hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, dan untuk menghindarkan diri dari ketegangan dan tekanan.
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi kultural diasumsikan dari pendapat para sosiolog yaitu komunikasi dan budaya mempunyai hubungan
timbal balik. Peranan komunikasi dalam fungsi ini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya Djamarah, 2004.
Dengan demikian, melalui komunikasi keluarga sebuah budaya keluarga dapat diwariskan.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik, silih berganti, dan secara vertikal maupun horizontal. Baik itu komunikasi antara suami
dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, dan komunikasi antara anak dan anak dalam
rangka mengakrabkan hubungan keluarga. Komunikasi keluarga menurut Fitzpatrick, dilihat dari orientasi percakapan
anggota keluarga, dibedakan menjadi komunikasi yang berorientasi sosial dan komunikasi yang berorientasi konsep. Komunikasi yang berorientasi sosial adalah
komunikasi yang relatif menekankan hubungan keharmonisan dan hubungan sosial yang menyenangkan dalam keluarga. Komunikasi yang berorientasi konsep
adalah komunikasi yang mendorong anak-anak untuk mengembangkan pandangan dan mempertimbangkan masalah. Fitzpatrick dalam Morissan dan Wardhany,
2009. Secara umum, komunikasi keluarga bertujuan untuk menjaga
keharmonisan sebuah keluarga. Selain itu, komunikasi keluarga juga bertujuan untuk mewarisi norma-norma yang berlaku di masyarakat seperti norma agama,
norma akhlak, norma sosial, norma etika, norma estetika, dan norma moral dari orang tua pada anak.
2.2.4.2 Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga
Beberapa pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :
1. Model stimulus – respons S-R
Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal lisan –
Universitas Sumatera Utara
tulisan isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara
tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan
mempunyai banyak efek.
2. Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap
manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh
para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
3. Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi.
4. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari
perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya B mengenai sesuatu X.
2.2.4.3 Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta secara efektif,yaitu:
1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai respectfull attitude. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa
timbal balik dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan
maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di sekitanya.
Universitas Sumatera Utara
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk
mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka,
mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara seperti
ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga. 3.
Audibel Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata
yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami melihat tingkatan usia. 5.
Tepat Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi,
karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
6. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu,
lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati
Universitas Sumatera Utara
ini maka laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.
2.2.4.4 Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga