tahap terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam
menggambarkan pengamatan tingkah laku. Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira
pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan
masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini
pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa
tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak. Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik
penggabungan sensor dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit yang paling sederhana dan otot neoromuskular.
Menurut Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:203, bahwa “ Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang
mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut-
commit to user 16
serabut otot ”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam
olahraga. Misalnya penjaga belakang
catcher
baseball harus melihat bola yang masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip.
Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang
makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar
bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan
gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk
menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal
masa anak-anak usia 2 – 8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak
selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-
anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat
tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak. Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk
menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
commit to user 17
memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:204
bahwa “ Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan ”.
Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat
mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus
diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok
bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang
sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi
pada kegiatan olahraga. Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
commit to user 18
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari. Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993;205 menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil
bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang
membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993 : 205 menandai tiga langkah dalam
perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya
diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan
kepadanya Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam
bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya
commit to user 19
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak
yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi
penampilannya. Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang
banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam
mengajar teknik ketrampilan melempar sebuah objek misalnya, bola dari bawah, samping atau atas secara bertahap berkembang dan kemudian di gunakan
dalam berbagai ketrampilan olahraga dan rekreasi. Tujuan guru memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam pertandingan yang sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks. Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja
memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada
commit to user 20
aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan sebagai suatu prestasi yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar
nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan
McClenaghan 1993:205 menunjukkan bagaimana mengubah satu variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan seorang
pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang
tampak sebelum memulai gerakan. Hal ini dapat di lihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tahap Penampilan Keterampilan. Sumber Pate, Rotella dan McClenaghan. 1993:206
Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi
fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih
berkaitan dengan rekreasi. Seseorang yang telah berpartisipasi dalam kegiatan
commit to user 21
olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan
olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu
olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia
25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan
gerak. Menurut Scmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan 1993:207 bahwa “ Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga
yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan
bertambahnya umur ”.
2. Pendekatan Pembelajaran Bermain
Pembelajaran menurut Buku Diknas 2003: 7 mendefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didikpembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didikpembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Dengan demikian jika pembelajaran dipandang sebagi suatu sistem, berati pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaranalat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran misalnya layanan remedial.
commit to user 22
Sebaliknya bila pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar berikut penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Pendekatan menurut Buku Diknas 2003: 9 merupakan suatu rangkaian
tindakan yang terpola atau terorganisir berdasar prinsip-prinsip tertentu misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis yang
terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah
terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir dapan berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan dan teratasinya suatau masalah.
Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah anak mampu secara tepat menguasai
dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu
menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan
secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi
guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar maupun pendekatan pembelajaran berdasakan materi yang menjadi bahan pembelajaran.
commit to user 23
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, menurut Wina Senjaya
http:smacepiring.wordpress.com
2008 ”Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran”, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: 1 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
student centered approach
dan 2 pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
teacher centered approach
. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Ada empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil
out put
dan sasaran target yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama
basic way
yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah
steps
yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
commit to user 24
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan ukuran
standard untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
achievement
usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1 Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3 Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran. 4
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu Wina Senjaya http:smacepiring.wordpress.com
2008
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1
exposition-discovery learning
dan 2
group-individual learning
. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
commit to user 25
Strategi pembelajaran
sifatnya masih
konseptual dan
untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something
” sedangkan metode adalah “
a way in achieving something
”. Jadi, metode
pembelajaran dapat
diartikan sebagai
cara yang
digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bermain
play
adalah suatu kegiatan yang bentuknya sederhana dan menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak siswa. Hal ini
dapat dilihat pada waktu bel istirahat berbunyi atau bel berakhirnya pelajaran, para siswa langsung berebut keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah,
mereka berlari
berkejar-kejaran, berjingkrak-jingkrak,
melompat-lompat, melempar-lempar, dan lain-lain. Bermain yang dilakukan tertata, mempunyai
manfaat yang besar bagi siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina
hubungan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan. Bermain adalah kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa, kecuali sebagai
luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau menirukan peran. Dengan kata lain aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di
dalamnya. Menurut Rusli Lutan 2001: 31 Memaparkan karakteristik “ bermain sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela ”. Bermain itu sendiri
hakikatnya bukanlah suatu kesungguhan tetapi bersamaan dengan itu pula, kita melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika
commit to user 26
sedang bermain. Menurut Sukintaka 1992: 2 “ Apabila bermain bertujuan untuk memperoleh uang atau perbaikan rekor maka bukan merupakan bermain lagi ”.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam bermain merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh tetapi
bermain bukan suatu kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan karena bermain itu sendiri, bukan suatu yang terdapat di luar bermain.
Bermain senantiasa melibatkan perasaan atau emosi kita, melibatkan pikiran atau panca indera kita yang pasti bermain mendatangkan suka cita dan
kegembiraan sebagai pelepas dari banyaknya rutinitas, sehingga bermain pada anak berlangsung dengan tidak sungguh-sungguh. Akan tetapi bersamaan itu pula,
kita melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika sedang bermain.
Berkaitan dengan tujuan bermain, Gusril dalam desertasinya tahun 2004, menyimpulkan bahwa tujuan anak-anak dalam melakukan permainan dapat
ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: 1 aspek kognitif antara lain menambah wawasan bermain, melatih pola berfikir; 2 aspek psikomotorik antara
lain: terampil dalam bermain, melatih fisik; 3 menyenangkan hati; dan 4 aspek sosial antara lain: menambah pergaulan dan keakraban, rekreasi dan agar tidak
dihina. Selain itu, perasaan anak sewaktu dan sesudah melakukan bermain antara lain: merasa senang, gembira, bugar, dan bersemangat. Lebih lanjut Gusril
menyatakan terdapat hubungan antara aktivitas bermain dengan kemampuan motorik siswa SD Negeri Kota Padang. Dalam artian, semakin tinggi aktivitas
commit to user 27
bermain yang mengeluarkan energi yang cukup, berguna untuk kesehatan dan pertumbuhan.
Ada beberapa keuntungan yang diperolah dari aktivitas bermain bagi anak- anak sebagai berikut: 1 mengubah ekstra energi, 2 mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh begian tubuh seperti tulang, otot, dan organ-organ, 3 dapat meningkatkan nafsu makan anak, 4 anak belajar mengontrol diri, 5
berkembangnya berbagai keterampilan yang berguna sepanjang hidupnya, 6 meningkatkan daya kreativitas, 7 mendapat kesempatan menemukan arti benda-
benda yang ada di sekitar anak, 8 merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran diri, iri hati, dan kedukaan, 9 kesempatan untuk bergaul dengan anak
lainnya, 10 kesempatan menjadi pihak yang kalah atau menang di dalam bermain, 11 kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan, dan 12 dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktifitas bermain adalah: 1 ekstra energi, 2 waktu yang
cukup untuk bermain, 3 alat permainan, 4 ruangan untuk bermain, 5 pengetahuan cara bermain, dan 6 teman bermain.
Sedangkan M. Furqon H. 2008: 4 berpendapat, “ Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga
menemukan sesuatu dari pengalaman bermain ”. Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikonstruksi dalam bentuk bermain menuntut siswa untuk mandiri
dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam permainan. Dalam pendekatan bermain siswa dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu
permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah
commit to user 28
mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman 2000: 35-36
menyatakan: Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan
disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:
a
Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang
dilakukannya.
b Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.
c Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan
lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain.
Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam pembelajaran bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang
diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama
bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan skil yang salah, sehingga
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Aktivitas bermain sering diidentikkan dengan dunia anak-anak, sebab anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya
untuk bermain. Akan tetapi, permainan atau bermain sering dimaksudkan dengan suatu aktivitas yang bernada negatif kurang berarti setidaknya dilihat dari fungsi
seperti kegiatan bernuansa canda, senda gurau dan lebih jauhnya tidak serius, tidak sungguh-sungguh, menghamburkan waktu efektif yang mengarah pada suatu
aktivitas atau kegiatan yang tidak berguna. Padahal secara tidak langsung, anak akan memulai kegiatan belajar salah satunya melalui aktivitas bermain. Yudha M
commit to user 29
Saputra 2001: 6 berpendapat bahwa, ” bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, pengalaman itu bisa berupa membina
hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan ”. Ahli lain menyatakan, kegiatan bermain bukan hanya sekedar pengisi waktu luang,
tetapi menjadi suatu kebutuhan. Apabila kebebasan bermain tersebut atau spontanitasnya ditunda, maka di masa selanjutnya daya kreatif, imajinasi bahkan
kemampuan belajar anak akan mengalami hambatan. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, bermain
bukanlah suatu perbuatan ataupun aktivitas yang melulu merugikan bagi yang melakukannya, tetapi dapat dipandang juga sebagai suatu media ataupun alat yang
kaya akan imajinasi dan kreatifitas. Secara tidak langsung wahana bermain dapat memberikan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan segala unsur
kesenangan, motivasi, rasa ingin tahu, minat ataupun simulasi,
modelling
,
problem solving
, dan lain-lain. Aktivitas yang kita namakan bermain itu sebenarnya adalah media belajar
bagi anak-anak, hanya penafsirannya saja yang berbeda. Untuk itu, mengapa kita harus melarang bermain pada anak, sedangkan kegiatan yang kita namakan
bermain itu sebenarnya merupakan media belajar buat mereka. Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan
masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai
pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. 2008: 7-9 menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu:
commit to user 30
a. Pengembangan keterampilan gerak
Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang
kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari, lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki
keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena
itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak.
b. Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani
Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan
kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah
dan lain-lain.
c. Dorongan berkomunikasi
Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat
bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling
memahami dan dipahami di antara teman bermain.
d. Penyaluran energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas
anak. e.
Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain
atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali
dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.
f. Sumber belajar
Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan
untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.
g. Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam
bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa
untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
h. Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak
untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.
commit to user 31
i. Belajar bermasyarakat
Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang tbagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan
memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut. j.
Perkembangan kepribadian Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih
disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain,
secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.
Permainan adalah bagian dari bermain yang mempunyai metode atau cara tertentu sesuai situasi, dan memiliki peraturan-peraturan yang tidak boleh
dilanggar. Dalam permainan terdapat semangat keberanian, ketangguhan dan kejujuran pemain. Menurut Huizinga, Roger Caillois dalam Rusli Lutan 2001:
33 membagi permainan
games
secara umum menjadi 4 kategori utama yaitu : a
Agon – permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan
sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras.
b Alea – permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau
hukum peluang seperti dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Sementara kemampuan otot tidak diperlukan.
c Mimikri – permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan
kesungguhan. d
Illinx – mencakup permainan yang mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari keadaan
diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung.
Permainan tidak hanya populer di program sekolah dan kegiatan rekreasi, tetapi juga populer di masyarakat luas. Permainan dapat dilakukan dan sesuai
dengan semua orang. Permainan dapat dilakukan mulai dari anak bayi sampai orang usia lanjut, laki-laki maupun perempuan, di kota maupun di desa, di dalam
ruangan maupun di luar ruangan, dapat menggunakan alat maupun tidak, dan lain- lain. Permainan memiliki makna penting dalam program pendidikan jasmani. Hal
ini bukan hanya popularitasnya bagi anak sepanjang usia, namun juga memiliki
commit to user 32
potensi nilai yang menyeluruh. Sebagai bagian integral dari program pendidikan jasmani, permainan memerlukan kajian dan pengembangan yang cermat, terutama
kaitannya dengan upaya mendidik anak. Anak dapat menciptakan dan memodifikasi permainan untuk memenuhi
kebutuhannya. Melalui pengalaman-pengalaman ini anak dapat belajar tentang komponen permainan dan cara mengubah serta memodifikasi komponen-
komponen tersebut dengan cara-cara tertentu. Guru harus memandang permainan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi yang berharga pada
perkembangan total anak. Melalui permainan, anak dapat memiliki pengalaman sukses dan berprestasi. Di samping itu, beberapa tujuan sosial dapat dicapai
melalui permainan, seperti ketrampilan sosial, menerima aturan, dan pemahaman yang lebih baik pada dirinya dalam situasi kompetitif dan kooperatif.
Permainan merupakan suatu laboratorium di mana anak dapat menerapkan ketrampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat. Banyak permainan yang
dapat membantu mengembangkan kelompok otot-otot besar dan dapat meningkatkan kemampuan berlari, lari berbelok-belok, mulai dan berhenti berlari
di bawah kontrol dengan berbagai kesempatan dengan teman yang lain. Perkembangan kognitif juga di tingkatkan karena anak belajar memahami dan
mengikuti aturan. Dengan menerapkan strategi di dalam permainan, anak juga belajar tentang pentingnya ketajaman perhatian dan keterlibatan aspek mental.
Permainan tampaknya merupakan pokok bahasan yang mudah diajarkan, karena permainan hanya memerlukan sedikit intervensi dari guru, kecuali untuk
mengatasi kesulitan atau karena alasan-alasan tertentu. Dalam mengajar
commit to user 33
permainan perlu memperhatikan dan menciptakan berbagai variasi kesempatan belajar, termasuk mengembangkan ketrampilan gerak anak. Di dalam program
semacam ini anak akan memperoleh suatu landasan ketrampilan gerak yang memungkinkan anak berpartisipasi dengan baik. Jika anak telah memperoleh
prasyarat ketrampilan permainan maka olahraga menjadi suatu alternatif pengisi waktu luang yang menarik dalam kehidupan anak. Namun olahraga yang
menumbuhkan tingkat penguasaan tehnik yang tinggi belum sesuai untuk kebanyakan anak.
Anak dapat dibantu mempelajari banyak hal melaui bermain
play
dan permainan
game
, tetapi jika anak tidak merasa senang melakukannya, maka permainan tersebut tidak banyak artinya. Semua anak harus memiliki kesempatan
untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan. Permainan memiliki nilai rekreatif yang baik, memberikan kesempatan jasmani, dan memberikan jalan keluar yang
diperlukan untuk kegembiraan yang alami. Permainan merupakan alat yang sangat baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturan-
aturan tertentu yang harus diikuti oleh semua anak. Jika permainan menjadi lebih terorganisasi dan aturan-aturan dapat diterapkan, maka anak belajar memodifikasi
perilakunya untuk menghormati yang lain dan mematuhi batas-batas sosial. Jika anak matang, ia makin sadar mengenai kebutuhan kerja tim. Beberapa permainan
yang lebih kompleks memerlukan kerja secara kognitif untuk mengembangkan strategi yang sederhana.
Permainan tidak secara
inherent
melekat suatu kesenangan. Permainan harus diajarkan dalam suasana yang membuat anak percaya bahwa dengan
commit to user 34
partisipasi penuh anak sangat diperlukan dalam permainan tersebut, jika anak tersisih karena ketrampilannya jelek maka permainan akan menjadi suatu
pengalaman yang tidak menyenangkan. Anak sangat menyenangi permainan jika anak telah menguasai ketrampilan permainan dan mempelajari aturan-aturan yang
penting. Oleh karena itu, tiap permainan yang diajarkan harus memberikan sumbangan pada beberapa tujuan. Permainan dapat memainkan peran yang
penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program pengembangan
gerak. Seringkali guna memberikan permainan untuk menumbuhkan kesenangan anak atau menguatkan ketrampilan sosial tertentu. Meskipun hal ini memiliki
tujuan yang bermanfaat, maka permainan harus tidak dipandang sebagai tujuan utama, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika permainan memiliki berbagai nilai yang nyata, maka juga harus ditinjau dari perspektif perkembangan anak. Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa anak usia sekolah dasar dalam taraf pengembangan gerak dasar. Oleh karena itu, permainan harus secara berhati-hati dipilih dan
diimplementasikan dengan mengkaitkan kemampuan gerak lokomotor, manipulasi dan stabilitas.
a. Pendekatan pembelajaran bermain
Individual games
Permainan perorangan
Permainan perorangan
individual games
merupakan salah satu bentuk model pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang
didalamnya terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun
commit to user 35
juga. Dalam permainan perorangan tidak terlepas dari karateristik individu pemain karena dalam permainan tersebut pelaku melakukannya tanpa bantuan orang lain.
Setiap individu memiliki kualitas diri dan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi
yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan gerak tertentu. Namun sebenarnya bahwa pencapaian hasil prestasi belajar bukan karena
dipengaruhi oleh sifat bawaan seperti di atas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perbedaan kemampuan terjadi terutama karena kualitas fisik
yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas fisik terjadi karena pengalaman setiap orang berbeda-beda.
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang
istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya, malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang
lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan:
pertama menyimpang
dari norma
kolektif kehilangan
commit to user 36
individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat.
1 Karakteristik permainan perorangan Permainan perorangan adalah permainan yang lebih menonjolkan kegiatan
individu atau perorangan. Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya
tidak terbagi. Permainan perorangan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
permainan perorangan sendirian dan permainan perorangan yang berhubungan. Permainan perorangan sendirian, seorang pemain hanya bermain seorang diri saja
sendirian ia aktif, ia bergerak sendiri, ia tidak membutuhkan pemain lain, ia tidak mempunyai kaitan apa-apa dengannya.
