Penduduk Sipil Yang Berhak Atas Status Tawanan Perang

perang modern yang bersifat total adalah bahwa tidak saja perlindungan yang diberikan hukum perang harus diluaskan pada penduduk sipil, tetapi juga bahwa kepada pihak-pihak dalam pertikaian harus diberikan jaminan yang lebih banyak bahwa perlindungan demikian tidak akan disalahgunakan. 44

B. Penduduk Sipil Yang Berhak Atas Status Tawanan Perang

Tawanan Perang menurut Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perlakuan Terhadap Tawanan Perang adalah orang-orang anggota angkatan bersenjata yang ditahan oleh pihak musuh capture by the enemy atau selengkapnya : all person belonging to the armed forces of the belligerents who are captured by the enemy in the course of operatins. Pendudukan oleh angkatan perang musuh tanpa perlawanan tidak tercakup dalam definisi di atas, yang menggunakan istiah “tawanan perang” dalam suatu pertempuran sebagai ukuran. Pada Ketentuan Pasal 4A, pengertian tawanan perang menurut Konvensi Jenewa 1949 mengenai perlakuan Tawanan Perang adalah orang-orang yang termasuk salah satu golongan berikut, yang telah jatuh dalam kekuasaan musuh. Pasal ini menyatakan bahwa mereka berhak mendapatkan status sebagai tawanan perang adalah : 1. Para anggota angkatan perang dari suatu pihak dalam sengketa, begitupun anggota-anggota milisi atau barisan prajurit cadangan sukarela yang menjadi bagian dari angkatan perang demikian itu Pasal 4 Konvensi III Paragraf B 44 Mochtar Kusumaatmadja, Op. Cit, hal. 76-78 Universitas Sumatera Utara 2. Anggota-anggota milisi serta anggota-anggota barisan prajurit cadangan sukarela lainnya, termasuk anggota-anggota gerakan-gerakan perlawanan yang diorganisir, yang tergolong pada suatu pihak dalam sengketa dan beroperasi di dalam suatu diluar wilayahnya sendiri, sekalipun itu diduduki, asal saja milisi atau barisan prajurit cadangan sukarela demikian, termasuk gerakan perlawanan yang diorganisir itu dan memenuhi syarat- syarat berikut Pasal 4 Konvensi III Paragraf B sub Paragraf I a. Dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab atas bawahannya b. Menggunakan tanda pengenal tetap yang dikenali dari jauh c. Membawa senjata secara terbuka d. Melakukan operasi mereka yang sesuai dengan hukum-hukum dan kebiasaan-kebiasaan perang 3. Para anggota angkatan perang regular yang menyatakan kesetiannya pada suatu pemerintah atau kekuasaan yang tidak diakui oleh Negara penahan 4. Orang-orang yang menyertai angkatan perang tanpa dengan sebenernya menjadi anggota dari angkatan perang itu, seperti anggota sipil awak pesawat terbang atau dinas-dinas yang bertanggung jawab atas kesejahteraan angkatan perang, asal saja mereka telah mendapatkan pengesahan dari angkatan perang yang disertainya, yang harus melengkapi mereka dengan sebuah kartu pengenal 5. Anggota-anggota awak kapal niaga, termasuk nahkoda, pemandu laut dan taruna dan awak pesawat terbang sipil dari pihak-pihak dalam sengketa, Universitas Sumatera Utara yang tidak mendapat perlakuan yang lebih menguntungkan menurut ketentuan-ketentuan lain apapun dalam hukum internasional 6. Para wartawan perang 7. Penduduk wilayah yang belum diduduki, yang tatkala musuh mendekat, atas kemauan sendirinya dan dengan serentak mengangkat senjata untuk melawan pasukan-pasukan yang menyerbu, tanpa mempunyai waktu untuk membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata yang teratur, asal saja mereka membawa senjata secara terang-terangan dan menghormati kebiasaan- kebiasaan perang. Dari tujuh golongan tersebut diatas, yang termasuk ke dalam nomor 1, 2, 3 dan 7 termasuk dalam kategori kombatan, yang apabila tertangkap akan diperlakukan sebagai tawanan perang sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa 1949 sedangkan yang termasuk dalam nomor 4, 5 dan 6, walaupun termasuk dalam kategori penduduk sipil berhak untuk diperlakukan sebagai tawanan perang. Ketujuh golongan diatas. Yang terdiri dari kombatan dan penduduk sipil, apabila jatuh ketangan musuh, maka berhak mendapat perlakuan sebagai tawanan perang harus dilindungi dan dihormati dalam segala keadaan. Menurut Konvensi ini, kategori berikut juga diperlakukan sebagai tawanan perang, yaitu: 1. Orang yang tergolong, atau pernah tergolong dalam angkatan perang dari wilayah yang diduduki, apabila Negara yang menduduki wilayah itu memandang perlu untuk menginternir mereka karena kesetiaan itu, Universitas Sumatera Utara walaupun Negara itu pada awalnya telah membebaskan mereka selagi permusuhan berlangsung diluar wilayah yang diduduki Negara itu, terutama jika orang-orang bergabung kembali dengan angkatan perang mereka yang terlibat dalam pertempuran, atau jika mereka tidak memenuhi panggilan yang ditujukan kepada mereka berkenaan dengan penginterniran 2. Orang-orang yang termasuk dalam salah satu golongan tersebut dalam pasal ini, yang telah diterima oleh Negara-negara netral atau Negara- negara yang tidak turut berperang dalam wilayahnya, dan yang harus diinternir oleh Negara-negara itu menurut hukum internasional, tanpa mempengaruhi tiap perlakuan yang lebih baik yang mungkin diberikan kepada mereka oleh Negara-negara itu dan dengan penegcualian pasal 8, 10, 15, dan 30 paragraf kelima. Pasal 58-67, 126 dan apabila terdapat hubungan diplomatik antara pihak-pihak dalam sengketa yang ditaati oleh Negara-negara itu harus diperkenankan menyelenggarakan fungsi Negara pelindung terhadap mereka, sebagaimana ditentukan oleh Konvensi ini, tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi yang biasa dijalankan oleh pihak-pihak itu sesuai dengan kebiasaan dan perjanjian-perjanjian diplomatik dan konsuler. Berpegang pada pengertian tawanan perang tersebut, membuka kemungkinan bagi tentara pendukung yang melakukan penangkapan atas bekas anggota tentara yang diduduki berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keamanan untuk menganggap dirinya tidak terikat untuk memperlakukan orang- orang yang demikian sebagai tawanan perang. Universitas Sumatera Utara

C. Tawanan Perang Menurut Konvensi III Jenewa 1949