Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Wartawan Yang Bertugas Di Wilayah Konflik Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik dan kekerasan merupakan topik menarik yang terus dipelajari sebagai bentuk-bentuk interaksi antar aktor internasional. Perang merupakan tingkat tertinggi dari konflik antara dua belah pihak atau lebih yang selalu berkaitan dengan aturan-aturan yang mengikat. Hukum Perang atau Hukum Humaniter Internasional memiliki sejarah yang sudah sangat lama bahkan sama tuanya dengan peradaban manusia, naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa keinsyafaan bahwa cara berperang yang tidak mengenal batas itu merugikan manusia, sehingga kemudian diadakanlah pembatasan-pembatasan yang menetapkan ketentuan perang antar bangsa. 1 Pada awalnya ada beberapa aturan tidak tertulis berdasarkan kebiasaan yang mengatur tentang konflik bersenjata. Kemudian perjanjian-perjanjian bilateral kartel yang kerincian aturannya berbeda-beda, perlahan-lahan mulai diberlakukan. pihak-pihak yang berperang kadangkala meratifikasinya setelah pertempuran berakhir. Pada umumnya aturan tentang perang itu termuat dalam aturan tingkah laku, moral, dan agama. Hukum untuk perlindungan bagi kelompok orang tertentu meliputi selama konflik bersenjata dapat ditelusuri kembali melalui sejarah di hampir semua Negara atau peradaban di dunia, kelompok orang tertentu itu meliputi penduduk sipil, anak-anak, perempuan, kombatan yang meletakkan 1 http:dewaarka.wordpress.com 2010 03 08 hukum humaniter internasional. Universitas Sumatera Utara senjata dan tawanan perang. Istilah hukum humaniter atau lengkapnya disebut International Humanitarial law Applicable in Armed Conflict, pada awalnya dikenal sebagai Hukum Perang laws of war yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata laws of arms conflict dan pada akhirnya dikenal dengan istilah hukum humaniter. Istilah Hukum humaniter sendiri merupakan istilah yang relatif baru yang lahir sekitar tahun 1970-an dengan diadakannya Conference of Government Expert on the Reaffirmation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971, sebagai bidang baru dalam hukum internasional, berikut beberapa definisi mengenai Hukum Humaniter : 1 Geza Herzeg : ”Part of the rule of public international law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict, its place is beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish from these it’s purpose and being different” Bagian dari aturan-aturan Hukum Internasional publik yang berfungsi sebagai perlindungan individu dalam waktu bersenjata konflik, tempatnya adalah disamping norma peperangan itu terkait dengan mereka tetapi harus jelas membedakan dari ini yang tujuan dan semangat yang berbeda.” 2 Jean Pictet : “International humanitarian law in the wide sense is constitutional legal provision, whether written and customary, ensuring respect for individual and his well being” Hukum Internasional kemanusiaan dalam arti luas konstitusional hukum promosion, baik tertulis Universitas Sumatera Utara dan adat, menjamin penghormatan terhadap individu dan kesejahteraannya. 3 Mochtar Kusumaatmadja : ”Bagian dari Hukum yang mengatur ketentuan- ketentuan perlindungan korban perang, berlainan dengan hukum perang, berlainan dengan hukum perang yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri” 4 Esbjorn Rosenbland : “The law of armed conflict berhubungan dengan permulaan dan berakhirnya pertikaian,pendudukan wilayah lawan,hubungan pihak yang bertikai dengan Negara netral. Sedangkan Law of Welfare ini antara lain mencakup :Metoda dan sarana berperang, status Kombatan, Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan orang sipil” 5 S.R Sianturi : “Hukum yang mengatur mengenai suatu sengketa bersenjata yang timbul antara dua atau lebih pihak-pihak yang bersengketa, walaupun keadaan sengketa tersebut tidak diakui oleh satu pihak” Tujuan Utama Hukum Humaniter adalah memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka yang menderitamenjadi korban perang, baik mereka yang secara nyata atau aktif turut dalam permusuhan kombat maupun mereka yang tidak turut serta dalam permusuhan penduduk sipil = civilian population. 2 Kehadiran Wartawan yang bertugas di daerah konflik sangalah penting menurut Hukum Humaniter ,tanpa mereka maka publik tidak akan tau apakah para 2 Haryomataram, KGPH Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, Hal. 3. Universitas Sumatera Utara pihak yang bersengketa menghormati atau sebaliknya tidak mengindahkan hukum humaniter selama konflik berlangsung. Di era dewasa ini Kemajuan informasi yang sangat pesat memberikan suatu dampak yang cukup besar. Media cetak dan elektronik saling berlomba untuk memberikan kualitas berita yang lebih menarik dan lebih cepat untuk dapat disampaikan kepada masyarakat. Keberadaan media tidak hanya sebagai penyampai informasi yang aktual namun tanggung jawab yang dipikul jauh lebih besar, media harus mampu memberikan fakta-fakta dan harus bertindak objektif dalam setiap pemberitaan yang akan diberitakan. Peran seorang wartawan sangatlah berpengaruh dalam penyampaian berita maupun informasi yang sedang berlangsung, karena masyarakat selalu ingin tau mengenai berita-berita nasional maupun internasional yang sedang terjadi. Maka dari itu hampir semua Negara di dunia mengirimkan wartawan yang mereka miliki untuk meliput langsung ke daerah yang dinilai memiliki pemberitaan yang menarik untuk disampaikan dan pemberitaan tersebut jelas diambil dari sumber yang terpercaya. Wartawan adalah seseorang yang melakukan Jurnalisme atau orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dipublikasikan melalui media massa berupa Koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi maupun internet. 3 Tugas Utamanya adalah sebagai peliput berita, penyusun berita, dan menyebarkan berita.salah satu contoh Negara yang sedang diburu beritanya 3 Dikutip dari https:id.m.wikipedia.org. diakses pada Januari 2016. Universitas Sumatera Utara karena sedang berkonflik yakni Negara Syria. Kekerasan di Negara Syria dimulai pada Maret 2011 dimana Negara timur tengah telah lumpuh oleh perang saudara yang sangat brutal. Sejak saat itu badan PBB memperkirakan lebih dari 100.000 orang telah meninggal akibat konflik antara pemerintahan presiden Bashar al- Assad dan Pejuang pemberontak yang menginginkan presiden Assad turun, belum lagi ancaman kekerasan yang ditimbulkan oleh ISIS yang mencoba untuk membentuk sebuah Negara merdeka dengan wilayah meliputi Iraq, Syria, dan bagian dari Lebanon. ISIS berusaha untuk melawan Presiden Syria Bashar al-Assad serta kelompok-kelompok militan islam lainnya di Syria untuk mengontrol bagian dari Syria, dengan persenjataan yang dibawa ke medan pertempuran.tentu saja bahaya ini mengancam tidak hanya para penduduk sipil di daerah konflik tersebut namun juga orang-orang yang datang ke Syria untuk meliput berita yang aktual yang dalam hal ini merupakan wartawan. Sebagai bahan berita yang sangat ditunggu informasinya oleh khalayak banyak, sejumlah Negara di dunia mengirimkan wartawan mereka untuk meliput pemberitaan ini termasuk Indonesia yang juga ikut mengirimkan wartawan ke Negara yang dikatakan sebagai Negara paling berbahaya di dunia untuk media pada tahun 2013, diikuti oleh Iraq13, Pakistan 10, Filipina10, India10, Somalia10, dan Mesir 6 setidaknya 108 wartawan tewas dan 15 lainnya kehilangan nyawa mereka dalam kecelakaan saat bertugas di tahun itu. 4 4 Dikutip dari www.bbc.com diakses pada Januari 2016. Universitas Sumatera Utara Para wartawan itu tewas dalam serangan yang ditargetkan seperti serangan bom dan insiden tembak menembak di seluruh dunia.namun paling tidak enam wartawan dipastikan secara sengaja dibunuh. Contohnya adalah Wartawan lepas Amerika Serikat Steven Sotloff yang sebelumnya bekerja untuk majalah TIME yang ditangkap pada tahun 2013 dan dibunuh dalam sebuah video yang dirilis oleh ISIS, Tak jauh berbeda dengan nasib James Wright Foley jurnalis lepas asal amerika serikat yang berakhir tragis. Dia tewas dengan kepala dipenggal oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham ISIS. Adegan menyeramkan itu terekam dalam sebuah video berdurasi lima menit dan diunggah ke dunia maya. BBC edisi Rabu, 20 Agustus 2014 melaporkan nyawanya terpaksa dikorbankan oleh ISIS sebagai bentuk peringatan kepada Presiden Barack Obama agar Berhenti melakukan serangan udara ke wilayah yang dikuasai kelompk pimpinan Abu Bakar Al-Bahgdadi. Kehadiran Wartawan dalam meliput peperangan di Wilayah Konflik memang menjadi hal yang dipertanyakan bagi orang awam, karena besarnya ancaman serta bahaya yang dihadapi seorang wartawan dengan banyaknya wartawan yang terbunuh dalam peperangan di daerah konflik, namun ini merupakan fungsi wartawan dalam meliput suatu kejadian yakni sebagai saksi dan sumber terpercaya untuk mengemukakan apa yang dilihat dan didengar secara langsung. Secara etimologis jurnalistik journalistic artinya kewartawanan atau hal ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” journal artinya laporan atau catatan Universitas Sumatera Utara atau “jour” dalam bahasa Perancis yang berarti “hari” day atau catatan harian” diary. Dalam Bahasa belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian 5 Secara Umum Tugas dan Fungsi Wartawan ada 3 Macam yaitu : 1. Peliput : Seorang Wartawan berfungsi sebagai Peliput setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadi bahan berita 2. Penyusun : Peristiwa yang telah diliput, akan disusun menjadi suatu berita yang menarik bagi publik. 