Latar Belakang Masalah PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan antara perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada commit to user 2 perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Hasil-hasil pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilaku, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar. Kedua peranan itu tidak terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelola. commit to user 3 Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal substansi yang dipelajari yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif, afektif maupun psikomotor. Bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang asing pada mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode atau cara untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu yang relatif pendek. Dengan kata lain hendaknya guru dalam mengajar menggunakan pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang commit to user 4 berarti kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal. Dengan demikian jika metode yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani tersebut, salah satu upaya yang hendaknya dilakukan adalah dengan mengembangkan kemampuan gerak dan dengan olahraga permainan. The ACCNCAS dalam Dwi Hatmisari A, dkk 2009:133 mengemukakan bahwa ”anak bermain olahraga untuk 1 memperoleh kesenganan; 2 Persahabatan atau memperoleh teman baru; 3 merasa enak; 4 belajar ketrampilan baru”. Tujuan seperti ini dapat dicapai, jika aktifitas olahraga sesuai dengan anak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Permainan merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat digemari oleh anak-anak. Permainan memberikan kesenangan yang lebih besar bagi siswa. Menurut A.M.Patty : 1999: 1-175 jenis permainan ada enam macam yaitu : 1 permainan perkenalan, 2 permainan perorangan, 3 permainan beregu, 4 permainan pada upacara pesta, 5 permainan dalam air, 6 permainan pramuka. Dalam penerapan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah guru jarang sekali memperbaharui pendekatan pembelajaran melalui jenis-jenis permainan yang dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa dibutuhkan pendekatan pembelajaran bermain yang sesuai dengan kondisi para siswa. Untuk itu seorang guru harus tepat dalam memilih dan menentukan strategi, cara metode atau pendekatan pengajaran, sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara efektif. Ada beberapa bentuk commit to user 5 pendekatan pembelajaran bermain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar. Bentuk pendekatan pembelajaran bermain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa diantaranya adalah pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game, namun efektifitas dari kedua bentuk pendekatan pembelajaran bermain tersebut belum diketahui sehingga diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji tentang perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Selain olahraga permainan yang tepat, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran untuk peningkatan kemampuan gerak dasar adalah umur. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas. Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor individu dan lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran. Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek kognisi yang lebih tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan informasi; makin tinggi tingkat kognisi makin mudah menerima informasi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya pendidikan jasmani kurang memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia. Sebagai contoh pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar anak-anak kelas II diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak dipastikan memiliki perbedaan, oleh karena itu semestinya commit to user 6 diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di Sekolah Dasar diperkirakan antara 6 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 6 – 8 tahun yang diperkirakan duduk dikelas I – III. Uraian diatas menimbulkan permasalahan apakah ada perbedaan hasil pendekatan pembelajaran bermain yang diberikan kepada anak yang memiliki perbedaan usia. Bertolak dari permasalahan di atas, penelitian ini akan membandingkan pengaruh kedua pendekatan pembelajaran bermain tersebut yaitu individual games dan groups games serta membedakan kriteria sampel atas kelompok umur. Sehubungan dengan permasalahan di atas, sebagai orang coba dalam penelitian ini adalah siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 20102011. Siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 20102011 menarik untuk diteliti, berdasarkan kenyataan pelaksanaan pendidikan jasmani yang diajarkan kurang berjalan dengan baik. Pendidikan jasmani yang diajarkan selama ini berdasarkan atau berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP dan kurikulum syariah, tetapi sarana prasarana olahraga masih kurang memadai dan kurangnya variasi dalam memberikan materi pelajaran serta kurangnya pemahaman guru tentang karakteristik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak. Keadaan seperti di atas perlu mendapat perhatian dari pihak sekolah maupun orang tua murid. Kurangnya perhatian dan tidak adanya komunikasi yang baik commit to user 7 dari pihak sekolah ke orang tua murid mengakibatkan keadaan tersebut tidak dapat dicegah secara dini. Jika hal ini tidak segera diatasi akan mempengaruhi pencapaian tujuan belajar mengajar secara menyeluruh. Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas melatarbelakangi judul ”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”. Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual Games Dan Groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.

B. Perumusan Masalah