1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak media massa yang memberitakan kasus korupsi pada kementerian-kementerian. Apabila kita melihat dari sejumlah kasus korupsi
yang ada di Indonesia, kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh komisi pemberantasan korupsi KPK sebagian besar 77 adalah kasus tindak
pidana korupsi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa Hardjowiyono, 2006 dalam Kurniawan 2009:116. Menurut Sutrisno
2013, hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan BPK tahun 2012 terdapat 15 kementerian yang terindikasi merugikan negara, salah satunya yaitu
kementerian agama yang menimbulkan kerugian negara sebesar 79 miliar dengan 572 kasus.
Pada tahun 2011, terjadi kasus mengenai pengadaan barangjasa di Kementerian Agama. Menurut Asril 2013, kasus korupsi proyek pengadaan
laboratorium komputer tahun anggaran 2011 dan pengadaan Al Qur’an di Kementerian Agama disebabkan adanya suap yang dilakukan oleh tiga
perusahaan sebagai upaya untuk memenangi tender proyek tersebut. Berdasarkan data-data tersebut, aktivitas pengadaan barangjasa merupakan
aktivitas yang paling potensial dimana fraud sering terjadi, baik dari tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan pengadaan barangjasa. Sehingga
aktivitas dalam hal pengadaan barangjasa perlu mendapat perhatian yang lebih besar.
2 Dalam bidang pengadaan barangjasa, pemerintah telah menerbitkan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah, sebagai penyempurnaan dari
aturan dan prosedur sebelumnya, yaitu Keppres 80 Tahun 2003 Bastian, 2005:58. Disamping itu, juga terdapat Peraturan Presiden yang terbaru
Nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Peraturan
tersebut dibuat untuk mengatur pengguna barangjasa dan penyedia barangjasa sesuai dengan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban serta peranan
masing-masing pihak dalam proses pengadaan barangjasa yang dibutuhkan instansi pemerintah.
Tetapi, meskipun peraturan tersebut sudah diberlakukan, fraud di bidang pengadaan barangjasa masih kerap terjadi pada kementerian maupun instansi
lainnya. Fraud tersebut sebenarnya dapat diminimalisir apabila pengendalian intern di dalam kementerian maupun instansi lainnya tersebut memadai.
Dengan menerapkan sistem pengendalian intern, maka segala bentuk penyalahgunaan dapat diidentifikasi sedini mungkin. Dengan ini maka segala
bentuk upaya-upaya korupsi dapat dihindari Wahyuni, 2010:15. Pencegahan kecurangan, dapat dilakukan melalui dengan cara-cara
berikut Amrizal, 2004:5: 1. Membangun struktur pengendalian internal yang baik
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian 3. Mengefektifkan kultur organisasi, serta
3 4. Mengefektifkan fungsi internal audit
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Pengendalian internal merupakan suatu prosedur atau metode baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dapat meminimalkan kecurangan maupun penyelewengan yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian negara.
Pane 1992 dalam Permana 2009:4 menyatakan pengendalian intern sebagai proses, dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan seluruh karyawan
dalam suatu organisasi, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Sebuah sistem pengendalian internal harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam mengelola organisasi Boxer, 2011:1. Pola pengendalian
tiap organisasi berbeda-beda tergantung pada jenis dan karakteristik organisasi. Organisasi bisnis karena sifatnya yang berorientasi pada perolehan
laba, maka alat pengendaliannya lebih banyak bertumpu pada mekanisme negosiasi negotiated bargain, meskipun hal tersebut bervariasi untuk tiap
organisasi dan tingkatan manajemen. Sementara itu, organisasi sektor publik karena sifatnya tidak mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar,
4 maka alat pengendaliannya lebih banyak berupa peraturan birokrasi
Mardiasmo, 2009:35.
Kegiatan pengendalian meliputi kegiatan seperti persetujuan
,
otorisasi
,
verifikasi
,
rekonsiliasi
,
ulasan kinerja operasional
,
pengamanan aset
,
dan pemisahan tugas
Quall,
2004
dalam Frazer 2011:363. Dengan adanya pengendalian internal yang memadai, segala kesalahan, kecurangan, dan tindakan-tindakan
lain yang dapat merugikan perusahaan dapat ditekan serendah mungkin Permana, 2009:2. Oleh karena itu, perlu adanya struktur pengendalian
internal pengadaan barangjasa yang baik sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan
secara efektif
dan efisien
serta hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut PP Nomor 60 Tahun 2008, unsur sistem pengendalian intern pemerintah terdiri dari: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan pengendalian internal. Dari kelima komponen pengendalian intern, komponen lingkungan
pengendalian, merupakan pondasi dari komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian merupakan kondisi obyektif yang ada pada
organisasi Pratolo, 2007:3. Setiap orang dalam suatu organisasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan sistem pengendalian intern efektif Boxer,
2011:4. Manajemen harus berhati-hati dalam menangani masalah pengendalian intern terutama dalam hal pengadaan barangjasa pemerintah
karena masalah ini sepenuhnya berada dalam tanggung jawab dan kendali manajemen.
5 Tanpa pengendalian internal maka manajemen tidak akan mengetahui
dan merasa yakin apakah yang telah mereka lakukan telah sesuai dengan yang diharapkan Purjono, Tanpa tahun:1. Semua tingkatan manajemen harus
bekerja sama untuk menciptakan suatu kerangka kerja terpadu yang menurunkan risiko ke tingkat yang dapat diterima dan membantu organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuannya Dinapoli, 2010:3. Setiap anggota organisasi memiliki peran dalam sistem pengendalian intern.