3. Penyebar Informasi : Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada public, sehingga berita tersebut menjadi informasi bagi mereka. Sedangkan dalam buku Blur: How to Know What’s True in The Age of of Information Overload karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, dikatakan Tugas dan Fungsi wartawan yang yakni: 1. authenticator, yakni konsumen memerlukan wartawan yang bisa memeriksa keautentikan suatu informasi. 2. sense maker yakni menerangkan apakah informasi itu masuk akal atau tidak. 3. investigator yakni wartawan harus terus mengawasi kekuasaan dan membongkar kejahatan. 4. witness bearer yakni kejadian-kejadian tertentu harus diteliti dan dipantau kembali dan dapat bekerja sama dengan reporter warga. 5. empowerer yakni saling melakukan pemberdayaan antara wartawan dan warga untuk menghasilkan dialog yang terus-menerus pada keduanya. 5 Dikutip dari http: www.radio.baticnews.com diakses pada Januari 2016. Universitas Sumatera Utara 6. smart aggregator yakni wartawan cerdas harus berbagi sumber berita yang bisa diandalkan, laporan-laporan yang mencerahkan, bukan hanya karya wartawan itu sendiri. 7. forum organizer yakni organisasi berita, baik lama dan baru, dapat berfungsi sebagai alun-alun di mana warga bisa memantau suara dari semua pihak, tak hanya kelompok mereka sendiri. 8. kedelapan, role model, yakni tak hanya bagaimana karya dan bagaimana cara wartawan menghasilkan karya tersebut, namun juga tingkah laku wartawan masuk dalam ranah publik untuk dijadikan contoh. 6 Tujuan wartawan melakukan kegiatan peliputan adalah agar peristiwa yang sungguh terjadi di dalam peperangan dapat diketahui oleh masyarakat luas yang membutuhkan berita yaitu mereka yang bukan sebagai pelaku maupun penderita peperangan 7 . Kehadiran Wartawan didalam daerah konflik sangat penting menurut Hukum Humaniter, tanpa mereka maka publik tidak akan tau apakah para pihak yang bersengketa menghormati atau sebaliknya tidak mengindahkan hukum humaniter selama konflik berlangsung. Wartawan haruslah menjadi saksi yang mengemukakan apa yang dilihat dan apa yang didengarnya bukan seperti mengadili. Wartawan yang sedang bertugas di wilayah konflik atau daerah yang sedang mengalami peperangan juga dituntut untuk tampil netral dan tidak menunjukkan sikap keberpihakan pada salah satu pihak yang bertikai, dan sebagai 6 Bill Kovach dan Tom Rosentiel, BLUR: Bagaimana Mengetahui Kebenaran di Era Banjir Informasi, Dewan Pers, 2012. 7 Hendro Subroto, Perjalanan Seorang Wartawan Perang, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998, Hal. 14. Universitas Sumatera Utara pembuktian status mereka maka harus ditunjukkan kartu identitas seperti yang ditentukan dalam Annex II Protokol Tambahan I 1977. Wartawan yang harus menjalankan profesinya bertugas untuk meliput berita di medan pertempuran juga termasuk ke dalam kelompok penduduk sipil yang sudah seharusnya dalam pelaksanaan tugasnya dilindungi seperti halnya waga sipil yang berada di wilayah konflik dilihat berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 4A Konvensi Jenewa III dimana : “Prisoners of war in the sense of convention,are persons belonging to one of the following categories,who have fallen into the power of the enemy:…4 Persoons who accompany the armed forces without actually being members thereof,such as civilian members of military aircraft crews,war correspondents, supply, contractors, members of labour units or of responsible for the welfare of the armed forces,provided that they have received authorization,from the armed forces which they accompany,who shall provide them for that purpose with an identity card similar to the annexed model” Namun pada kenyataannya, perlindungan itu belum dapat dikatakan maksimal. Dikarenakan profesi wartawan tersebut tidaklah luput dari berbagai resiko dan bahaya yang sangat besar yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka sendiri ketika sedang bertugas di wilayah konflik bersenjata, bahkan masih banyak kasus kekerasan, pemerkosaan, serta serangan yang disengaja yang dilakukan atas dasar rasa ketidaksukaan terhadap wartawan yang sering dianggap sebagai mata-mata suatu Negara atau informan khusus yang memberikan berita kebenaran untuk dipublikasikan ke khalayak ramai, yang selama ini ditutup- Universitas Sumatera Utara tutupi. Hal ini yang sering mengakibatkan luka atau tewasnya Wartawan oleh pihak yang sedang bertikai atau sekolompok orang yang mengatasnamakan kepentingannya untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut terhadap Wartawan. Maka berdasarkan hal yang telah diuraikan tersebut,maka penulis tertarik untuk membahas mengenai masalah ini dalam bentuk skripsi yang diberi judul “Perlindungan Hukum Bagi Wartawan Yang Bertugas di Wilayah Konflik Ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional ”.

B. Perumusan Masalah