Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama

(1)

PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN

BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: EFI KURNIAWATI

NIM. 109082000019

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN

BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: EFI KURNIAWATI

NIM. 109082000019

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 19 September 2013 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : Efi Kurniawati NIM : 109082000019 Jurusan : Akuntansi/Audit

Judul Skripsi: Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 September 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 1985 03 1 002

2. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006

3. Reskino, SE., M.Si, Ak NIP. 19740928 200801 2 004

4. Dr. Rini, Ak., CA NIP. 19760315 200501 2 002

5. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak NIP. 19760924 200604 2 002


(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi:

Nama : Efi Kurniawati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Januari 1992

Alamat : Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten Timur, Ps. Minggu, Jakarta Selatan

Telpon : 021 – 7816829 / 085717092122 Email : efi.kurniawati@gmail.com II. Riwayat Pendidikan:

2006-2009 SMA Negeri 55 Jakarta 2003-2006 SMP Negeri 227 Jakarta

1997-2003 SD Negeri 01 Pejaten Timur, Jakarta Selatan 1996-1997 TK Assalam Pejaten Timur

III. Pengalaman Kerja:

Juni-Desember 2012 Freelance sebagai Internal Auditor untuk audit laporan keuangan periode 2006/2007 dan 2007/2008 PT. Siladen Resort and Spa, Manado. Juli-Agustus 2012 Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali

(KKSBT)/Magang pada koperasi Serba Usaha (KSU) Ubasyada, Ciputat.

IV. Seminar:

1. Talkshow Pemberantasan Korupsi Bersama KPK, 2009


(7)

vii

3. Seminar Marketing Social Media Network “Situs Sosial Network (Jejaring Sosial) Alternatif Media Pemasaran Berbasis Information System (IS) dan Information Technology (IT)”, 2011

4. “Sekolah Pasar Modal” – Basic Training of Fundamental & Technical Analysis, 2012

5. Tax Intercollegiate Forum, 2012

6. Workshop Audit Terapan, Seminar Audit Forensik Untuk Indonesia Bebas Fraud dan Korupsi, 2012

7. Seminar “Perkembangan Pemikiran Ekonomi dan Akuntansi Islam”, 2012

8. Seminar “Langkah Emas Pengusaha Muslim”, 2012 V. Data Orang Tua:

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari: Nama Ayah : Hikmatullah

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Nama Ibu : Mulyanah

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Orang tua : Jl. H. Jaidi No. 45 RT. 007/011, Pejaten Timur, Ps. Minggu, Jakarta Selatan


(8)

viii

THE ROLE OF MANAGEMENT AND GENERAL INSPECTORATE TO INTERNAL CONTROL OVER THE PROCUREMENT OF GOODS/SERVICE AT MINISTRY OF RELIGIOUS AFFAIRS OF THE

REPUBLIC OF INDONESIA By: Efi Kurniawati

ABSTRACT

This research purposes to examine the role of management and general

inspectorate to internal control over the procurement of goods/service at Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. This research used primary data by the questionnaires. Questionnaires were distributed to the staff general section at the general secretariat and each general directorate of The Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia as much as 40 questionnaires. Number of questionnaires returned was 40 questionnaires. The analyzing method to examine hypothesis was multiple regression analysis.

The result of this research showed that the management and general

inspectorate significantly contribute to internal control over the procurement of goods/service .

Key words: management, general inspectorate, internal control, the procurement of goods/service


(9)

ix

PERANAN MANAJEMEN DAN INSPEKTORAT JENDERAL TERHADAP PENGENDALIAN INTERN ATAS PENGADAAN

BARANG/JASA PADA KEMENTERIAN AGAMA Oleh: Efi Kurniawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada staf bagian umum pada sekretariat jenderal dan masing-masing direktorat jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia sebanyak 40 kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 40 kuesioner. Metode analisis untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen dan inspektorat jenderal berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.

Kata kunci: manajemen, inspektorat jenderal, pengendalian intern, pengadaan barang/jasa


(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas barokah yang selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan dan do’a kepada:

1. Mama, papa, kakakku serta adikku tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang, semangat, dan do’a.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.

3. Ibu Dr. Rini, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta serta Dosen Pembimbing 1 yang dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi penulis.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi,

terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.

6. Seluruh pihak Kementerian Agama atas partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selesainya Skripsi ini.


(11)

xi

Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 19 September 2013


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAKSI ... viii

KATA PENGANTAR ... .x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... ..xvi

DAFTAR BAGAN ... ...xvii

DAFTAR GAMBAR ... ..xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... ...xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A Latar Belakang Penelitian ... 1

B Rumusan Masalah ... 9

C Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A Landasan Teoritis ... 12

1 Teori Agency ... 12


(13)

xiii

3 Pengendalian Intern ... 15

4 Pengadaan Barang/Jasa ... 18

5 Manajemen ... 22

6 Inspektorat Jenderal ... 25

B Penelitian Sebelumnya ... 29

C Kerangka Berpikir ... 34

D Keterkaitan Antar Variabel ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A Ruang Lingkup Penelitian ... 40

B Metode Penentuan Sampel ... 40

C Metode Pengumpulan Data ... 41

D Metode Analisis Data ... 42

1 Statistik Deskriptif ... 42

2 Uji Kualitas Data ... 42

3 Uji Asumsi Klasik ... 44

4 Uji Hipotesis ... 45

E Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Pengukurannya ... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 52

A Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 52

1 Sejarah Singkat Kementerian Agama ... 52

2 Struktur Organisasi Kementerian Agama ... 53

3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 61


(14)

xiv

1 Statistik Deskriptif ... 63

2 Hasil Uji Kualitas Data ... 65

a Uji Reliabilitas ... 65

b Uji Validitas ... 67

3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 71

a Hasil Uji Multikolonieritas ... 71

b Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72

c Hasil Uji Normalitas ... 72

4 Hasil Uji Hipotesis ... 74

a Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 74

b Hasil Uji Regresi secara Simultan (Uji F) ... 75

c Hasil Uji Regresi secara Parsial (Uji t) ... 76

5 Analisis dan Interpretasi ... 78

a Peranan Manajemen Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ... 78

b Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ... 81

c Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal secara Simultan Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ... 83

BAB V PENUTUP ... 85

A Kesimpulan ... 85


(15)

xv

C Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN ... 93


(16)

xvi DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Bobot dan Kategori Skala Likert ... 42