Sebaliknya permainan perorangan yang berhubungan, pemain satu dengan pemain lain saling berhubungan, dan saling berkaitan. Para pemain diikat oleh
jenis permainan yang memaksa mereka bersaing, berkompetisi, dalam permainan ini pemain saling membutuhkan. Akan tetapi bukan untuk kerjasama melainkan
untuk menjadi lawan yang harus dikalahkan atau ditaklukkan. Oleh karena itu jenis permainan ini membutuhkan pemain lebih dari satu orang. Permainan
perorangan dapat dilakukan dalam ruangan maupun luar ruangan. 2 Kelebihan dan kekurangan permainan perorangan
Pada dasarnya permainan perorangan merupakan jenis permainan yang menonjolkan kegiatan individu. Siswa diberi kebebasan untuk melakukan gerakan
tanpa bantuan dari teman atau orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka permainan perorangan memiliki kelebihan diantaranya :
commit to user 37
a Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar berasal dari diri sendiri
bukan bantuan yang lain. b
Meningkatkan kemandirian siswa. c
Kondisi fisik anak lebih baik, karena kesempatan mengulang aktivitas lebih banyak.
d Terjadinya kompetisi yang lebih ketat dan seimbang, karena pemain satu
melawan satu pemain yang lain. Disamping kelebihan di atas permainan perorangan juga memiliki
kelemahan yaitu : a
Siswa kurang memiliki semangat dalam melakukan permainan. b
Beban tugas yang harus ditanggung sendiri setiap individu terkadang dirasa memberatkan.
c Peningkatan hasil permainan perorangan terhadap tingkat kemampuan
gerak dasar dirasa tidak merata tergantung daripada individu sendiri.
b. Pendekatan pembelajaran bermain
Groups games
Permainan beregu
Permainan beregu
groups games
merupakan bentuk lain dari model pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang didalamnya
juga terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun juga. Permainan beregu erat kaitannya dengan karakteristik kelompok karena dalam
bermain secara beregu membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok. Manusia di dunia tidak ada satupun yang dalam melaksanakan tugas sehari-hari
tanpa bantuan orang lain. Tidak hanya itu saja bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari pun perlu mengadakan hubungan dengan orang lain.
commit to user 38
Oleh karena itu manusia harus berkelompok yang pada akhirnya berorganisasi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena pada hakekatnya
menusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Suatu kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang saling berinteraksi sedemikian rupa dimana
setiap orang mempengaruhi dan terpengaruh oleh lainnya. Kiranya jelas bahwa kelompok adalah kumpulan beberapa orang atau
benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya berintegrasi satu sama lain dapat
menimbulkan kerjasama yang baik tetapi dapat pula melahirkan perbedaan dan
pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah bercerai berai. Seperti
diketahui bahwa salah satu ciri manusia adalah hidup berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan biologis, ekonomis maupun
kebutuhan penting lainnya. Kerja sama kelompok
team building
sangat bagus untuk melatih peserta bekerja sama dalam memecahkan masalah, melatih kekompakan tim, membangun
kepemimpinan
leadership
, berempati terhadap orang lain, belajar bertanggung jawab dalam setiap tindakan, dan lain-lain. Kerja sama kelompok tidak akan
solid
kokoh tanpa adanya persaingan dari groupnya. Oleh karena itu, dengan ditumbuhkannya suasana kompetitif antar kelompok maka akan muncul naluri
untuk bersaing dalam hal positif. Untuk itu, banyak di antara permainannya dibuatkan simulasi lomba. Kelompok juga berfungsi untuk memberikan adanya
suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerjasama manusia. Selain itu kelompok juga bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah
commit to user 39
sesuai keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : 1 Faktor internal dianggap sebagai
unsur penting. Karena manusia mempunyai kepentingan, kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat
kelompok itu dinamis. 2 Faktor eksternal atau lingkungan yang sering mempengaruhi kelompok harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Dapat dipahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut diatas sangat mempengaruhi kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok
tersebut harus senantiasa menyesuaikan diri dimana kelompok itu berada. 1 Karakteristik permainan beregu
Permainan beregu adalah permainan yang dimana setiap pesertanya harus menjadi bagian sebuah regu. Jumlah anggota regu tergantung dari jenis permainan
yang hendak dimainkan. Permainan beregu sangat mengutamakan kekompakan dan kerja sama antara anggota regu atau kelompok. Oleh karena itu tujuan utama
permainan beregu selain untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan gerak dasar tetapi juga untuk memupuk rasa kebersamaan dan keakraban itu akan
menjadi bagian hidup yang dapat diterapkan sehari-hari. Tujuan lain dari permainan ini yaitu untuk mengakrabkan suasana, menumbuhkan persaingan yang
sehat dan memupuk semangat perjuangan. Khusus yang bagian terakhir ini sangat penting, karena bagi setiap orang khususnya anak-anak dan pemuda kegembiraan
hidup dan kedewasaan diperoleh justru melalui perjuangan. Hidup berarti siap untuk menghadapi berbagai tantangan. Oleh karena itu hidup adalah proses
perjuangan yang membutuhkan berbagai keputusan yang cepat, cermat dan akurat.
commit to user 40
2 Kelebihan dan kekurangan permainan beregu. Perlu disadari, bahwa setiap permainan itu memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berdasarkan pengertian permainan beregu dan karakteristik kelompok, maka dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahan permainan
beregu. Permainan beregu memiliki kelebihan antara lain : a
Untuk membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok, sehingga timbul rasa saling menghargai,
saling keterbukaan dan saling toleransi. b
Untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam rangka mencapai tujuan
bersama. c
Memberi motivasi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang benar dan sungguh-sungguh.
d Peningkatan hasil belajar dapat dirasakan serempak, sehingga siswa dapat
merasakan bersama dampak permainan beregu terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
Disamping kelebihan di atas, permainan beregu juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya :
a Apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukainya maka akan timbul
perpecahan, sehingga tidak terjadi kekompakan. b
Beban kekuatan tergantung kekompakan dari kelompoknya. c
Apabila ada salah satu siswa melakukan kesalahan maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapatkan hukuman.
commit to user 41
3. Kelompok Umur
Kedudukan siswa dalam proses pembelajaran itu hakiki. Karena mereka belajar dan aktif, maka dapat dipandang sebagai subyek atau pelaku proses
belajar. Apapun yang diberikan guru bagi siswanya tidak akan berhasil apabila siswa itu sendiri tidak mau dan mampu mengadakan perubahan pada dirinya.
Proses belajar itu tidak terjadi pada diri siswa. Siswa itu tidak hanya pasif menerima, menyesuaikan atau mengulang apa yang diberlakukan atas dirinya.
Siswa hendaknya dipandang sebagai suatu individu yang unik, bukan orang dewasa dalam format kecil. Dalam diri siswa itu terdapat potensi untuk
tumbuh dan berkembang, ada daya pengendalian dan pengarahan dirinya siswa itu mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dirinya. Dengan
sendirinya ia mengetahui kebutuhan belajarnya. Dengan demikian, siswa inilah yang berwenang mengambil keputusan dalam segala hal yang bersangkutan
dengan proses belajar-mengajar. Siswalah yang seharusnya menetapkan cara, bahan, tempat dan tingkat hasil belajarnya.
Prinsip ini juga berlandaskan pada kenyataan bahwa anak sebagai individu di samping mempunyai sifat yang universal, terdapat juga perbedaan yang berarti.
Drowatzky 1975 : 53, menyatakan bahwa : “ Perbedaan individu itu dipengaruhi oleh bentuk badan dan watak, pola pertumbuhan, latar belakang pengalaman dan
prestasi serta kapasitas fisik ”. Bentuk badan dan watak setiap anak mempunyai bentuk badan dan watak
yang lebih cocok untuk suatu cabang olahraga dari pada cabang olahraga yang lain. Setiap bentuk badan mempunyai suatu karakteristik yang mempermudah
commit to user 42
keikutsertaannya dalam suatu cabang olahraga tertentu. Watak seseorang akan lebih cocok untuk suatu kedudukan dalam tim atau olahraga dari pada tim atau
olahraga lain. Sifat pasif, agresif, keras dan sosialitas seseorang menentukan kedudukannya dan peranannya dalam kegiatan olahraga atau program pendidikan
jasmani. Setiap anak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan pola
pertumbuhan anak yang lain. Karakteristik usia yang umum memang ada, tetapi variasi dari karakteristik umum pada setiap anak itu nampak nyata. Setiap anak
mempunyai tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Latar belakang pengalaman dan prestasi siswa itu berbeda-beda. Mobilitas siswa pada saat ini
sangat tinggi sehingga saat ini jarang ada siswa yang mempunyai latar belakang geografis, sosial dan ekonomi yang sama. Mereka yang hidup dekat waduk,
danau, atau laut atau mempunyai pengalaman dan prestasi yang banyak dalam olahraga air. Anak yang hidup di gunung dan padang pasir mempunyai
pengalaman yang kurang sehubungan dengan olahraga air ini. Kapasitas fisik untuk bergerak, termasuk di dalamnya kardiovaskuler dan ketahanan otot
mempengaruhi juga kapasitas respiratori. Kapasitas ini mempengaruhi kemampuan maksimum. Akibatnya kemampuan maksimum setiap anak akan
berbeda-beda. Prestasi di bidang olahraga tidak dapat dicapai dalam satu atau dua hari,
tetapi memerlukan waktu yang lama guna proses pembinaan dan latihan serta harus dimulai pada usia muda. Siregar 1975 : 11, menyatakan bahwa : “
Pembinaan harus
bertujuan untuk
pertumbuhan secara
keseluruhan,
commit to user 43
pengembangan kemampuan gerak dasar, prinsip-prinsip dasar teknik dan bukan semata-mata latihan yang mempersiapkan alat-alat tubuh untuk kerja keras ”.
