Kompleks Ostio-Meatal Sistem Mukosiliar Definisi

2.2.2 Kompleks Ostio-Meatal

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal KOM, terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat dibelakang prosesus unsinatus, resesus frontallis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium maksila Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. Dikutip dari: Gaillard, F., 2010 Gambar 2.4 Anatomi Kompleks Ostio-Meatal

2.2.3 Sistem Mukosiliar

Seperti pada mukosa hidung, didalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir diatasnya. Didalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di Universitas Sumatera Utara infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca-nasal post nasal drip, tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007.

2.2.4 Fungsi Sinus Paranasal

Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain: A. Sebagai pengatur kondisi udara air conditioning Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembapan udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karena ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 11000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. B. Sebagai penahan suhu thermal insulators Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan buffer panas, melindungi orbita dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. C. Membantu keseimbangan kepala Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. D. Membantu resonansi suara Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007. Universitas Sumatera Utara E. Sebagai peredam perubahan tekanan udara Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingusSoetjipto, dan Mangunkusomo, 2007. F. Membantu produksi mukus Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan efektif mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis Soetjipto dan Mangunkusomo, 2007.

2.3 Gigi

2.3.1 Anatomi Gigi 2.3.1.1 Bagian Gigi Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu: a Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang dikelilingi dilindungi oleh jaringan periodontal. b Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat c Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota Frencken 1997 dalam Sihombing 2009.

2.3.1.2 Bentuk-bentuk Gigi Permanen

Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 ditiap rahang. Di tiap rahang terdapat: a Empat gigi depan gigi insisivus. Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang bawah Frencken 1997 dalam Sihombing 2009. b Dua gigi kaninus yang serupa dirahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar Frencken 1997 dalam Sihombing 2009 . Universitas Sumatera Utara c Empat gigi pre-molargigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, beberapa mempunyai dua akar Frencken 1997 dalam Sihombing 2009. d Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar disebelah belakang didalam mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi seperti blok-blok bangunan. Ada mempunyai tiga, empat atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan gigi molar rahang bawah mempunyai dua akar Frencken 1997 dalam Sihombing 2009. Dikutip dari: Dental Anatomy Fehrenbach, M.J, 2008 Gambar 2.5 Bentuk-bentuk Gigi

2.3.1.3 Jaringan Gigi

Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu: a. Enamel Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu- satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi. Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97 mineral kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor, air 1 dan bahan organik 2, yang terletak dalam suatu pola kristalin. Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapat Universitas Sumatera Utara masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan enamel Frencken 1997 dalam Sihombing 2009. b. Dentin Dentin adalah jaringan berkapur yang lebih keras dari tulang karena kandungan garam kalsiumnya yang lebih tinggi 70 dari berat kering. Dentin terutama terdiri atas serabut kolagen tipe satu, glikosaminoglikan, fosfoprotein, fosfolipid, dan garam kalsium dalam bentuk kristal hidroksiapatit. Dentin senstitif terhadap beberapa stimulus, seperti panas, dingin, trauma, dan ph asam, dan semua stimulus ini dirasakan nyeri. Dentin memiliki sedikit serabut saraf tak bermielin yang memasuki bagian didalamnya Janqueira dan Carneiro, 2003. c. Sementum Sementum menutupi dentin akar gigi dan susunannya serupa dengan tulang. Sementum bersifat labil dan bereaksi terhadap stres yang dialaminya dengan meresorpsi jaringan tua atau menghasilkan jaringan baru Janqueira dan Carneiro, 2003. d. Pulpa Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar. Komponen utamanya adalah odontoblas, fibroblas, serabut kolagen halus, dan suatu substansi dasar yang mengandung glikosaminoglikan. Pulpa merupakan jaringan yang banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Serat pulpa sensitif terhadap nyeri, yakni satu-satunya modalitas sensorik yang dapat dikenali gigi Janqueira dan Carneiro, 2003. Universitas Sumatera Utara Dikutip dari : Douglass, A.B., 2003 Gambar 2. 6 Anatomi Gigi

2.3.1.4 Hubungan Sinus Maksila dengan Gigi Geligi

Pada orang dewasa, akar dari ketiga molar yang permanen selalu menonjol kedalam lumen, kedua premolar kadang-kadang juga begitu, namun caninus jarang terjadi. Akar gigi dapat menonjol di dasar sinus dan menghasilkan tonjolan-tonjolan yang tajam. Tonjolan dari akar gigi terlihat hanya dilapisi oleh mukosa yang tipis Lund, 1997. Kadang kala tonjolan gigi ini bercelah dengan jaringan granulasi atau polip yang terperangkap dan membuat pengeluaran pada waktu pembedahan menjadi sulit. Kedekatan gigi dan lumen sinus dapat menerangkan bahwa sinusitis maksila sering disebabkan oleh faktor gigi Lund, 1997.

2.4 Rinosinusitis Dentogen

2.4.1 Definisi

Sinus maksila disebut juga dengan antrum Highmore, karena letaknya yang dekat dengan akar gigi rahang atas maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus disebut dengan rinosinusitis dentogen. Hoesin, 2012. Kondisi ini dapat menyebar ke sinus paranasal lainnya jika tidak diobati atau tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Tucker M.R dan Schow S.R 2008. Universitas Sumatera Utara Lokasi gigi yang terbanyak menyebabkan rinosinusitis dentogen adalah gigi molar pertama, premolar kedua, dan premolar pertama. Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila sehingga dapat terjadi penyebaran infeksi bakteri langsung dari akar gigi ke dalam sinus maksila Farhat, 2007.

2.4.2 Etiologi