3.2 Operasional Variabel ... 50

4.1 Jumlah Kuesioner ... 62

4.2 Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63

4.3 Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63

4.4 Deskriptif Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 64

4.5 Statistik Deskriptif ... 64

4.6 Hasil Uji Reliabilitas Peranan Manajemen ... 66

4.7 Hasil Uji Reliabilitas Inspektorat Jenderal ... 66

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa ... 67

4.9 Hasil Uji Validitas Peranan Manajemen ... 68

4.10 Hasil Uji Validitas Inspektorat Jenderal ... 69

4.11 Hasil Uji Validitas Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/ Jasa ... 70

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ... 71

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 74

4.14 Hasil Uji ANOVA ... 76


(17)

xvii DAFTAR BAGAN

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 34

4.1 Struktur Organisasi Kementerian Agama ... 53

4.2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal ... 54

4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ... 55

4.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah ... 56

4.5 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam ... 57

4.6 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen ... 58

4.7 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik ... 59

4.8 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu ... 60

4.9 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha ... 61


(18)

xviii DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 72 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 73


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 92

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 101

3. Kuesioner ... 108

4. Data Responden ... 114

5. Data Jawaban Responden ... 117


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Saat ini banyak media massa yang memberitakan kasus korupsi pada kementerian-kementerian. Apabila kita melihat dari sejumlah kasus korupsi yang ada di Indonesia, kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK) sebagian besar (77%) adalah kasus tindak pidana korupsi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa (Hardjowiyono, 2006) dalam Kurniawan (2009:116). Menurut Sutrisno (2013), hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2012 terdapat 15 kementerian yang terindikasi merugikan negara, salah satunya yaitu kementerian agama yang menimbulkan kerugian negara sebesar 79 miliar dengan 572 kasus.

Pada tahun 2011, terjadi kasus mengenai pengadaan barang/jasa di Kementerian Agama. Menurut Asril (2013), kasus korupsi proyek pengadaan laboratorium komputer tahun anggaran 2011 dan pengadaan Al Qur’an di Kementerian Agama disebabkan adanya suap yang dilakukan oleh tiga perusahaan sebagai upaya untuk memenangi tender proyek tersebut. Berdasarkan data-data tersebut, aktivitas pengadaan barang/jasa merupakan aktivitas yang paling potensial dimana fraud sering terjadi, baik dari tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sehingga aktivitas dalam hal pengadaan barang/jasa perlu mendapat perhatian yang lebih besar.


(21)

2 Dalam bidang pengadaan barang/jasa, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai penyempurnaan dari aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003 (Bastian, 2005:58). Disamping itu, juga terdapat Peraturan Presiden yang terbaru Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan tersebut dibuat untuk mengatur pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban serta peranan masing-masing pihak dalam proses pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah.

Tetapi, meskipun peraturan tersebut sudah diberlakukan, fraud di bidang pengadaan barang/jasa masih kerap terjadi pada kementerian maupun instansi lainnya. Fraud tersebut sebenarnya dapat diminimalisir apabila pengendalian intern di dalam kementerian maupun instansi lainnya tersebut memadai. Dengan menerapkan sistem pengendalian intern, maka segala bentuk penyalahgunaan dapat diidentifikasi sedini mungkin. Dengan ini maka segala bentuk upaya-upaya korupsi dapat dihindari (Wahyuni, 2010:15).

Pencegahan kecurangan, dapat dilakukan melalui dengan cara-cara berikut (Amrizal, 2004:5):

1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik 2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian


(22)

3 4. Mengefektifkan fungsi internal audit

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengendalian internal merupakan suatu prosedur atau metode baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat meminimalkan kecurangan maupun penyelewengan yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian negara. Pane (1992) dalam Permana (2009:4) menyatakan pengendalian intern sebagai proses, dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan seluruh karyawan dalam suatu organisasi, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Sebuah sistem pengendalian internal harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam mengelola organisasi (Boxer, 2011:1). Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi. Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan laba, maka alat pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi (negotiated bargain), meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap organisasi dan tingkatan manajemen. Sementara itu, organisasi sektor publik karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar,


(23)

4 maka alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi (Mardiasmo, 2009:35).

Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan seperti persetujuan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, ulasan kinerja operasional, pengamanan aset, dan pemisahan tugas (Quall, 2004) dalam Frazer (2011:363). Dengan adanya pengendalian internal yang memadai, segala kesalahan, kecurangan, dan tindakan-tindakan lain yang dapat merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin (Permana, 2009:2). Oleh karena itu, perlu adanya struktur pengendalian internal pengadaan barang/jasa yang baik sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian internal. Dari kelima komponen pengendalian intern, komponen lingkungan pengendalian, merupakan pondasi dari komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada organisasi (Pratolo, 2007:3). Setiap orang dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern efektif (Boxer, 2011:4). Manajemen harus berhati-hati dalam menangani masalah pengendalian intern terutama dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah karena masalah ini sepenuhnya berada dalam tanggung jawab dan kendali manajemen.


(24)

5 Tanpa pengendalian internal maka manajemen tidak akan mengetahui dan merasa yakin apakah yang telah mereka lakukan telah sesuai dengan yang diharapkan (Purjono, Tanpa tahun:1). Semua tingkatan manajemen harus bekerja sama untuk menciptakan suatu kerangka kerja terpadu yang menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima dan membantu organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Dinapoli, 2010:3). Setiap anggota organisasi memiliki peran dalam sistem pengendalian intern.

Manajemen memiliki sebuah peran dalam memastikan bahwa masing-masing individu yang bekerja memiliki keterampilan dan kemampuan untuk melakukannya, dan untuk menyediakan para pegawai dengan pengawasan, pemantauan, pelatihan yang tepat untuk menjamin bahwa organisasi memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugasnya (Dinapoli, 2007:7). Manajer pada organisasi harus memahami pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawabnya (Pratolo, 2007:7).

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan (PP Nomor 60 Tahun 2008). Tanggung jawab dewan pimpinan terhadap pengendalian internal yang paling utama yaitu melibatkan pengawasan, otorisasi, dan etika kepemimpinan (Dinapoli, 2010:2).

Selain tanggung jawab atas perencanaan dan penetapan sistem pengendalian intern, manajemen juga harus melakukan pengawasan terhadap


(25)

6 sistem pengendalian intern yang tengah berjalan (Fathurrachman, 2008:2). Apabila terjadi penyimpangan pimpinan harus cepat bertindak untuk mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan yang dinamakan pengendalian sehingga pengendalian harus dapat menyediakan data yang andal, menggunakan aktiva dan catatan, mendorong efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan kepada kebijakan yang ditetapkan manajemen (Permana, 2009:3).