Anak-anak umur 6 tahun sampai 12 tahun mempunyai pertumbuhan yang relatif lambat tetapi teratur dan berakhir dengan pertumbuhan yang cepat di masa
remaja. Mereka sangat memerlukan berbagai macam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan ketangkasan. Periode ini merupakan perubahan bagi anak-anak
dari lingkungan rumah menuju lingkungan sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial yang terbatas. Ciri-ciri khas yang dapat dilihat dari mereka ialah bahwa
ingin belajar sesuatu dengan cepat, adanya dorongan untuk berkelompok, keinginan mereka untuk bermain-main, mengerjakan sesuatu dan meningkatkan
keterampilan. Pertumbuhan yang lambat dan teratur pada periode ini merupakan salah
satu faktor yang penting dalam usaha pengembangan fungsi gerak dan koordinasi. Sebagian besar tenaga anak-anak dapat ditujukan langsung guna penyempurnaan
pola dasar gerak yang telah ditetapkan selama periode ini sebagai adaptasi dan modifikasi guna menghadapi berbagai tugas dan peningkatan situasi.
Pada hakekatnya proses pembinaan pada usia muda memberikan dasar yang baik dan benar, kemudian meningkat sesuai dengan peningkatan umur guna
mencapai prestasi optimal dalam olahraga. Hal ini sesuai pendapat Annarino, et al 1980:146, yaitu; “ Anak usia Sekolah Dasar merupakan usia yang paling sesuai
guna pencapaian ketangkasan dasar olahraga, baik untuk anak-anak putera maupun puteri ”. Berdasarkan pada pendapat Annarino tersebut, seorang guru
pendidikan jasmani
mempunyai kesempatan
yang baik
di dalam
commit to user 44
mempertimbangkan potensi keterampilan siswa guna keperluan pengembangan di masa datang. Tingkat potensi keterampilan siswa dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara
homogen agar dapat diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam membuat kelompok yang homogen siswa dapat melakukan
kegiatan dan bersaing dalam taraf kemampuan yang sama. Pengelompokan siswa menurut Clarke dalam Drowatzky 1975:61 yaitu:
“ Ada dua prosedur utama yang dapat digunakan untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen, yakni dengan cara pengelompokkan
berdasarkan macam kegiatan khusus yang mereka ikuti dan berdasarkan kemampuan umur yang mereka miliki ”. Kegiatan khusus adalah mencari
kemampuan setiap siswa yang dinilai dari setiap kegiatan olahraga pendidikan di sekolah dan kategori siswa dalam kegiatan tersebut. Pengelompokkan siswa
berdasarkan kegiatan khusus ini dapat berubah dari satu kegiatan-kegiatan yang lain. Sedangkan pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan umum dapat
dilakukan dengan mengadakan tes ketangkasan olahraga secara menyeluruh atau kemampuan gerak. Menurut Piaget dalam Husdarta, Yudha M Saputra 2000 : 29-
31 membagi kelompok umur menjadi empat fase berdasarkan perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif yaitu :” fase
sensori motor
0,0 – 2,0 tahun, fase
preoperational
2,0 – 7,0 tahun, fase
concrete operational
7,0 – 11,012,0 tahun dan fase
formal operational
11,012,0 – 14,015,0 ”
commit to user 45
Anak-anak adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun dan anak yang berusia 6 sampai dengan 12 tahun Gallahue dan Ozmun 1998:189. Selain itu menurut
Sugiyanto, 1998:8 anak-anak dapat dibagi menjadi dua bagian yakni masa anak kecil dan masa anak besar. Masa anak kecil adalah anak yang ber usia 1 atau 2
tahun sampai dengan 6 tahun. Sedangkan masa anak besar adalah anak yang berusia 6-10 tahun untuk anak perempuan dan antara 6 sampai dengan 12 tahun
untuk anak laki-laki. Untuk lebih memperjelas batasan periodisasi perkembangan berdasarkan usia maka dapat kita lihat dari tabel berikut ini :
Tabel 1. Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Usia Sugiyanto, 1998:9 Fase Perkembangan
Batasan Usia Fase Sebelum Lahir
1. Awal
2. Embrio
3. Janin
Selama 9 bulan 10 hari Saat pembuahan sampai dua minggu.
2 sampai 8 minggu 8 minggu sampai saat lahir
Bayi Neonatal
Saat lahir 1-2 tahun Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak 1.
Anak Kecil 2.
Anak Besar Perempuan 3.
Anak besar Laki-laki 1 atau 2 sampai 10 atau 12 tahun
1 atau 2 sampai 6 tahun 6 sampai 10 tahun.
6 sampai 12 tahun Adolesensi
1. Perempuan
2. Laki-laki
10 sampai 18 tahun 12 sampai 20 tahun
Dewasa 1.
Dewasa Muda 18 atau 20 sampai 40 tahun
commit to user 46
2. Dewasa Madya
3. Dewasa Tua 40 sampai 60 tahun
60 tahun keatas
Pada anak-anak sudah terjadi perkembangan, perkembangan dapat diartikan sebagai peningkatan kapasitas fungsi atau kemampuan kerja organ-organ
tubuh, peningkatan bisa berbentuk daya fisik, koordinasi dan kontrol tubuh. Misalnya peningkatan fungsi-fungsi otot, otak syaraf, jantung, paru-paru dan lain
sebagainya. Dari segi perkembangan fisik, pada masa ini sudah terjadi perkembangan komponen biomotorik diantaranya: kekuatan, fleksibilitas, daya
tahan,
power
dan kemampuan biomotorik lainnya Gallahue dan Ozmun 1998:267-292.
Masa anak-anak ditandai oleh keteraturan pertumbuhan pada tinggi badan, berat, dan berat otot. Masa anak-anak disini dibagi menjadi masa anak-anak awal
dengan usia 2 sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 sampai dengan 10 tahun. Pada anak-anak masa pertumbuhan dan perkembangan anak
dibagi menjadi dua tahapan yaitu : 1. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak awal pada usia 2-6 tahun dan 2. Pertumbuhan dan perkembangan
pada anak-anak akhir pada usia 6-10 tahun Gallahue dan Ozmun 1998:189- 205. Sedangakan menurut Sugiyanto 1998:8 anak-anak dibagi menjadi :
1.Masa anak kecil usia 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun dan 2. Masa anak besar usia 6 sampai dengan 12 tahun.
a. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Awal
Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan tinggi dan berat tidak secepat pada masa kecil. Tingkat pertumbuhan melambat secara perlahan. Pada
commit to user 47
usia 4 tahun, anak-anak memiliki ukuran panjang tubuh 2 kali panjang tubuh sewaktu kelahirannya. Peningkatan jumlah total berat tubuh pada usia 2 sampai 5
tahun lebih rendah dari peningkatan pada tahun pertama. Proses pertumbuhan melambat setelah 2 tahun pertama, tapi tetap konstan sampai usia remaja.
Peningkatan tinggi tahunan dari periode masa kanak-kanak awal sampai usia remaja adalah sekitar 2 inchi 5,1 cm per tahun. Peningkatan berat rata-rata 5
pound 2,3 kg per tahun. Masa kanak-kanak awal, oleh karena itu, menggambarkan masa ideal anak-anak untuk mengembangkan dan memperbaiki
berbagai macam gerakan mulai dari gerakan dasar pada masa kanak-kanak awal sampai pada kemampuan olahraga pada pertengahan masa kanak-kanak.
Karakteristik perkembangan berikut menggambarkan sebuah pembentukan penemuan dari berbagai macam sumber dan dihadirkan disini untuk memberikan
pandangan yang lebih lengkap dari seluruh anak selama tahun-tahun masa kanak- kanak awal.
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik.
a Anak laki-laki dan perempuan dengan range dari sekitar 33 sampai 47
inchi 83,8-119,4 cm dalam tinggi dan dari 25 sampai 53 pound 11,3- 24,0 kg dalam berat.
b kemampuan perseptual motorik berkembang secara cepat, tetapi
kebingungan sering terdapat pada tubuh, arah, waktu dan kesadaran akan tempat.
commit to user 48
c Pengendalian buang air kecil dan buang air besar yang baik pada
umumnya terbangun pada berakhirnya periode ini, tetapi hal-hal yang tak terduga tetap terjadi.
d Anak kecil selama periode ini secara cepat mengembangkan kemampuan
gerakan mendasar dalam berbagai kemampuan motorik. Gerakan bilateral seperti loncat-loncatan, bagaimanapun, seringkali menunjukkan kesulitan
yang lebih daripada gerakan unilateral. e
Anak kecil aktif dan energetik dan biasanya lebih memilih berlari daripada berjalan, tetapi mereka tetap memerlukan sedikit waktu untuk beristirahat.
f Kemampuan motorik dikembangkan dengan tujuan agar anak-anak mulai
belajar bagaimana mereka berpakaian, walaupun mereka mungkin memerlukan bantuan meluruskan dan mengencangkan bagian-bagian dari
pakaian. g
Fungsi tubuh dan proses menjadi lebih teratur. Sebuah tingkat keseimbangan physiological homeostatis terbangun dengan baik.
h Perkembangan tubuh anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama.
i Kontrol motorik yang baik tidak dibangun secara penuh, walaupun kontrol
motorik yang kurang baik gross dibangun dengan cepat. j
Mata pada umumnya tidak siap untuk menutup dalam waktu lama karena penglihatan jauhnya.