Manajemen memiliki sebuah peran dalam memastikan bahwa masing- masing individu yang bekerja memiliki keterampilan dan kemampuan untuk
melakukannya, dan untuk menyediakan para pegawai dengan pengawasan, pemantauan, pelatihan yang tepat untuk menjamin bahwa organisasi memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugasnya Dinapoli, 2007:7. Manajer pada organisasi harus memahami pentingnya menerapkan dan memelihara
pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawabnya Pratolo, 2007:7.
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteripimpinan lembaga, gubernur, dan
bupatiwalikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan PP Nomor 60 Tahun 2008. Tanggung jawab dewan pimpinan
terhadap pengendalian internal yang paling utama yaitu melibatkan pengawasan, otorisasi, dan etika kepemimpinan Dinapoli, 2010:2.
Selain tanggung jawab atas perencanaan dan penetapan sistem pengendalian intern, manajemen juga harus melakukan pengawasan terhadap
6 sistem pengendalian intern yang tengah berjalan Fathurrachman, 2008:2.
Apabila terjadi penyimpangan pimpinan harus cepat bertindak untuk mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan yang dinamakan
pengendalian sehingga pengendalian harus dapat menyediakan data yang andal, menggunakan aktiva dan catatan, mendorong efisiensi operasional, dan
mendorong ketaatan kepada kebijakan yang ditetapkan manajemen Permana, 2009:3.
Selain para pimpinan yang melakukan pengawasan serta penilaian atas pengendalian intern, ada juga bagian lain dalam suatu perusahaanorganisasi
baik yang bersifat publik maupun swasta yang bertanggung jawab untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengendalian intern. Bagian ini disebut
internal audit, orang yang bekerja dalam bagian ini disebut internal auditor. Dalam suatu kementerian, pelaksanaan internal audit dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal. Internal audit akan menyajikan analisis, penilaian, saran, bimbingan, serta informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang telah
dipelajari, ditelaah, dan dinilainya kepada manajemen. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi Mardiasmo, 2009:193. Terdapat empat jenis aktivitas audit internal: finansial, operasional, beriringan,
dan desain sistem pengendalian internal Raymond dan George, 2011:308. Pada saat internal auditor melaksanakan audit operasional, ada tiga fitur dasar
yang harus ditemukan, yaitu kecukupan pengendalian, efisiensi, dan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan.
7 Organisasi sektor publik harus memperhatikan value for money dalam
menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas Mardiasmo, 2009:4. Untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dijalankan secara ekonomi, efisien, dan efektif, maka
diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif. Fungsi seorang auditor internal yaitu meyakinkan bahwa sistem pengendalian internal dalam sebuah
organisasi sudah baik dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan atau organisasi menggunakan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih 2010:53 mengenai pengaruh audit internal terhadap efektivitas pengendalian intern atas biaya
produksi menunjukkan bahwa pelaksanaan internal audit memberikan pengaruh yang tinggi terhadap efektivitas pengendalian intern biaya produksi.
Menurut Dow, Shea, and Waldrup 2009:124, studi-studi mengenai internal audit telah difokuskan pada dokumentasi struktur pengendalian internal dan
dampak keuangan yang signifikan dari lemahnya pengawasan terhadap nilai perusahaan.
Untuk memperkuat dan menunjang efektifitas sistem pengendalian intern dapat dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah SPIP Akso,
2010:9. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pelaksanaan
8 pengawasan intern oleh aparat pengawasan intern pemerintah dilakukan
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Internal audit dalam sektor publik disebut juga dengan aparat
pengawasan intern pemerintah, dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawasan Intern SPI di lingkungan lembaga negara
dan BUMNBUMD, Inspektorat wilayah Propinsi Itwilprop, Inspektorat Wilayah Kabupatenkota ItwilkabItwilko, dan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan BPKP Mardiasmo, 2009:193. Pentingnya pengendalian internal sebagai tindakan preventif untuk
meminimalisir terjadinya hal tersebut, hal ini menimbulkan suatu masalah yaitu apakah pengendalian internal pada lingkungankementerian agama sudah efektif
seperti yang diharapkan. Manajemen dapat bekerja sama dengan internal auditor untuk mengawasi dan memastikan apakah pengendalian internal sudah
berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
kementerian agama, dengan judul: “Peranan Manajemen dan Inspektorat Jenderal terhadap Pengendalian Intern atas
Pengadaan BarangJasa pada Kementerian Agama
”. Penelitian ini merujuk pada hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Widyaningsih, 2010 mengenai “Pengaruh Audit Internal
Terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Biaya Produksi”. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
a. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen pengaruh internal audit dan variabel dependen efektifitas pengendalian intern biaya produksi.
9 Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen
peranan inspektorat jenderal dan menambahkan satu variabel yaitu peranan manajemen. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
pengendalian intern atas pengadaan barangjasa. b. Populasi penelitian sebelumnya yaitu satuan pengawasan intern SPI pada
PT. Dirgantara Indonesia Persero Bandung. Sedangkan populasi pada penelitian ini yaitu bagian umum pada sekretariat jenderal dan direktorat-
direktorat jenderal kementerian agama. c. Penelitian sebelumnya objek yang diteliti yaitu staf satuan pengawasan
intern SPI pada PT. Dirgantara Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini objek yang diteliti yaitu pegawai yang bekerja di sekretariat bagian umum
pada sekretariat jenderal dan direktorat-direktorat jenderal kementerian agama.
B. Rumusan Masalah