Selain para pimpinan yang melakukan pengawasan serta penilaian atas pengendalian intern, ada juga bagian lain dalam suatu perusahaan/organisasi baik yang bersifat publik maupun swasta yang bertanggung jawab untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengendalian intern. Bagian ini disebut internal audit, orang yang bekerja dalam bagian ini disebut internal auditor. Dalam suatu kementerian, pelaksanaan internal audit dilakukan oleh Inspektorat Jenderal. Internal audit akan menyajikan analisis, penilaian, saran, bimbingan, serta informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang telah dipelajari, ditelaah, dan dinilainya kepada manajemen.

Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2009:193). Terdapat empat jenis aktivitas audit internal: finansial, operasional, beriringan, dan desain sistem pengendalian internal (Raymond dan George, 2011:308). Pada saat internal auditor melaksanakan audit operasional, ada tiga fitur dasar yang harus ditemukan, yaitu kecukupan pengendalian, efisiensi, dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan.


(26)

7 Organisasi sektor publik harus memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Mardiasmo, 2009:4). Untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dijalankan secara ekonomi, efisien, dan efektif, maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif. Fungsi seorang auditor internal yaitu meyakinkan bahwa sistem pengendalian internal dalam sebuah organisasi sudah baik dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan atau organisasi menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien.

Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010:53) mengenai pengaruh audit internal terhadap efektivitas pengendalian intern atas biaya produksi menunjukkan bahwa pelaksanaan internal audit memberikan pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi. Menurut Dow, Shea, and Waldrup (2009:124), studi-studi mengenai internal audit telah difokuskan pada dokumentasi struktur pengendalian internal dan dampak keuangan yang signifikan dari lemahnya pengawasan terhadap nilai perusahaan.

Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas sistem pengendalian intern dapat dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) (Akso, 2010:9). Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pelaksanaan


(27)

8 pengawasan intern oleh aparat pengawasan intern pemerintah dilakukan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Internal audit dalam sektor publik disebut juga dengan aparat pengawasan intern pemerintah, dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawasan Intern (SPI) di lingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD, Inspektorat wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat Wilayah Kabupaten/kota (Itwilkab/Itwilko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (Mardiasmo, 2009:193).

Pentingnya pengendalian internal sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, hal ini menimbulkan suatu masalah yaitu apakah pengendalian internal pada lingkungankementerian agama sudah efektif seperti yang diharapkan. Manajemen dapat bekerja sama dengan internal auditor untuk mengawasi dan memastikan apakah pengendalian internal sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada kementerian agama, dengan judul: “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”.

Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Widyaningsih, 2010) mengenai “Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:

a. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen pengaruh internal audit dan variabel dependen efektifitas pengendalian intern biaya produksi.


(28)

9 Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen peranan inspektorat jenderal dan menambahkan satu variabel yaitu peranan manajemen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.

b. Populasi penelitian sebelumnya yaitu satuan pengawasan intern (SPI) pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Sedangkan populasi pada penelitian ini yaitu bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktorat-direktorat jenderal kementerian agama.

c. Penelitian sebelumnya objek yang diteliti yaitu staf satuan pengawasan intern (SPI) pada PT. Dirgantara Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini objek yang diteliti yaitu pegawai yang bekerja di sekretariat bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktorat-direktorat jenderal kementerian agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah manajemen berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama?

2. Apakah inspektorat jenderal berperan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama?

3. Apakah manajemen dan inspektorat jenderal berperan secara simultan terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama?


(29)

10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ingin menemukan bukti empiris mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Menganalisis peranan manajemen terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa pada Kementerian Agama

b. Menganalisis peranan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa padaKementerian Agama

c. Menganalisis peranan manajemen dan inspektorat jenderal secara simultan dalam terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa di Kementerian Agama.

2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai peran manajemen dan inspektorat jenderal dalam pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.

2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang bagaimana peranan manajemen dan internal audit terhadap efektivitas pengendalian internal atas pengadaan barang dan jasa di Kementerian Agama. 3) Peneliti berikutnya, sebagai referensi bagi pihak yang akan meneliti


(30)

11 4) Penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan mengenai auditing, terutama tentang peran manajemen dan internal audit pemerintah sehingga di masa yang akan datang diharapkan bermanfaat bagi penulis.

b. Kontribusi Praktis

Bagi pemerintah, sebagai tinjauan yang diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan peran manajemen mulai dari planning,

organizing, leading, dan controlling, serta kompetensi auditor inspektoratnya melalui pemberian pelatihan-pelatihan khusus mengenai

internal control, meningkatkan pendidikan auditor internalnya, khususnya auditor inspektorat jenderal kementerian agar dapat lebih berperan dalam meningkatkan pengendalian internal pada bidang pengadaan barang dan jasa melalui kegiatan internal auditnya sehingga dapat mengurangi atau meminimalisir tindak kecurangan atau penyelewengan yang terjadi pada aktivitas tersebut.


(31)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis

1. Teori Agency

Menurut Djajadikerta (2004:18), hubungan agensi (agency relation) muncul pada saat satu atau lebih orang menyerahkan aktiva miliknya, mendelegasikan wewenang pengelolaan aktiva tersebut pada orang lain.

Principal merupakan pihak yang mendelegasikan wewenang atau tanggung jawab untuk pengambilan keputusan. Sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan wewenang atau tanggung jawab. Hak dan kewajiban masing-masing pihak (principal dan agent) dijelaskan dalam suatu perjanjian kerja yang disetujui bersama.

Teori agensi ini dinyatakan secara sederhana dalam dua masalah. Pertama, ketika perilaku agen dapat diawasi, sebuah kontrak yang didasarkan pada perilaku menjadi optimal karena perilaku agen merupakan komoditi yang dibeli. Ini merupakan kasus sederhana adanya complete information. Semua pihak, prinsipal dan agen, mengetahui apa saja yang dilakukan agen. Kedua, adalah incomplete information. Agen mengetahui apa yang dilakukannya, tetapi prinsipal tidak (Mustikawati, 2004:80). Jadi menurut agency theory, agent yang mempunyai kesempatan dan dorongan diprediksi akan bertindak untuk kepentingan pribadi yang berbeda dengan kepentingan principal.


(32)

13 Menyadari adanya agency problem, principal memerlukan alat pengendali agar agent bertindaksesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya dan terpaksa mengeluarkan biaya tambahan selain biaya membuat kontrak, namun walau begitu tetap ada kemungkinan masih terjadi kegagalan mengatasi agency problem tadi. Agency problem dapat diminimalisir melalui pengawasan (monitoring) dengan cara mendesain sistem pengendalian intern serta menyediakan informasi yang bermanfaat secara memadai sehingga dapat mengurangi information asymmetry. Pengendalian intern tersebut akan di review serta di evaluasi oleh manajemen dan melalui kegiatan internal audit.