2. Karakteristik Pengembangan Kognitif
commit to user 49
a Selama fase ini anak-anak bersifat egosentrik dan beranggapan bahwa
semua orang berpikir seperti mereka. Hasilnya, mereka kelihatannya sering bertengkar dan enggan untuk berbagi dengan yang lain.
b Mereka seringkali sangat ketakutan akan situasi yang baru, malu, sadar
diri, dan tidak mempunyai keinginan untuk meninggalkan pengamanan yang kelihatannya telah biasa dikenal.
c Mereka belajar untuk membedakan benar dan salah dan mulai menuruti
kata hati nurani. d
anak usia 2 dan 4 tahun seringkali terlihat aneh dan tidak seperti biasanya dalam perilaku mereka, dimana anak dengan usia 3 dan 5 seringkali
digambarkan sebagai anak yang stabil dan sesuai dengan perilaku anak seusianya.
e Konsep-diri secara cepat berkembang. Bimbingan yang bijaksana,
pengalaman yang berorientasi pada keberhasilan, dan bantuan yang positif adalah hal-hal penting selama tahun-tahun ini.
3. Karakteristik Perkembangan Afektif
a Kesukaan anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama.
b Anak-anak cenderung egosentris, ingin selalu aktif bergerak dan umumnya
menyenangi gerak berirama. c
Selalu ingin tahu, imajinatifmeniru-niru gerakan serta bersifat individualistik dan egosentrik dalam beraktifitas.
d Suka menjelajah dan mencoba-coba dalam beraktifitas serta suka gaduh
dalam bermain.
commit to user 50
4. Implikasi untuk Program Pengembangan Gerak
a Kesempatan yang banyak untuk permainan motorik gross harus diberikan
dalam bentuk langsung adan tidak langsung. b
Pengalaman gerak seharusnya menekan eksplorasi gerak dan aktifitas penyelesaian masalah untuk memaksimalkan kreatifitas anak dan
keinginan untuk mengeksplorasi sesuatu. c
Tekanan harus di tempatkan pada pengembangan sebuah jenis locomotor dasar, manipulatifdan kemampuan yang seimbang, kemajuan dari
sederhana menuju kompleksrumit sehingga anak menjadi ”siap”. d
Minat dan kemampuan anak laki-laki dan perempuan adalah sama, tidak memerlukan pemisahan aktifitas selama periodemasa ini.
e Aktifitas yang banyak yang didesain khususnya untuk meningkatkan
perseptual motorik adalah diperlukan. f
keuntungan harus diambil dari anak yang mempunyai imaginasi yang hebat melalui susunan aktifitas seperti drama dan perumpamaan.
g Karena gerakan anak seringkali kaku dan tidak efisien, maka pastikan
untuk mencocokksn
pengalaman gerak
sesuai dengan
tingkat kematangannya.
h Karena anak-anak seringkali melakukan gerakan yang janggal dan tidak
efisien, maka pastikan untuk memberikan latihan gerak yang sesuai dengan tingkat kematangan mereka.
i menyediakan berbagai macam kegiatan yang melibatkan perlakuan objek
dan koordinasi mata-tangan.
commit to user 51
j mulai memasukkan aktivitas bilateral dan cross-lateral, seperti berlari
cepat, skipping, setelah gerak unilateral seperti melompat telah dapat dilakukan dengan baik.
k memberi semangat pada anak-anak membantu dalam mengatasi
kecenderungan untuk malu dan percaya diri untuk aktif dalam program pendidikan gerak dengan “menunjukkan” dan “memberi tahu” anak-anak
lain apa yang dapat mereka lakukan. l
aktivitas harus melibatkan penekanan tangan, bahu dan badan bagian atas. m
tanpa penekanan, penyelesaian mekanik dengan benar dalam gerak dasar yang luas adalah tujuan pertama.
n jangan memaksa koordinasi pada persendian dengan kecepatan dan
kegesitan. o
kebiasaan buruk dari postur dimulai. Perkuat postur yang baik dengan pernyataan yang positif.
p menyediakan akses yang nyaman ke fasilitas toilet dan menyarankan anak-
anak untuk mengemban tanggung jawab. q
memberikan perbedaan individu dan memperbolehkan mereka untuk meningkatkan sesuai dengan tingkat mereka.
r membuat standar untuk sikap yang dapat diterima dan dipatuhi oleh
mereka. Memberikan bimbingan yang bijaksana dalam membangun rasa akan melakukan hal yang benar dan tepat dan melakukan hal yang salah
dan tidak dapat diterima.
commit to user 52
s program pengembangan gerak harus menentu dan berdasar akan level
perkembangan masing-masing individu. t
Pendekatan multisensory harus digunakan, yaitu, suatu pengalaman yang berbagai macam dimasukkan, menggunakan beberapa sensory modalities.
b. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Akhir
Periode dari usia 6 sampai 10 tahun dari masa kanak-kanak termasuk dalam peningkatan yang lambat tetapi konstan, baik itu dalam hal tinggi badan,
berat dan kemajuan system motorik dan sensorik. Perubahan dalam pembangunan tubuh hanya terjadi sedikit saja dalam tahun-tahun ini. Masa kanak-kanak adalah
lebih pada perpanjangan dan pengisian sebelum pertumbuhan pra-pubertal yang terjadi secara tiba-tiba pada usia sekitar 11 tahun untuk anak perempuan dan 13
tahun untuk anak laki-laki. Walaupun tahun-tahun ini ditandai dengan pertumbuhan fisik yang bertahap, anak kecil tetap melakukan peningkatan yang
cepat dalam mempelajari dan fungsinya pada tingkat kematangan yang lebih dalam kemampuannya berolahraga dan bermain.
Masa pertumbuhan yang relatif lambat ini memberi anak-anak tersebut untuk membiasakan diri terhadap pertumbuhan yag dialaminya, dan merupakan
faktor penting juga pada perbaikan dramatik tertentu yang terlihat dalam koordinasi dan control motorik selama masa kanak-kanak. Perubahan secara
gradual dalam ukuran dan terjalinnya hubungan tertutup antara perkembangan tulang dan jaringan dapat dijadikan faktor penting dalam meningkatnya tingkat
fungsi.
commit to user 53
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik a
Anak laki laki dan perempuan mempunyai tinggi sekitar 44 - 60 inchi 111.8 - 152.4 cm dan memiliki berat sekitar 44 - 90 pound 20.0 - 40.8
kg. b
Pertumbuhannya lambat, khususnya dari usia 8 sampai akhir periode ini. Walaupun lambat tetapi kenaikannya teratur, tidak seperti pertambahan
tinggi dan berat selama tahun-tahun pra-sekolah. c
Tubuh mulai memanjang, dengan pertambahan tinggi tahunan hanya 2 - 3 inchi 5.1 7.6 cm dan pertambahan berat tahunan hanya 3 - 6 pound 1.4 -
2.7 kg. d
Chepalocaudal dari kepala hingga jari kaki dan pronsip perkembangan proximodistal pusat keliling tubuh, yang mana otot yang lebih besar
dalam tubuh akan lebih berkembang daripada otot kecil, dan ini sangat jelas.
e Anak perembuan pada umumnya setahun lebih depan dari pada laki laki
dalam hal perkembangan psikologi, dan minat yang berbeda mulai timbul pada akhir periode ini.
f Preferensipilihan tangan terbangun dengan 85 persen memilih tangan
kanan dan 15 persen tangan kiri. g
Waktu reaksi lambat, disebabkan oleh sulitnya koordinasi antara mata- tangan dan mata-kaki yang berada pada awal periode. Setelah berakhirnya
periode ini, hal tersebut pada umumnya telah berhasil dibangun.
commit to user 54
h Anak laki-laki dan perempuan sangat berenergi tapi seringkali memiliki
daya tahan yang rendah dan mudah lelah. Walau bagaimanapun ketanggapan dalam latihan sangat hebat.
i Mekanisme pandangan perceptual telah terbangun sepenuhnya pada akhir
periode ini. j
Anak-anak biasanya memiliki pandangan jauh selama periode ini dan tidak siap untuk bekerja dengan penglihatan dekat dalam waktu lama.
k Sebagian besar kemampuan gerak dasar mempunyai potensi untuk
diperbaiki selama periode ini. l
Keterampilan dasar diperlukan untuk permainan yang baik sebelum hal ini dikembangkan dengan baik.
m Aktivitas yang melibatkan mata, lengan dan kaki berkembang lambat.
Seperti aktifitas bermain volley atau melempar bola dan melempar apapun membutuhkan latihan yang banyak untuk menjadi ahli.
n Periode ini menandai peralihan dari kemampuan gerak yang diperbaiki
menuju pembentukan keterampilan gerak transisi dalam menjalankan permainan dan keterampilan atletik.
