Fisiologi Hidung Gambaran Karakteristik Penderita Rinosinusitis Tipe Dentogen di RSUP H. Adam Malik Medan 2009-2012

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, yang lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid Soetjipto dan Wardani, 2007. Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara ostium duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid Soetjipto dan Wardani, 2007.

2.1.1.3 Batas rongga hidung

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoid, tulang ini berlubang-lubang kribrosa=saringan tempat masuknya serabut-sarabut saraf olfaktorius. Dibagian posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid Soetjipto dan Wardani, 2007.

2.1.2 Fisiologi Hidung

Mukosa Olfaktorius mengandung tiga jenis sel: reseptor olfaktorius, sel penunjang dan sel basal. Sel-sel penunjang mengeluarkan mukus yang melapisi saluran hidung. Sel-sel basal adalah prekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang diganti setiap dua bulan. Sel-sel olfaktorius sendiri merupakan Universitas Sumatera Utara ujung-ujung neuron aferen khusus dan satu-satunya neuron yang mengalami pembelahan sel. Akson-akson sel reseptor secara kolektif membentuk saraf olfaktorius. Bagian reseptor dari sel olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung dan berisi beberapa silia panjang yang meluas ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya molekul- molekul odoriferous pembentuk bau Sherwood, 2001. Agar dapat berikatan dengan sel-sel olfaktorius dan dapat membentuk bau maka suatu bahan harus: • Cukup mudah menjadi gas mudah menguap, sehingga sebagian melekulnya dapat masuk ke hidung dalam udara yang dihirup • Cukup mudah untuk larut-air, sehingga dapat larut kedalam lapisan mukus yang melapisi mukosa olfaktorius Sherwood, 2001. Pengikatan suatu molekul odoriferous ke tepat perlekatannya disilia akan menyebabkan pembukaan saluran-saluran Na + dan K + . Terjadi perpindahan ion- ion yang menimbulkan depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di serat aferen. Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak diatasnya. Serat-serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks yang mengandung beberapa lapisan sel yang berbeda-beda. Serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute: • Rute subkortikal yang terutama menuju ke daerah-daerah di sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer Sherwood, 2001. • Rute talamus kortikal dimana rute ini mencakup keterlibatan hipotalamus, memungkinkan koordinasi erat antara reaksi penciuman dan perilaku, dan rute ini juga penting untuk persepsi sadar dan diskriminasi halus penciuman Sherwood, 2001. Universitas Sumatera Utara Fungsi Hidung • Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara air conditioning, penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal Soetjipto dan Wardani, 2007. • Fungsi penciuman karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidung\fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang Soetjipto dan Wardani, 2007. • Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas Soetjipto dan Wardani, 2007. • Refleks nasal Soetjipto dan Wardani, 2007.

2.1.3 Persarafan Hidung Cavum Nasi