2. Teori Sistem

Teori sistem memungkinkan kita menjelaskan perilaku organisasi baik internal maupun eksternal (Gibson, Vancevich, Donnelly, 1996:41). Secara internal, teori ini akan menjelaskan sebab orang-orang dalam suatu organisasi mau melaksanakan tugas mereka sendiri maupun kelompok. Secara ekternal, teori ini akan membandingkan aktivitas yang terdapat dalam suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Ciri-ciri general system science menurut Winardi (2007:162), yaitu:

a. Antar hubungan; setiap teori sistem harus memperhatikan elemen-elemen di dalam sistem, atau antar hubungan antara berbagai elemen-elemen dan interdependensi komponen-komponen sistem.

b. Holism; sistem merupakan sebuah keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagi.


(33)

14 c. Upaya untuk mencapai tujuan atau sasaran; sistem-sistem mencakup komponen-komponen yang berinteraksi. Interaksi menyebabkan timbulnya situasi akhir atau tujuan atau sebuah posisi keseimbangan dimana aktivitas-aktivitas yang ada membantu pencapaian tujuan.

d. Input dan Output; semua sistem tergantung pada input tertentu untuk menimbulkan aktivitas-aktivitas yang akhirnya menyebabkan tercapainya tujuan.

e. Transformasi; semua sistem merupakan alat transformasi input untuk dijadikan output.

f. Entropi; entropi menggambarkan keadaan sebuah sistem tertutup, di mana semua elemen berada dalam keadaan kacau, sistem tersebut sudah “tamat riwayatnya”.

g. Pengaturan (regulation); hal ini mencakup tindakan “perencanaan”.

Pengawasan (control) berarti bahwa desain orisinal untuk bertindak akan diikuti dan penyimpangan-penyimpangan dari rencana dicatat dan diperbaiki.

h. Hierarki; sistem-sistem pada umumnya merupakan keseluruhan yang kompleks yang terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil.

i. Diferensiasi; pada sistem-sistem kompleks, kesatuan-kesatuan khusus melaksanakan fungsi-fungsi sistemik yang terspesialisasi.

j. Ekuifinalitas; pada sistem-sistem terbuka, keadaan final yang sama dapat dicapai dari berbagai macam titik tolak.


(34)

15 Berdasarkan ciri-ciri teori sistem diatas, maka peranan manajemen dan internal audit dapat dijelaskan melalui teori ini. Karena peranan para pelaku dalam sebuah organisasi masing-masing memiliki keterkaitan dalam melaksanakan tugasnya yang akan membentuk suatu sistem. Pimpinan harus berhubungan secara keseluruhan dengan aspek perilaku organisasi internal maupun eksternal. Selain itu, melalui teori sistem ini, pimpinan akan mudah dalam mencapai tujuan organisasi karena akan memungkinkan pimpinan dapat memahami sebab efektivitas individu, kelompok, dan organisasi.

Dengan pemahaman aspek perilaku dalam organisasi, maka pimpinan akan lebih mudah melaksanakan pengendalian intern yang baik. Karena pengendalian intern dalam suatu perusahaan dilakukan oleh semua lapisan dalam organisasi.

3. Pengendalian Intern

Menurut Marshall dan Paul (2004:53), pengendalian intern adalah “pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan Laporan COSO (The Committee of Sponsoring Organization) (Boynton, Johnson, Kell, 2002:142), pengendalian intern yaitu

“Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan.”


(35)

16 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, sistem pengendalian intern di definisikan sebagai berikut:

“proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”.

Jadi, pengendalian internal adalah proses yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk mencapai tujuan keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi serta memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua aktivitas organisasi sudah berjalan efektif dan efisien. Pemahaman akan pentingnya pengendalian sektor publik menyebabkan perlunya pendalaman tentang pengendalian itu sendiri.

Pengendalian dapat diinterpretasikan sebagai proses maupun pengarah. Jika sebagai proses, pengendalian lebih dianggap sebagai alat manajemen dalam pelaksanaan keputusan. Jika sebagai pengarah, pengendalian dapat diartikan sebagai intervensi dalam pengambilan keputusan (Bastian, 2005:83). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari: a. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan


(36)

17 kerjanya, melalui: penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

b. Penilaian Risiko

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko terdiri atas: identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

c. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian terdiri atas: review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan, pembinaan sumber daya manusia, pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, pengendalian fisik atas aset, pemisahan fungsi, otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, akuntabilitas terhadap sumber daya dan


(37)

18 pencatatannya, dan dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting.

d. Informasi dan Komunikasi

Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan instansi pemerintah harus sekurang-kurangnya menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi, serta mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus.

e. Pemantauan

Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan sistem pengendalian intern.Pemantauan sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya.

4. Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dimaksud dengan pengadaan barang/jasa yaitu:

“Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah/institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa”.


(38)

19 Tujuannya adalah untuk memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan instansi pemerintah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan, serta dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku (Bastian, 2005:58).

a. Prosedur Penyusunan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 12 Tahun 2011 tentang pedoman umum perencanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, prosedur penyusunan rencana umum pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu: 1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa

2) Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran

3) Penetapan kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan 4) Penetapan kebijakan umum tentang cara pengadaan

5) Penetapan kebijakan umum tentang pengorganisasian pengadaan 6) Penyusunan kerangka acuan kerja

7) Penyusunan jadwal kegiatan pengadaan 8) Pengumuman rencana umum pengadaan

b. Prosedur Persiapan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan cara pengadaan yang terdapat dalam Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 12 Tahun 2011, prosedur persiapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui:


(39)

20 1) Swakelola

Persiapan pelaksanaan swakelola meliputi:

a) Pelaksanaan swakelola oleh kementerian/instansi lainnya penanggung jawab anggaran

b) Pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain pelaksana swakelola

c) Pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat pelaksana swakelola

2) Penyedia barang/jasa

Persiapan pelaksanaan pengadaan melalui penyedia barang/jasa meliputi:

a) Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa b) Pemilihan sistem pengadaan barang/jasa

c) Penetapan metode penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa d) Penyusunan jadwal pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa e) Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa

f) Penetapan harga perkiraan sendiri (HPS)

c. Pemantauan dan Evaluasi Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dibuat oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Maksud dan tujuan dilakukannya pemantauan dan evaluasi terhadap penyusunan rencana pengadaan barang/jasa adalah untuk mendapatkan umpan balik dalam penyusunan rencana pengadaan barang/jasa yang


(40)

21 dilakukan secara berkesinambungan, sehingga perencanaan pengadaan barang/jasa kementerian/institusi lainnya dilakukan sesuai dengan prosedur dan mencapai sasarannya, baik dilakukan oleh pengguna anggaran (PA) masing-masing kementerian/institusi lainnya maupun Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Prosedur pemantauan dan evaluasi atas pengadaan barang/jasa meliputi:

1) Pemantauan

Prosedur pemantauan dan evaluasi perencanaan pengadaan barang/jasa, dapat dilakukan melalui pengisian daftar simak atau pertanyaan oleh masing-masing Kementerian/Daerah/Lembaga/ Institusi lainnya, guna mengetahui ketaatannya terhadap pemenuhan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.Contoh formulir pengisian daftar simak terdapat dalam pedoman perencanaan pengadaan barang/jasa.