2. Karakteristik Perkembangan Kognitif a
Masa perhatian pada umumnya pendek pada awal periode ini tapi secara bertahap bertambah. Bagaimanapun, anak laki-laki dan perempuan pada
usia ini akan lebih sering menghabiskan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan begi mereka.
commit to user 55
b Mereka sangat suka belajar dan menyenangkan hati orang dewasa tetapi
masih memerlukan bantuan dan tuntunan dalam membuat keputusan. c
Anak-anak memiliki imaginasi yang bagus dan menunjukkan pikiran yang sangat kreatif; tapi bagaimanapun, kesadaran diri kelihatannya menjadi
sebuah faktor pada akhir periode ini. d
Mereka biasanya menyukai televisi, computer, video game, dan membaca. e
Mereka tidak mempunyai kemampuan dalam berpikiran ringkas dan menghadapi contoh dan situasi nyata selama awal periode.
f Anak-anak secara intelektual sangat ingin tahu dan ingin selalu tahu
“kenapa”. 3.
Karakteristik Perkembangan Afektif a
Kesukaan anak laki-laki dan perempuan adalah sama pada awal periode, tetapi segera setelah itu mulai terdapat perbedaan.
b Anak-anak cenderung egosentris dan tidak suka bermain dalam kelompok
besar pada awal tahun ini, mereka lebih suka bermain dalam kelompok kecil .
c Anak-anak biasanya agresif, sombong, kritis, over-aktif, dan tidak dapat
menerima kekalahan ataupun kemenangan dengan baik. d
Terdapat ketidaksesuaian dalam kedewasaan; anak-anak biasanya lebih cepat dewasa di sekolah daripada di rumah.
e Anak-anak tanggap terhadap kekuasaan, hukuman “yang adil, disiplin, dan
pemaksaan.
commit to user 56
f Anak-anak suka berpetualang dan sangat ingin terlibat dengan teman
dalam kelompok anak-anak yang melakukan kegiatan yang “berbahaya” atau “rahasia”.
g Konsep diri anak-anak tetap terbentuk.
4. Implikasi Program Pengembangan Gerak
a Harus tersedia kesempatan bagi anak-anak untuk memperbaiki
kemampuan gerak dasar yaitu dalam daya gerak, manipulasi, dan ketetapan akan sebuah tujuan pada saat mereka labil.
b Anak-anak memerlukan bantuan dalam peralihan dari fase gerak dasar
menuju fase gerak khusus. c
Penerimaan dan penegasan memberi tahu anak-anak bahwa mereka memiliki tempat yang aman dan tetap di sekolah dan rumah.
d Kesempatan yang berlimpah dalam pemberian semangat dan pemaksaan
yang positif dari orang dewasa sangat diperlukan untuk meningkatkan pengembangan konsep diri.
e Kesempatan dan pemberian dorongan untuk mengeksplorasi dan mencoba
melalui gerakan dengan tubuh mereka dan benda di lingkungan dapat meningkatkan efisiensi perceptual-motor.
f Harus terdapat pengalaman-pengalaman yang terbuka untuk mengenalkan
akan tanggung jawab dan untuk menumbuhkan rasa percaya diri. g
Anak-anak belajar menyesuaikan diri terhadap permainan yang kasar dalam sebuah kelompok tanpa mereka menjadi kasar atau kacau.
commit to user 57
h Kesempatan untuk memperkenalkan kerja tim harus diberikan pada saat
yang tepat. i
Aktivitas yang melibatkan imajinasi dan kelucuan dapat dimasukkan dalam program selama tahun-tahun awal karena imajinasi anak masih
tinggisangat baik. j
Aktivitas yang berkaitan dengan musik dan ritmik dapat dinikmati dalam tingkat ini dan sangat penting dalam meningkatkan kemampuan gerak
dasar, kreativitas, dan pemahaman mendasar akan musik dan ritme. k
Anak-anak pada tingkat ini belajar dengan sangat baik melalui partisipasi aktif.
l Aktivitas seperti memanjat dan bergantungan bermanfaat untuk
mengembangkan tubuh bagian atas dan seharusnya dimasukkan dalam program ini.
m Situasi permainan diskusi yang melibatkan beberapa topik seperti
bergantian antri, fair-play, tidak mencontek, dan berbagai nilai universal yang mengandung arti pembedaan antara benar dan salah.
n Mulai menitik beratkan pada ketepatan, bentuk, dan keterampilan dalam
melakukan gerak. o
Menganjurkan anak untuk berpikir sebelum mereka terikat pada sebuah kegiatan. Membantu mereka dalam mengenal resiko dengan maksud
mengurangi sifat mereka yang sering nekatsembrono. p
Membentuk kegiatan dalam kelompok kecil dilanjutkan ke kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga team.
commit to user 58
q Postur sangat penting, aktivitas memerlukan penekanan pada susunan
tubuh yang tepat. r
Penggunaan aktivitas ritmik untuk memperbaiki koordinasi diperlukan. s
Keterampilan gerak khusus dikembangkan dan diperbaiki pada akhir periode. Latihan yang banyak, dorongan semangat, dan perintah selektif
itu penting. t
Partisipasi dalam aktivitas olahraga anak-anak yang bila dikembangkan sesuai dan tepat dengan kebutuhan dan minat anak-anak harus di berikan.
4. Kemampuan Gerak Dasar
a. Perkembangan kemampuan gerak dasar
Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak
masa anak-anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula
kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien,
gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi dan bertenaga. Gerakan-gerakan seperti berjalan, meloncat, berjengket,
menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk
melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan
commit to user 59
gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak dasar yang baik.
Hurlock 1991 : 156 , menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut
sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “. Hal ini ada sejumlah
alasan yang mendasarinya, yaitu : 1 karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran,
2 anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari
keterampilan baru lebih mudah, 3 secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani
mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar. 4 orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan,
tetapi sebaliknya anak-anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu, anak-anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk
melakukannya secara efektif. 5 karena anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu
mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang
dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang
diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah dikuasai tidak berkembang.
commit to user 60
Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan
gerak menurut Hurlock 1991 : 157, yaitu : “ Hal terpenting di dalam mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar,
kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan sistematis. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka
keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum
siap untuk belajar. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat
penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk
mempelajari keterampilan gerak karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya
untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai atau melukai anaknya.
Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk
berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya.
Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam
mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting,
commit to user 61
maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang baik merupakan suatu keharusan.
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan
suatu kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah,
sehingga sulit dibetulkan kembali. Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses
belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari
aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan
psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah
aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu
aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan
psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan.
Fitts dan Postner dalam Sugiyanto 1998: 315, mengemukakan bahwa : “ Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu :
Fase awal kognitif, Fase penghubung asosiatif, dan Fase akhir otonom “.
commit to user 62
Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase kognitif merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana
siswa mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada
fase kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi
yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan
menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh
gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi. Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam
mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang
gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan.
Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang
diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya.
Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya.
Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya,
commit to user 63
rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak
ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudkan gerakan-gerakan. Melalui proses semacam
itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari. Dengan mempraktekkan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan
keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat. Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf mengembangkan citra
kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky 1975: 242, menyatakan bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi
dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase ini “. Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan-gerakan dengan
baik. Setelah mempraktekkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan – gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti sudah meningkat
memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif. Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini
ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat
pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan keinginannya dan
kesalahan gerakan akan semakin berkurang. Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena
tahu tentang kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan
commit to user 64
perhatiannya untuk membetulkan dengan mempraktekkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk
peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan
hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai
berbagai gerakan keterampilan. Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase
ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom
karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal-hal
lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih
dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk
mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan. Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan
menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar
commit to user 65
sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar-
benar efisien. Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum
tentu efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis apabila terus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan
dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien. Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya
kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan
kondisi eksternal Sugiyanto, 1998: 324 - 334. Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada
pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian- bagian keterampilan
recall of part-skills
dan mengingat rangkaian pelaksanaan
recall of executing routine
. Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik.
Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan
memahami bentuk-bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakan-
gerakan dengan bentuk yang benar. Kemampuan berkonsentrasi sangat penting dalam pelaksanaan keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan
pengerahan seluruh daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan
commit to user 66
gerakan loncat indah, senam prestasi
gymnastic,
dan angkat besi, tanpa berkonsentrasi, seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Seperti halnya unsur fisik dan mental, unsur emosional juga merupakan faktor penentu penampilan gerak yang efisien.
Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan
perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan
emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan
emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik-baiknya.
Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam
bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat
sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa. Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi
seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah
commit to user 67
mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil.
b. Gerakan yang terampil dan efisien pada anak-anak.
Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien. Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien.
Hal ini sesuai pendapat Drowatzky 1975: 34, yaitu: “ Tiga komponen utama yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan
gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses-proses perseptual “. Gambaran mengenai komponen-komponen pendukung gerakan yang efisien dan
unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Komponen gerakan efisien Drowaztky, 1975:34
commit to user 68
Unsur-unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut Broer dan Zernicke 1979: 35, menyatakan bahwa: “ tiga prasarat untuk gerakan yang
efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut tidak dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan yang
terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik.
Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori, respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama- sama dengan komponen mental
dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi
kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang mencerminkan gerakan yang efisien.
Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat
melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut
tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional. Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusat-
pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol
keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat
commit to user 69
seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi
sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana yang harus berkontraksi dan otot –
otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan
aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan, kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk
memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran sesudah melakukan aktivitas.
Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol
muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol
timing
berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan
berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya merupakan fungsi kontrol
timing.
Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan
agility
adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedangkan
commit to user 70
koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi
dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang
terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan yang efisien.
Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin.
Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil.
Pengembangan kemampuan gerak dasar banyak tergantung pada dasar fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing –
masing individu. Faktor- faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman
1965: 10
,
menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat perbedaan, hal ini tergantung pada sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi
jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor keturunan juga memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama dalam menetapkan
pembatasan kondisi seseorang. Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan
memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan
commit to user 71
kemampuan gerak dasar seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan formal dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan
kemampuan gerak. Flieshman 1965: 11, menyatakan bahwa : “ Kemampuan
dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting
bagi pengembangan kemampuan gerak dasar”. Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan kemampuan motorik atau
motor ability
yang menunjukkan gambaran tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau
motor ability indicates precent athletic ability
, yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu
pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani disekolah.
Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka
memandang. Harrow 1977: 84, mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan, yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “.
Pengklasifikasikan oleh Magill 1980: 10, yaitu: “ klasifikasi keterampilan gerak didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan
dan kontrol umpan balik “. Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau
gross motor skills
dan keterampilan gerak halus atau
fine motor skills
Singer;1980: 14.
commit to user 72
Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot-otot besar sebagai basis primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang
memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot halus dalam tubuh untuk pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak.
Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau
discrete motor skill
dan keterampilan gerak kontinus atau
continuous motor skill
Singer; 1980: 19. Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat
dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik
awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya
sendiri. Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer
1980: 14, dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup
self paced
, gerak terbuka
externally paced
dan gabungan gerak tertutup dan terbuka
mixed paced
“. Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan
tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah –
ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau
mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak.
commit to user 73
Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat
dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera
selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup
closed loop
dan kontrol lingkaran terbuka
open loop
. Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat
diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi
berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran terbuka.
Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : 1
berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan sejumlah otot besar dan kecil, 2 berdasarkan titik awal dan titik akhir, termasuk
gerakan serial, karena gerakan terdiri dari bagian-bagian yang jelas titik awal dan titik akhirnya dan dilakukan secara berangkai, 3 berdasarkan stabilitas
lingkungan, termasuk keterampilan terbuka, karena gerakannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan stimulusnya berasal dari luar, 4
berdasarkan kontrol umpan balik termasuk dalam kontrol lingkaran terbuka, karena umpan balik yang timbul dapat dimanfaatkan untuk gerakan berikutnya.
commit to user 74
Keterampilan gerak harus dibedakan dengan gerak dasar yang merupakan pola gerak. Keterampilan gerak menunjukkan tingkat pengembangan kecakapan,
sedangkan gerak dasar merupakan gerakan yang nampak nyata dalam penampilan dan mempunyai tujuan sendiri yang penting. Gerakan keterampilan mempunyai
tingkat efisiensi dalam melakukan tugas yang kompleks, meliputi tugas-tugas gerakan dalam belajar dan berlatih. Gerak yang terampil menunjukkan
perkembangan tingkat ketangkasan. Klasifikasi gerakan terampil menurut Harrow 1977:76, yaitu:
“Klasifikasi gerakan yang terampil dibagi menjadi dua kontinum, yaitu kontinum vertikal dan kontinum horisontal “. Kontinum vertikal menunjukkan derajat
kesukaran gerak yang dilakukan dari berbagai keterampilan dan biasanya disebut sebagai tingkat kompleksitas. Sedangkan kontinum horisontal menggambarkan
tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa dan biasa disebut sebagai tingkat ketangkasan.
Dalam keterampilan gerak pada cabang olahraga tertentu, seorang guru atau pelatih harus dapat membuat kategori perilaku gerak atas dasar tingkat
kesukaran dari keterampilan maupun tingkat ketangkasan siswa. Beradasarkan kontinum vertikal, gerak keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
keterampilan adaptif sederhana, terpadu, dan kompleks. Keterampilan adaptif sederhana menunjukkan adaptasi gerakan dan gerak
dasar utama. Gerakan-gerakan dasar utama dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan situasi atau lingkungan yang baru. Keterampilan terpadu terbentuk dari
efisiensi dalam keterampilan dasar siswa dan disatukan dengan penggunaan
commit to user 75
perlengkapan dan alat – alat yang digunakan. Siswa diharapkan dapat mengatur tubuhnya sambil menggunakan perlengkapan selama melakukan penampilan
dalam keterampilan terpadu tersebut. Sedangkan keterampilan adaptif kompleks merupakan keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh yang
lebih besar sebagai pelaksanaan hukum – hukum fisika terhadap tubuh. Untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat dikategorikan keterampilan kompleks ini
adalah keterlibatan tubuh pelaku secara total, seringkali tanpa landasan penopang atau dalam keadaan melayang di udara harus membuat penyesuaian postural
terhadap rangsangan atau isyarat yang tidak terduga, dan mengatur gerakan di lapangan yang luas.
Kontinum horizontal berhubungan dengan derajat ketangkasan atau penguasaan keterampilan yang dapat dicapai dalam keterampilan tertentu. Harrow
1977:78, menyatakan bahwa : “ Kontinum horizontal dibagi menjadi empat
tingkat, yaitu tingkat pemula, menengah, lanjut, dan keterampilan tinggi “. Setiap siswa yang mempelajari keterampilan baru, digolongkan dalam tingkat pemula.
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan derajat keterampilannya, kemampuan siswa dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi tingkat selanjutnya, dan seterusnya
sampai tingkat keterampilan tinggi. Kontinum horizontal mempunyai empat klasifikasi yang selalu berada dalam setiap klasifikasi kontinum vertikal.
Keterampilan dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu atas dasar persepsi dan kebiasaan. Cabang olahraga anggar, bola basket atau tenis dapat
digolongkan sebagai cabang olahraga yang berkiblat pada persepsi, sedangkan jenis cabang olahraga senam, tolak peluru ataupun keterampilan mengemudi
commit to user 76
termasuk kebiasaan. Dalam kegiatan olahraga potensi siswa sangat diperlukan untuk situasi yang selalu berubah. Reaksi tidak dapat dipastikan tergantung pada
situasi yang dihadapi. Keterampilan memerlukan latihan dan ulangan – ulangan sampai menjadi gerakan yang memerlukan kebiasaan.
Keterampilan yang bersifat kebiasaan memerlukan respons yang tepat terhadap situasi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan teori tentang hubungan
antara stimulus S dengan respons R. Singer 1980: 18, menyatakan bahwa : “ Situasi yang dihadapi secara relatif adalah tetap, sedangkan respon yang
diinginkan hanya dapat dihasilkan melalui latihan yang teratur dan perhatian dari siswa tersebut kegiatan yang dilakukan. Hasilnya adalah keterampilan yang
berlangsung secara otomotik “. Belajar keterampilan, baik keterampilan yang bersifat sederhana maupun
yang kompleks, menghendaki terintegrasinya fungsi – fungsi jiwa secara baik. Oleh karena itu diperlukan ketekunan, ketelitian, keterikatan pada tugas yang
dihadapi, terpusatnya perhatian secara tajam dan terkoordinasinya antara persepsi dan gerakan. Romizowsky 1981: 129 mengemukakan bahwa : “ Belajar
keterampilan melalui tahap – tahap : 1 memperoleh pengetahun, 2 melakukan respon aplikasi dari pengetahuan itu, 3 mengalihkan kontrol dari persepsi
kepada feeling dan kemudian gerakan, 4 otomatisasi gerak keterampilan itu, dan 5 generalisasi keterampilan”.
Suatu keterampilan harus dipelajari secara baik dalam kondisi – kondisi yang tetap sebelum siswa mengalami keadaan – keadaan yang sulit diperkirakan.
Suatu respons tertentu tidak berguna bagi siswa untuk bereaksi di bawah aneka
commit to user 77
ragam kondisi. Seorang pemain sepak bola penjaga gawang mungkin memiliki keterampilan yang baik ketika menangkap bola yang keluar dari mesin pelempar
bola atau jet ball, tetapi situasi pertandingan menghendaki banyak keluwesan respons pada waktu bola datang dengan kecepatan yang berbeda – beda, dengan
putaran, slice dan arah dan kecepatan yang berbeda. Hampir semua gerak keterampilan memerlukan lebih dari satu reaksi yang
disiapkan. Kerumitan tersebut memerlukan pengertian dari pihak guru atau pelatih dan dari siswa sendiri agar diperoleh keterampilan sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu pengajaran harus tanggap terhadap penekanan-penekanan yang penting dalam belajar keterampilan.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara kemampuan dan keterampilan. Kemampuan sifatnya umum dan tahan lama, suatu pembawaan
yang dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan keterampilan bersifat spesifik untuk kegiatan tertentu yang diperoleh dari pengalaman dan berkenaan
dengan suatu urutan respons yang dikembangkan secara spesifik. Untuk memprediksi kemampuan gerak dasar masing-masing individu,
telah banyak tes-tes ketangkasan gerak yang telah dikembangkan untuk diterapkan pada orang coba baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat perkembangan
yang berbeda. Tes tersebut bertujuan untuk membuat klasifikasi dan pencapaian tingkat ketangkasan sebagai prediksi terhadap kemampuan ketangkasan seseorang
di dalam aktivitas jasmani. Jenis tes kemampuan gerak untuk anak Sekolah Dasar di sesuaikan dengan
perkembangan fisik dan fisiologis anak. Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan
commit to user 78
terjadinya proses peningkatan pematangan fisiologis pada diri setiap individu. Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada
perkembangan kemampuan fisik. Indikasi untuk menaksir kemampuan fisik anak dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes untuk menaksir kemampuan gerak
dasar anak adalah
test of general motor ability
terdiri dari : 1
Standing Broad Jump
, 2
Shot-put
, 3
Body weight
, Barry L. Jhonson Jack K. Nelson.1969 :118-119.
