3.3 Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut Emotional Quotion EQ sebagai: “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan”. Shapiro, 2006:42. Menurut Mayer orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap
individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia. Goleman, 2007: 65.
Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi
tututan dan tekanan lingkungan. Goleman, 2007:180.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1995, seorang psikolog dan wartawan bernama Daniel Goleman menerbitkan tulisannya tentang Emotional Intelligence, yang disusun
berdasarkan pada konsep kecerdasan emosional Emotional Quetion karya Mayer dan Salovey. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur
kehidupan emosinya dengan inteligensi to manage our emotional life with intelligence,
menjaga keselarasan
emosi dan
pengungkapannya the
appropriateness of emotion and its expression melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Goleman,
2007:512. Kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan mengontrol diri,
memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah
setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak- kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Goleman, 2000:13. Kecerdasan emosional emotional intelligence adalah kemampuan
seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu
dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Robbins, 2008:335.
Robert Cooper dan Ayman Sawaf menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi,
Universitas Sumatera Utara
dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain
serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Cooper dan Sawaf, 2002:15
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan sekretaris untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain empati dan kemampuan untuk membina hubungan kerjasama dengan orang lain.
3.4 Komponen Kecerdasan Emosional