2) Evaluasi dan Pelaporan

Pelaksanaan tugas pemantauan dan evaluasi perencanaan pengadaan barang/jasa dilakukan oleh bagian internal masing-masing kementerian/institusi lainnya melalui unit kerjanya, yang ditunjuk oleh pengguna anggaran, untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap perencanaan pengadaan barang/jasa kementerian/institusi lainnya dan menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi kepada pengguna anggaran guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.


(41)

22 3) Pembinaan

Pembinaan perencanaan pengadaan barang atau jasa dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan melalui sosialisasi, diseminasi atau semiloka yang dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

5. Manajemen

a. Definisi Manajemen

Williams(2009:7), mendefinisikan manajemen sebagai berikut: “Management is working through others to accomplish tasks that help fulfill organizational objectives as efficiently as possible.”

“Manajemen adalah bekerja dengan yang lainnya untuk melaksanakan tugas yang membantu untuk memenuhi tujuan organisasi seefektif mungkin”.

Menurut Robbins dan Coulter(2012:36), definisi manajemen yaitu:

Management involves coordinating and overseeing the work activities of others so that their activities are completed efficiently and effectively.”

“Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi aktivitas pekerjaan dari yang lainnya sehingga aktivitas mereka diselesaikan secara efisien dan efektif.”

Kinicki dan Williams (2011:5) menyatakan definisi manajemen sebagai berikut:

More formally, management is defined as (1) pursuit of organizational goals efficiently and effectively by (2) integrating the work of people through (3) planning, organizing, leading, and controlling the organization's resource”.


(42)

23 “Lebih formal, manajemen di definisikan sebagai (1) mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (2) mengintegrasikan pekerjaan orang-orang (3) perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi”.

Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. b. Tingkatan Management dalam Pemerintahan Pusat

Dalam pemerintahan pusat, tingkatan manajemen dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut ini:

Sumber: data yang diolah

Gambar 2.1 Tingkatan Manajemen

Gambar 2.1 menjelaskan tingkatan manajemen dalam suatu pemerintahan berdasarkan jabatan struktural yang terdiri dari mulai eselon I (satu) sampai dengan non-eselon. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai

Eselon I Eselon II

Eselon III

Eselon IV


(43)

24 Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, eselon merupakan tingkatan jabatan struktural. Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara.

Menurut Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 490 Tahun 2003 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Agama, pejabat eselon I (satu) adalah sekretaris jenderal, inspektur jenderal, direktur jenderal, kepala bagian litbang agama dan diklat keagamaan. Pejabat eselon II (dua) adalah kepala biro, sekretaris, direktur, inspektur, kepala pusat pada sekretariat jenderal dan kepala badan litbang agama dan diklat keagamaan, kepala kanwil Dep. Agama Propinsi/D.I.

Pejabat eselon III (tiga) adalah kepala bagian, kepala sub direktorat, kepala bidang, kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pejabat eselon IV (empat) adalah kepala sub bagian, kepala seksi, kepala KUA. Non-eselon merupakan staf/pegawai yang menjalankan tugas langsung dari pejabat eselon IV.

c. Proses Manajemen Organisasi Pemerintahan

Menurut Sumarsono (2010:25), proses manajemen organisasi pemerintahan pada dasarnya sama dengan organisasi komersial yaitu perencanaan, pengarahan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan


(44)

25 sumber-sumber yang dikelola. Menurut Kinicki dan Williams (2011:14), proses manajemen yang dikenal juga sebagai fungsi manajemen dibagi menjadi 4 (empat):

1) Planning: didefinisikan sebagai menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Yuwono, Indrajaya, dan Hariyadi (2005:3), perencanaan adalah salah satu tugas penting manajemen di awal siklus operasional. 2) Organizing: didefinisikan sebagai mengatur tugas, orang-orang,

dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pekerjaaan.

3) Leading: didefinisikan sebagai motivasi, pengarahan, dan kemudian mempengaruhi orang-orang untuk bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi

4) Controlling: didefinisikan sebagai mengawasi kinerja, membandingkan kinerja dengan tujuan, dan mengambil tindakan koreksi seperti yang dibutuhkan.

6. Inspektorat Jenderal

a. Definisi Inspektorat Jenderal

Menurut Sirait (2009:28), inspektorat jenderal didefinisikan sebagai berikut:

“Inspektorat jenderal merupakan salah satu unit kerja eselon 1 yang menjalankan fungsi pengawasan (controlling) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi utama antara lain melaksanakan kegiatan pengawasan fungsional di lingkungan kementerian terhadap pelaksanaan tugas di setiap unit lingkungan kementerian.”


(45)

26 b. Definisi Internal Audit

Agoes (2009:221) mendefinisikan internal audit yaitu:

internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.”

Menurut Mardiasmo (2009:193) definisi audit internal yaitu sebagai berikut:

“Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi.”

Menurut Sawyer(2005:7), audit internal yaitu:

“Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.”

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa internal audit yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh unit bagian pemeriksa dalam organisasi yang bertindak independen untuk menelaah operasional perusahaan, dengan mengukur dan mengevaluasi pengendalian serta kinerja perusahaan dengan tujuan efisiensi dan efektivitas.

c. Jenis Audit Internal Sektor Publik

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit aparat


(46)

27 pengawasan intern pemerintah, kegiatan audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) terdiri dari:

1) Audit kinerja

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah, memberikan kewenangan pada aparat pengawas intern pemerintah (APIP) untuk melaksanakan audit kinerja sebagai bentuk pengawasan. Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri dari aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.