Perkembangan kemampuan gerak dasar anak usia sekolah dasar meningkat sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik.
Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai dapat dilakukan pada masa- masa sebelumnya semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat
diidentifikasi dalam bentuk gerakan mekanika tubuh yang makin efisien, gerakannya semakin lancar dan terkontrol serta pola gerakannya makin bervariasi
dan bertenaga. Kemampuan gerak dasar dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dalam
kesehariannya. Apabila aktivitas yang dilakukan dapat leluasa, maka kemampuan gerak dasarnya akan berkembang dengan baik, tetapi sebaliknya bila aktivitasnya
terkekang dan tidak diberikan kebebasan, maka kemampuan gerak dasarnya secara otomatis akan menjadi jelek. Padahal usia untuk belajar gerak yang paling
tepat adalah masa sebelum adolensensi. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun
atau sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masa anak-anak merupakan waktu yang tepat dan ideal untuk belajar keterampilan gerak dasar,
commit to user 79
sedangkan masa adolensensi merupakan waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi
keterampilan gerak. Perkembangan kemampuan gerak dasar anak dapat diketahui melalui
pengetesan dan pengukuran. Espenschade dan Eckert 1980 : 196, menyatakan bahwa : “ Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak dapat diketahui
dengan menggunakan pengetesan dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat dan melempar”. Perkembangan kemampuan gerak dasar pada anak dewasa sangat
dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa kanak-kanak dan faktor latihan. Oleh karena itu kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada
anak bervariasi. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar yang tinggi yang ditandai dengan adanya penguasaan keterampilan gerak yang tinggi
dan kemampuan gerak dasar rendah yang ditandai dengan penguasaan keterampilan gerak yang rendah.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar
Istilah ketrampilan dapat diartikan sebagai keahlian seseorang dalam melakukan aktifitas pada tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini
memiliki banyak pengertian, pada umumnya yang dimaksud adalah kemampuan gerak dengan tingkatan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Singer 1980: 34 yang mengatakan bahwa
” skill is the consistent degree of success in achieving with efficiency and effectifitness”
. Menurut Pate dkk 1993: 204 mengatakan bahwa orang yang terampil seringkali
digambarkan dengan mudah bergerak, luwes, dan memiliki kemampuan untuk
commit to user 80
mengatasi masalah lingkungan. Istilah terampil juga diartikan suatu perbuatan dan sebagai indikator suatu tingkat kemahiran.
Penguasaan suatu kemahiran motorik merupakan sebuah proses dimana seeorang mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu pola gerak yang
terkoordinasi, dan terintegrasi. Sebagai indikator – indikator dari tingkatan kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan
oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkait dengan pencapaian suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seseorang menjadi tujuan yang
diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Rusli Lutan 1988: 95 mengatakan bahwa seseorang semakin mampu mencapai tujuan yang diharapkan,
maka orang tersebut dikataka semakin terampil. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa seseorang disebut terampil apabila memiliki kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang tinggi cepat, cermat, dan tepat. Ketrampilan harus dipelajari, karena suatu ketrampilan tidak terkuasai
dengan sendirinya. Dengan demikian, agar ketrampilan itu dapat dikuasai dengan baik sejak awal, maka dibutuhkan proses pembelajaran yang baik pula. Suatu
anggapan yang menyatakan, bahwa ketrampilan itu akan terkuasai, karena menyenangkan, juga tak dapat dipertahankan. Guru pendidikan jasmani harus
berupaya untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak, agar para siswanya dapat menguasai ketrampilan dasar dengan baik. Pendidikan jasmani di sekolah
dasar janganlah dipandang hanya sekedar sebagai proses pelepas lelah atau pengisi waktu kosong untuk memberikan kesenangan kepada anak-anak. Kini
semakin disadari bahwa penguasaan ketrampilan itu tidak cukup karena anak
commit to user 81
sudah matang. Juga tidak cukup hanya mengandalkan perkembangan yang terjadi dengan sendirinya, dan berlangsung begitu saja. Untuk itu faktor kesempatan dan
dorongan sangat diperlukan. Fungsi
pengajaran adalah
memberikan kesempatan,
disamping memberikan dorongan semangat kepada anak untuk menyukai kegiatan itu. Tidak
ada cara lain untuk menguasai suatu ketrampilan, kecuali dengan berlatih. Maksudnya, anak itulah yang harus melakukan tugas-tugas belajar, agar kemudian
terjadi perubahan perilaku. Prinsip belajar aktif sungguh cocok dalam pendidikan jasmani. Demikian juga penerapan prinsip pengulangan, yang menjadi bagian dari
prinsip latihan. Tugas gerak dilakukan berulang-ulang, sampai kemudian anak makin mahir dan terampil.
Disamping kesempatan untuk berlatih, faktor dorongan semangat kepada siswa sangat di perlukan. Dorongan itu berasal dari guru kelas, guru pendidikan
jasmani, orang tua dan bahkan teman bermain. Pengalaman menunjukkan orang tua memegang peranan sangat besar dalam hal memberikan dorongan kepada
anak untuk rajin berlatih. Sebaliknya, orang tua dapat menjadi hambatan bagi anak untuk aktif bermain, akibat terlalu banyak larangan, karena berbagai alasan.
Misalnya, karena takut anak-anaknya cidera, atau memang orang tua tidak suka melihat anak melakukan aktivitas jasmani.
Pengajaran dalam arti sempit adalah bantuan khusus kepada anak, sehingga ia dapat dengan cepat menguasai suatu ketrampilan. Kesempatan dan
dorongan saja tidak cukup dan karena itu dibutuhkan unsur pengajaran. Hal ini
commit to user 82
merupakan kunci keberhasilan. Sebagai guru pendidikan jasmani memegang peranan penting untuk mengajarkan kepada anak ketrampilan gerak dasar.
Perkembangan kemampuan gerak dasar masing-masing siswa akan berlainan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam yaitu
pembawaan maupun dari luar yaitu lingkungan dan sarana belajar. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak dasar
Kemampuan gerak dasar tinggi Kemampuan gerak dasar rendah
1. aktivitas pada masa sebelumnya
diberikan kebebasan 2.
lingkungan, orang tua dan pra sarana pendukung
3. memiliki koordinasi tubuh dan
kekuatan otot yang baik 4.
motivasi melakukan kegiatan tinggi
1. aktivitas pada masa anak kurang
atau dikekang 2.
lingkungan, orang tua dan pra sarana kurang mendukung
3. koordinasi tubuh dan kondisi fisik
lemah 4.
kurang bermotivasi
terhadap kegiatan olahraga.
Seorang guru
mempunyai kesempatan
yang baik
untuk mempertimbangkan
potensi ketangkasan
muridnya guna
keperluan pengembangan di masa yang akan datang. Tingkat potensi ketangkasan siswa
dapat pula digunakan sebagai salah satu faktor dalam pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan
commit to user 83
sebagai usaha untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam
pengelompokkan yang homogen para siswa dapat melakukan kegiatan dan bersaing dalam kemampuan yang sama.
Pengembangan kemampuan gerak dasar juga banyak tergantung dari pada dasar fisiologis, peranan belajar dan lingkungan kebudayaan serta kemampuan
seseorang. Faktor-faktor biologi dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Sebagai contoh adalah seseorang
yang mempunyai indera mata kurang berfungsi, maka hasil tersebut akan mempengaruhi dan membatasi penglihatannya sehingga menyebabkan perbedaan
dalam melakukan kegiatannya. Kemampuan gerak dasar seseorang berbeda, tergantung dari sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan
otot atau perbedaan susunan dari sistem saraf pusat. Faktor keturunan memberikan pengaruh pula pada kemampuan gerak
dasar, terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi, akan tetapi variasi yang sangat luas masih tetap dimungkinkan. Faktor-faktor lingkungan dan belajar
memainkan peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pengembangan kemampuan, oleh karena itu prinsip seluruh proses pendidikan formal merupakan
dasar. Kemampuan dasar mulai diperoleh dari awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan kehidupan anak-anak terutama adanya pemeliharaan pertumbuhan
yang baik sangat penting artinya bagi pengembangan kemampuan dasar.
commit to user 84
B. Penelitian Yang Relevan