Audit kinerja dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian/lembaga pemerintah untuk memastikan sesuai atau tidaknya sasaran yang kegiatan yang menggunakan anggaran.

2) Audit dengan tujuan tertentu

Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja. Audit dengan tujuan tertentu bertujuan memberikan simpulan atas suatu hal yang diaudit. Yang termasuk dalam kategori ini adalah audit investigatif, audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian pimpinan organisasi dan audit yang bersifat khas.


(47)

28 d. Peran Internal Audit

Internal auditor dalam suatu kementerian disebut Inspektorat Jenderal. Internal auditor tidak bertanggung jawab untuk memberikan pendapat tentang ketaatan terhadap hukum. Auditor internal secara periodik akan mengakumulasikan evaluasi pengendalian dari laporan audit internal dan mencapai kesimpulan tentang lingkungan pengendalian internal, struktur, dan filosofi organisasi secara keseluruhan. Agar peranan audit pengendalian intern pengadaan barang/jasa efektif, maka unsur-unsur berikut ini harus dipenuhi (Permana, 2009:43):

1) Verifikasi.

Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa melakukan pemeriksaan secara metodis atau menetapkan asas-asas manajemen.

2) Evaluasi

Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan dalam penilaian menyeluruh pengendalian internal pengadaan barang/jasa dengan membandingkan kriteria-kriteria yang ada. 3) Rekomendasi

Audit pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa berperan dalam memberikan rekomendasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan pengendalian internal pengadaan barang/jasa, baik yang sekarang maupun masa yang akan datang.


(48)

29 B. Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Hasil-hasil Penelitian terdahulu No. Peneliti, Tahun, dan Judul

Penelitian Metode Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian X1 X2 Y

1. Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas

Pengendalian Internal Penjualan dan Penagihan Piutang.

(Permana, 2009)

Jenis Penelitian: Kuantitatif

Sumber Data: Primer, Kuesioner

Sampel: Auditor Internal pada Divisi Internal Auditor PT. Telekomunikasi Indonesia Metode Analisis: Korelasi √ √

Pelaksanaan audit internal sangat memadai.

Pengendalian Internal atas penjualan dan penagihan piutang sangat efektif. Audit internal memadai berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang. 2. Internal Control and

Management Guidance.

(Feng, et al., 2009)

Jenis Penelitian: Kuntitatif

Sumber Data: Sekunder; Audit Analytics, First Call, Annual Compustat, CRSP

Sampel: 2.940 firm-years Metode Analisis: OLS Regression

√ √

Panduan manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian internal.


(49)

30 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti, Tahun, dan Judul

Penelitian Metode Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian X1 X2 Y

3. Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi

(Widyaningsih, 2010)

Jenis Penelitian: Kuantitatif

Sumber Data: Primer, Kuesioner

Sampel: 20 Auditor Internal PT Dirgantara Indonesia

Metode Analisis: Korelasi Product Moment

√ √

Pelaksanaan audit internal memberikan pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi.

4. The Role of Internal Audit Fuction in the disclosure of Material Weaknesses

(Lin, etal.,2011)

Jenis Penelitian: Kuntitatif

Sumber Data: Sekunder; Sampel: 214 perusahaan yang didapatkan melalui survey GAIN IIA Metode Analisis data:

Logistic Regression Variabel Lainnya: Pengungkapan Kelemahan yang Material √

Internal audit berperan dalam pengungkapan kelemahan yang material.


(50)

31 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti, Tahun, dan Judul

Penelitian Metode Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian X1 X2 Y

5. The Effect of Internal Contol on

the Operating Activities of Small Restaurant

(Frazer, 2011)

Jenis penelitian: kuantitatif

Sumber data: primer, kuesioner melalui mail Sampel: 270 manajer restoran yang beroperasi di Nassau County, New York

Metode analisis: regresi berganda

Variabel lainnya: pemisahan tugas (X1),

penjagaan asset (X2), dan

verifikasi transaksi (X3).

Adanya hubungan yang negatif antara pemisahan tugas dan perusahaan kecil.

Adanya hubungan positif antara pengendalian internal dengan penjagaan aset. Adanya hubungan yang positif antara pengendalian internal dengan verifikasi transaksi.

6. Management Disclosure on Internal Control in Annual Report – A Study on Banking Sector: Bangladesh

(Arifuzzaman, 2011)

Jenis Penelitian: Kuntitatif

Sumber data: sekunder; Dhaka Stock Engchange (DSE)

Teknik Sampling: Random Basis

Sampel: 7 Bank yaitu:

√ √

Laporan manajemen dari sektor perbankan meliputi pengungkapan pengendalian internal. Tingkat

pengungkapan bervariasi dengan perusahaan yang berbeda.


(51)

32 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti, Tahun, dan Judul

Penelitian Metode Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian X1 X2 Y

AB Bank Ltd, Bangla Bank Ltd, Jamuna Bank Ltd, Merchantile Bank Ltd, Mutual Trust Bank Ltd, Premier Bank Ltd, Southest Bank Ltd. 7. Internal Audit Function: an

exploratory study from Egyptian list firm

(Ebaid, 2011)

Jenis penelitian: kuantitatif

Sumber data: Primer, Kuesioner

Sampel: Internal auditor perusahaan-perusahaan terdaftar di Mesir Metode penelitian: regresi berganda

Sebagian besar perusahaan di Mesir memiliki fungsi internal audit tetapi fungsinya masih kurang terpenuhi.

Hasilnya juga mengungkapkan bahwa fungsi internal audit masih berfokus pada audit keuangan dan kepatuhan pengendalian internal. 8. Pengaruh Kualitas Audit

Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang (Dityatama, 2012)

Jenis penelitian: kuantitatif

Sumber data: Primer, Kuesioner

Teknik sampling: sampling jenuh/sensus Sampel: 22 orang auditor

√ √

Kualitas audit internal berpengaruh positif terhadap efektifitas sistem pengendalian internal Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD)


(52)

33 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Peneliti, Tahun, dan Judul

Penelitian Metode Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian X1 X2 Y

Internal pada Inspektorat Kabupaten Lumajang Teknik analisis data: Statistika deskriptif dengan Smart-PLS 9.

Investigating the Effective Factors on Management Internal Control Applying

(Pirayesh, Niazi, Ahmadkhani., 2012)

Jenis penelitian: kuantitatif

Sumber data: Primer Sampel: 195 karyawan yang bekerja pada sektor administrasi dan

keuangan instansi pemerintah di Provinsi Zanjan, Iran

Metode analisis data: Non-parametric binomial test, t-student, dan

Freedman test Variabel lainnya: penggunaan teknologi informasi √ Implementasi teknologi informasi secara positif

mempengaruhi tim manajemen untuk mengontrol sistem mereka.

Penggunaan manajer yang lebih terampil dan memiliki spesifikasi khusus berpengaruh positif terhadap manajemen pengendalian internal.


(53)

34 C. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan 2.1

D. Keterkaitan Antar Variabel

1. Peranan Manajemen terhadap pengendalian intern antara pengadaan barang/jasa

Manajemen sebuah organisasi, melibatkan empat (4) fungsi dasar:

planning, organizing, actuating, controlling. Dalam mengelola suatu organisasi diperlukan suatu sistem pengendalian intern. Pengendalian Adanya Fraud atas Pengadaan komputer dan al-qur’an di Dirjen BIMAS Islam

Lemahnya Pengendalian Intern pada kementerian agama

Dasar Teori: Teori Agency dan Teori Sistem

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengendalian Intern (Y) Peranan Manajemen (X1)

Internal Audit (X2)

Metode Analisis: Regresi Berganda

Hasil Penelitian dan Pembahasan


(54)

35 intern meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan manajemen. Secara umum, dewan pimpinan tidak mendesain pengendalian internal atau menyiapkan peraturan tertulis yang mereka adopsi.

Manajemen (termasuk dewan pimpinan) adalah yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pengendalian tepat berada di tempatnya, dan bahwa mereka bekerja sesuai dengan bagaimana yang dimaksudkan (Dinapoli, 2010:2). Masing-masing individu dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern organisasi tersebut efektif.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Feng (2009:203), panduan manajemen memiliki efek yang signifikan terhadap pengendalian internal. Disamping itu, penelitian yang dilakukan oleh Arifuzzaman (2011:219) menunjukkan bahwa laporan manajemen mengungkapkan pengendalian internal, walaupun tingkatannya berbeda-beda.

Pimpinan wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dalam rangka untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pimpinan dan pegawai harus memiliki tindakan yang mendukung pengendalian internal. Pimpinan harus terus-menerus mengawasi output yang dihasilkan oleh sistem pengendalian dan mengambil tindakan yang tepat apabila terjadi penyimpangan.


(55)

36 Pembagian tugas seperti otorisasi, pemrosesan, pencatatan, dan pemeriksaan transaksi harus dipisahkan ke masing-masing individu dan unit. Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk memastikan pencapaian tujuan pengendalian internal. Akses untuk mendapatkan dokumen atau catatan harus dibatasi ke individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat.

Selain itu, setiap karyawan instansi bertanggung jawab untuk menyadari dan memperhatikan manajemen risiko dan masalah pengendalian intern, untuk mempertimbangkan keterbatasan dan area risiko utama, keputusan dokumen dan untuk memberikan dukungan informasi.

Dalam pemerintahan, standar untuk pengendalian intern masing-masing kementerian tidak berbeda. Karena standar tersebut dibuat oleh pemerintah baik yang terdapat dalam perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan sebagainya. Masing-masing unit di kementerian hanya melaksanakan pengendalian intern yang sudah distandarisasikan.

Pengawasan kegiatan operasional dalam direktorat jenderal kementerian dilakukan oleh tiap-tiap tingkatan manajemen yang ada dalam kementerian tersebut, mulai dari direktur jenderal, direktur, sekretaris, kepala bagian, kepala sub bagian, sampai dengan staf.


(56)

37 2. Peranan Inspektorat Jenderal Terhadap Pengendalian Intern atas Pengadaan Barang/Jasa

Pengendalian internal merupakan suatu alat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi dengan melakukan serangkaian aktivitas guna memastikan tercapainya tujuan dan sasaran organisasi tersebut. Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah perlu dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Aparat pengawasan intern pemerintah merupakan internal auditor yang bekerja pada lembaga pemerintah. Menurut Permana (2009:42), hubungan antara pengendalian internal dan audit internal tidak dapat dipisahkan karena audit internal merupakan salah satu unsur dalam pengendalian internal. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ebaid (2011:124) yang menyatakan bahwa fungsi internal audit merupakan suatu fungsi yang penting dan telah terbukti untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian internal, dan pemerintahan. Dalam melakukan internal audit, auditor internal akan mengevaluasi pengendalian internal perusahaan, memastikan bahwa pengendalian internal perusahaan sudah dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, internal audit sangat berperan dalam pengendalian internal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faturrachman (2008:9) menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan internal audit maka


(57)

38 efektivitas pengendalian internal juga akan semakin meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009:83) dengan hasil bahwa internal audit sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan penagihan piutang pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT. INTI. Praktisi dan akademisi umumnya berpendapat sama bahwa efektivitas pengendalian internal meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas fungsi audit internal (Lin,

et al, 2011:320).

Audit internal yang baik dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi dan independensi sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Peranan internal audit dalam kaitannya terhadap pengendalian internal atas pengadaan barang/jasa meliputi semua aspek yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa. Oganisasi harus melaksanakan audit terhadap pengendalian barang/jasa untuk memastikan bahwa pengendalian internal yang terdapat pada aktivitas tersebut telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan dipelihara secara efektif dan efisien.

Internal auditor kementerian, dalam hal ini yaitu inspektorat jenderal kementerian akan melakukan pemeriksaan berkala atas pelaksanaan pengendalian internal tersebut. Setelah itu, internal auditor tesebut akan memberikan saran-saran perbaikan yang diperlukan kepada manajemen dalam bentuk rekomendasi. Manajemen akan melaksanakan tindakan yang sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh internal auditor.


(58)

39 Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dibuat oleh penulis yaitu sebagai berikut:

H1: Manajemen berperan secara signifikan terhadap pengendalian intern atas

pengadaan barang/jasa

H2: Inspektorat jenderal berperan secara signifikan terhadap pengendalian

intern atas pengadaan barang/jasa

H3: Manajemen dan Inspektorat jenderal secara simultan berperan signifikan


(59)

40 BAB III

Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian umum yang terdapat pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. Adapun objek penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang terdapat pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pegawai bagian umum yang bekerja pada sekretariat jenderal dan direktorat jenderal kementerian agama. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan

purposive sampling, dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro dan Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Kepala bagian biro umum, kepala sub bagian biro umum, dan staf bagian perlengkapan pada Sekretariat Jenderal Kementerian Agama.

2. Kepala bagian umum, kepala sub bagian perlengkapan dan BMN (Barang Milik Negara), serta staf perlengkapan dan BMN pada masing-masing direktorat jenderal yang ada di Kementerian Agama, yang terdiri dari: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat


(60)

41 Islam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, serta Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua metode penelitian yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan.

1. Penelitian Pustaka

Merupakan pengumpulan data sekunder melalui buku-buku, jurnal-jurnal, serta literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan

Metode pengumpulan data yang dipakai adalah daftar pertanyaan (kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan dan bagaimana mengukur variabel yang diminati. Satu kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan untuk responden mencatat jawabannya. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua berisi pernyataan penelitian yang berhubungan dengan peranan manajemen dan internal audit terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa.


(61)

42 Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala

likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki empat kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Bobot dan Kategori Skala Likert

No Jenis Jawaban Bobot

1 2 3 4

SL = Selalu SR = Sering JR = Jarang

TP = Tidak Pernah

4 3 2 1

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20.

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range (Ghozali, 2011:19).

b. Uji Kualitas Data

Data ini merupakan data primer maka uji kualitas data penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dan uji validasi.


(62)

43 a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dalam pengujian reliabillitas ini, peneliti menggunakan metode statistik

Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar > 0,70 dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai cronbach alpha dari suatu variabel < 0,70 maka reliabilitasnya kurang memadai (Nunnally, 1994) dalam Ghozali (2011:48).

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing item valid atau tidak, dilihat dengan cara melihat hasil output cronbach alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation untuk masing-masing variabel. Kemudian bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar


(63)

44 dari r tabel dan nilai positif maka atau butir pertanyaan atau tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53).

c. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau korelasi diantara variabel independen pada model regresi. Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis matriks korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi penelitian (Ghozali, 2011:106).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y


(64)

45 prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized (Ghozali, 2011:139).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar menjauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011:163).

4. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode regresi berganda (multiple regression), yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, yang digunakan untuk menguji H1,


(65)

46 H2, dan H3 dengan pendekatan interaksi yang bertujuan untuk memenuhi

ekspektasi peneliti mengenai peranan manajemen dan inspektorat jenderal terhadap pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = a+b1X1+b2X2+e

Y : Pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa A : Konstanta

b1b2 : Koefisien regresi

X1 : Manajemen

X2 : Inspektorat Jenderal

e : Error

Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, yang meliputi: a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).


(66)

47 Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011:98). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Menurut Ghozali (2011:98), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat

kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipótesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Jika nilai F lebih kecil dari 4 maka H0 dapat diterima pada derajat

kepercayaan lebih dari 5%. Dengan kata lain bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Regresi secara Parsial

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Menurut Ghozali (2011:99), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


(67)

48 1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar lebih dari 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0

dapat diterima bila nilai t lebih kecil dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain, hal tersebut menyatakan bahwa variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen.

E. Operasional Variabel

Sesuai dengan judul yang dipilih yaitu “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Internal atas Pengadaan Barang/Jasa pada Kementerian Agama”, terdapat dua variabel independen yaitu peranan manajemen dan inspektorat jenderal, serta satu variabel dependen yaitu pengendalian internal. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing variabel beserta cara pengukurannya.

1. Peranan Manajemen (X1)

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan oleh tiap-tiap individu dari suatu organisasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Variabel ini diukur dengan


(68)

49 menggunakan instrumen 4 (empat) fungsi manajemen yaitu planning,

organizing, actuating, dan controlling. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan menggunakan instrumen fungsi manajamen oleh Kinicki dan William (2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4).

2. Inspektorat Jenderal (X2)

Inspektorat jenderal merupakan unit organisasi yang melaksanakan kegiatan internal audit dalam suatu kementerian. Internal audit memberikan nilai tambah dalam organisasi dengan lebih mengutamakan risiko usaha, pengendalian, dan pengaturan (Dedi Permana, 2009). Internal audit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh bagian internal perusahaan bahwa segala aktivitas yang terjadi dalam perusahaan sudah diterapkan secara ekonomi, efektif, dan efisien.

Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen verifikasi, evaluasi, serta rekomendasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari kuesioner penelitian oleh Permana (2009).

3. Pengendalian Internal (Y)

Menurut PP No. 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan


(69)

50 keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen komponen sistem pengendalian intern pemerintah yang sudah diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval (likert) 4 poin dari tidak pernah (1), jarang (2), sering (3), sampai dengan selalu (4). Kuesioner dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Permana (2009).

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Butir Pernyataan

Skala Pengukuran Peranan

Manajemen (X1)

(Kinicki dan William, 2011)

1. Planning

2. Organizing

3. Leading

a. Menetapkan kebijakan pengadaan

b. Membuat rencana umum pengadaan a. Pengorganisasian

pengadaan

b. Menentukan tugas dan kewenangan a. Mengumumkan

rencana umum pengadaan b. Menetapkan

perencanaan swakelola c. Menetapkan

sistem dan dokumen-dokumen pengadaan d. Pengumuman

lelang 1 2 3 4 5 6 7 8 Interval


(1)

114

HASIL UJI RELIABILITAS

Peranan Manajemen

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

.817 .826 11

Internal Audit

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items


(2)

115

Pengendalian Intern Atas Pengadaan Barang/Jasa

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items


(3)

116

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Variance

PM 40 18 26 44 38.08 5.526 30.533

IA 40 15 17 32 27.00 4.782 22.872

PI 40 22 42 64 54.90 7.128 50.810

Valid N

(listwise) 40

Variables Entered/Removeda

Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1 IA, PMb . Enter

a. Dependent Variable: PI

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .792a .627 .607 4.471 .627 31.064 2 37 .000

a. Predictors: (Constant), IA, PM b. Dependent Variable: PI

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1241.955 2 620.977 31.064 .000b

Residual 739.645 37 19.990

Total 1981.600 39

a. Dependent Variable: PI b. Predictors: (Constant), IA, PM


(4)

117

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 16.408 5.029 3.262 .002

PM .614 .188 .476 3.265 .002 .475 2.107

IA .560 .217 .376 2.576 .014 .475 2.107

a. Dependent Variable: PI

Coefficient Correlationsa

Model IA PM

1

Correlations IA 1.000 -.725

PM -.725 1.000

Covariances IA .047 -.030

PM -.030 .035

a. Dependent Variable: PI

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) PM IA

1

1 2.978 1.000 .00 .00 .00

2 .015 13.964 .77 .01 .35

3 .006 21.864 .23 .98 .65

a. Dependent Variable: PI

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 44.80 61.34 54.90 5.643 40

Residual -9.082 10.922 .000 4.355 40

Std. Predicted Value -1.791 1.141 .000 1.000 40

Std. Residual -2.031 2.443 .000 .974 40


(5)

(6)